Kami akan menulis sinopsis, tapi ini heavy spoiler yaa. Yang nggak pengen spoiler langsung ke bagian review aja.
SINOPSIS
Seperti biasanya karya Jin Yong, bagian yang kami suka adalah detail dan runutnya kejadian-kejadian di dalam novel ini. Cerita benar-benar diawali dari jauh sebelum kelahiran Guo Jing dan Yang Kang. Setiap peristiwa memang penting dan akan menjadi akar dari peristiwa lainnya, dan terus menjalar menjadi tali takdir dan nasib yang saling berkait.
Di masa itu, Negara Song dan Negara Jin sedang dalam masa peperangan. Negara Jin sedang di atas angin karena banyak pejabat pengkhianat dari Negara Song. Kota-kota di Song Utara jadi terlalu panas untuk ditinggali. Guo Xiaotian dan Yang Tiexin pun memilih untuk mengundurkan diri ke Song Selatan yang jauh dari peperangan. Masih cukup damai untuk ditempati keluarga kecil mereka dengan kehidupan yang sederhana.
Guo Xiaotian dan Yang Tiexin ini sebetulnya keturunan pejabat Song besar yang berjasa dan setia. Buyut-buyut mereka adalah orang hebat. Mereka pun pendekar silat, walaupun saat itu ilmu mereka sudah tak sehebat buyut mereka. Keadaan sudah banyak berubah, makannya mereka memilih menyepi ke Song Selatan. Mereka berdua pun saling mengangkat saudara. Tapi, di suatu malam bersalju, ketika kedua keluarga kecil mereka sedang minum-minum arak, seorang pendeta Dao lewat di rumah kecil mereka. Inilah awal dari perubahan nasib mereka dan keturunan-keturunannya kelak.
Pendeta Dao itu ternyata Qiu Chuji. Qiu Chuji baru baru saja membunuh Wang Daoqian, seorang pengkhianat. Qiu Chuji masih panas, ketika diundang minum arak oleh Yang Tiexin dan Guo Xiaotian pun dia tidak ramah dan sangat curiga. Perkenalan pun malah berubah menjadi adu ilmu silat. Tapi Qiu Chuji mengenali ilmu silat keluarga Yang yang digunakan oleh Yang Tiexin. Mereka pun malah jadi akrab. Tapi, yang namanya baru saja membunuh mata-mata musuh, pastilah Qiu Chuji dikejar-kejar oleh tentara Jin. Ilmu Qiu Chuji tinggi, dan dia tidak ingin melibatkan keluarga Yang Tiexin dan Guo Xiaotian dalam persoalan ini, apalagi istri-istri mereka juga sedang hamil.
Setelah membereskan pasukan Jin, Qiu Chuji membereskan bekas-bekas pertempuran bersama dengan Yang Tiexin dan Guo Xiaotian. Mereka pun membuat janji agar suatu hari kelak anak-anak mereka bisa belajar silat dari Qiu Chuji. Nama anak-anak mereka pun ditentukan, mereka bertukar belati pusaka pemberian Qiu Chuji, dan nasib anak-anak mereka pun sudah diatur. Kalau yang lahir laki-laki dan perempuan, mereka akan dijodohkan, kalau sama-sama laki-laki atau sama-sama perempuan maka mereka akan mengangkat saudara.
Seharusnya Qiu Chuji menyapu bersih pasukan pengejar tentara Jin. Tapi, tanpa disadari ternyata ada satu orang yang berhasil lolos, meskipun dengan luka yang sangat parah. Sebetulnya, kalau orang itu tidak ditolong, pastilah dia akan tewas juga dan masalah akan beres. Tapi takdir berkata lain. Orang itu diselamatkan Bao Xiruo, istri Yang Tiexin. Bao Xiruo terlalu welas asih, perasaannya terlalu halus. Karena Yang Tiexin terlalu mabuk, Bao Xiruo tidak bisa memintanya untuk membereskan tentara Jin yang sedang sekarat itu. Bao Xiruo pun malah membawanya, dan merawat orang itu. Bao Xiruo wanita yang cantik, dan orang itu ternyata pemuda yang tampan. Sedikit banyak mereka jatuh cinta. Tapi musuh tetaplah musuh, keesokan paginya ternyata pemuda itu sudah lumayan pulih dan pergi melarikan diri. Bao Xiruo juga tak menceritakan apa-apa kepada Yang Tiexin. Menyembunyikan tentang keberadaan pemuda itu.
Bao Xiruo tak menyadari, tindakan welas asihnya suatu saat akan menjadi bencana untuk keluarganya. Suatu malam pasukan tentara Jin menyerang. Memberikan tuduhan tak berdasar kepada keluarga Yang Tiexin dan Guo Xiaotian. Pertarungan hebat pun tak dapat dihindari. Guo Xiaotian tewas; Yang Tiexin terluka parah; Li Ping, istri Guo Xiaotian diculik Duan Tiande; dan Bao Xiruo ikut si pemuda yang dulu dia selamatkan, pemuda itu mengaku bernama Yan Lie. Bao Xiruo tak menyadari bahwa penyerangan itu adalah hasil akal bulus Yan Lie. Dan Yan Lie sesungguhnya adalah pangeran negara Jin bernama Wanyan Honglie. Bao Xiruo tak sanggup berbuat apa-apa, akhirnya dia pun ikut dengan Wanyan Honglie.
Banyak yang terjadi setelah itu. Wanyan Honglie bertemu dengan Tujuh Orang Aneh dari Jiangnan. Wanyan Honglie sebenarnya tertarik untuk merekrut mereka ke dalam pasukan Jin karena ilmu silat mereka yang sangat hebat. Tapi saat itu Tujuh Orang Aneh Jiangnan sedang berunding dengan Qiu Chuji. Qiu Chuji berhasil melacak Li Ping yang disembunyikan di sebuah kuil. Perundingan berjalan panas, banyak salah paham terjadi, pertarungan silat pun tak dapat dihindari. Wanyan Honglie yang menyadari kalau Qiu Chuji sedang mencari janda Yang Tiexin pun tidak jadi mengajukan penawaran kepada Tujuh Orang Aneh Jiangnan.
Pertarungan antara Qiu Chuji dan Tujuh Orang Aneh Jiangnan berlangsung sangat dahsyat. Qiu Chuji terlalu cepat panas. Tujuh Orang Aneh Jiangnan juga terlalu cepat panas dan terlalu besar egonya. Biksu kuil pun ternyata ditipu. Duan Tiande menipu pamannya yang seorang Biksu agar bisa menyembunyikan dirinya dan Li Ping dari kejaran Qiu Chuji. Semua orang pada akhirnya terluka parah. Sang Biksu tewas. Duan Tiande malah berhasil kabur dengan membawa Li Ping.
Qiu Chuji dan Tujuh Orang Jiangnan pun membuat kesepakatan, Qiu Chuji akan mencari janda Yang Tiexin, dan Tujuh Orang Jiangnan akan memburu Duan Tiande dan mencari janda Guo Xiaotian. Mereka akan sama-sama membesarkan anak-anak yang kemudian lahir dan mengajari mereka ilmu silat. Delapan belas tahun lagi, mereka akan bertemu kembali dan mengadakan pertandingan untuk mengadu ilmu kedua anak itu. Qiu Chuji dan Tujuh Orang Jiangnan sama-sama punya ego besar, menang kalah belum bisa disepakati. Maka mereka membuat perjanjian itu.
Nasib Bao Xiruo dan Li Ping sangatlah jauh berbeda seperti langit dan bumi. Li Ping diseret kesana kemari oleh Duan Tiande. Tapi kekacauan peperangan akhirnya memisahkan mereka. Li Ping melahirkan anaknya, Guo Jing, sendirian di tengah salju di belakang gundukan pasir. Li Ping dengan susah payah bertahan hidup demi Guo Jing. Perjalanannya panjang hingga akhirnya dia bertemu dengan penggembala Mongol. Sejak saat itu, Li Ping pun hidup bersama-sama dengan orang Mongol.
Guo Jing pun tumbuh besar di tengah-tengah orang Mongol. Banyak peristiwa yang terjadi. Garis takdir pun akhirnya mempertemukan Guo Jing dengan Tujuh Orang Jiangnan. Sudah bertahun-tahun Tujuh Orang Jiangnan mencari Guo Jing, jadi mereka sangat gembira ketika akhirnya menemukan Guo Jing. Tapi mereka pun sangat kecewa ketika tahu kalau Guo Jing ternyata sangat bodoh dan lamban menerima pelajaran. Rasanya kekalahan dengan Qiu Chuji sudah di depan mata.
Tapi, belum juga mengajari Guo Jing ilmu silat, Tujuh Orang Jiangnan harus bertarung hidup dan mati melawan pendekar silat kejam Mei Chaofeng dan Chen Xuanfeng. Ilmu silat kedua orang itu jahat dan kejam, Tujuh Orang Jiangnan harus bertarung mati-matian. Tapi Guo Jing datang, karena Tujuh Orang Jiangnan memang mengujinya agar datang menemui mereka kalau Guo Jing serius ingin belajar silat. Keadaan berakhir entah buruk atau baik. Mei Chaofeng berhasil dibutakan, Guo Jing tanpa sengaja berhasil membunuh Chen Xuanfeng dengan belati pusaka pemberian Qiu Chuji. Tapi Tujuh Orang Aneh Jiangnan juga harus kehilangan salah satu saudara mereka. Mei Chaofeng berhasil melarikan diri. Tujuh Orang Aneh Jiangnan harus memulihkan diri. Mereka pun mengangkat Guo Jing menjadi murid.
Guo Jing bukan murid yang pintar dan berbakat. Meskipun dia sangat rajin dan bekerja keras, kemajuannya tetap saja sangat lamban. guru-gurunya pun sering jadi frustasi dibuatnya. Tetapi, suatu hari seorang pedeta Dao menemui Guo Jing, dan diam-diam mengajarkan Guo Jing ilmu pernapasan. Tapi ini bukan ilmu pernapasan biasa, melainkan ilmu tenaga dalam yang hebat. Sejak saat itu, ilmu silat Guo Jing mulai berkembang pesat. Tapi, pelajaran diam-diam ini hampir saja menjadi salah paham. Padahal di luar sana ternyata Mei Chaofeng sudah kembali untuk menunaikan balas dendam. Meskipun sudah buta, Mei Chaofeng masih ganas, ilmu kejamnya justru makin sempurna. Tapi kebutaannya masih menyulitkannya karena dia berhasil ditipu pendeta Dao dan akhirnya pergi. Tapi tidak sebelum dia berhasil mencuri sedikit ilmu tenaga dalam dari pendeta Dao.
Sementara itu, suku-suku mongol mulai mengalami perselisihan. Mereka awalnya bersekutu dengan negara Jin. Tapi suku tempat Guo Jing ikut tinggal adalah suku Mongol yang kuat. Sang pemimpin berambisi untuk menyatukan semua suku Mongol dan menjadi satu pasukan yang kuat. Ide ini sangat tidak disukai oleh negara Jin, mereka merasa terancam. Wanyan Honglie yang cerdas namun licik pun menyusun rencana adu domba. Rencana yang berakhir gagal dan mereka pun mundur kembali ke selatan.
Guo Jing banyak berjasa atas kemenangan pasukan Mongol. Dia pun ditunangkan dengan anak kepala suku. Tapi Guo Jing harus kembali ke Selatan bersama Tujuh Orang Aneh Jiangnan. Guo Jing belum begitu paham dengan taruhan antara Tujuh Orang Aneh Jiangnan dan Qiu Chuji, tapi dia pergi ke Selatan selain untuk balas dendam atas kematian ayahnya, mencari pengalaman di dunia persilatan, dan juga mengemban tugas membawa kepala Wanyan Honglie untuk kepala suku Mongol.
Takdir sudah digariskan antara Guo Jing dan Yang Kang. Guo Jing dan Yang Kang hidup di dunia yang berbeda. Setelah Bao Xiruo ditipu oleh Wanyan Honglie, dia pun mau tidak mau ikut dengannya. Sekarang, Bao Xiruo malah menjadi permaisuri. Yang Kang lahir dengan mengambil nama Wanyan Kang, dan menjadi pangeran muda. Tapi Wanyan Kang sebetulnya adalah Yang Kang, putra Yang Tiexin. Hidup di bawah asuhan Pangeran negara Jin tentulah hidup mewah. Tapi Wanyan Honglie adalah seorang pria yang cerdas, tapi juga licik dan kejam. Yang Kang pun sayangnya mengambil sifat-sifat buruk ini.
Pertemuan kembali Guo Jing, Yang Kang, Bao Xiruo, dan Yang Tiexin menjadi pertemuan takdir yang sangat kejam. Penuh tipu muslihat, kekejaman, luka-luka, sakit hati, dan kesedihan. Banyak yang terjadi pada Guo Jing. Guo Jing juga bertemu dengan Huang Rong. Dan sekali lagi, Guo Jing bertemu kembali dengan Mei Chaofeng.
REVIEW
Sebetulnya, kalau dibandingkan dengan Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar, kami kurang familier dengan kisahnya Guo Jing. Jadi, sewaktu membaca buku ini, belum ada gambaran sama sekali bagaimana jalan ceritanya. Pegangan kami ya justru dari cerita di Pendekar Rajawali dan Pasangan Pendekar. Tapi kan itu eranya sudah berbeda ya. Di seri Pendekar Rajawali dan Pasangan Pendekar Guo Jing sudah menjadi orangtua, dan Yang Kang sudah tewas. Nah, jalan ceritanya Guo Jing dan Yang Kang ada di buku ini.
Seperti biasanya karya Jin Yong, novel ini detail, penuh adegan pertarungan yang seru. Dari segi emosi, rasa emosionalnya dapet banget, emosi kesel apalagi, wakakak. Karena cerita bergerak karena banyak kesalah pahaman dan praduga. Kesalahpahaman yang berakibat pertarungan yang fatal. Ego para pendekarnya pun gede-gede banget. Jadi kadang suka gemes sih. Belum lagi garis takdir yang selalu nyaris-nyaris. Padahal salah satu Tujuh Orang Aneh Jiangnan sudah bertemu Bao Xiruo, bahkan berinteraksi dengan Wanyan Honglie; Padahal Tujuh Orang Aneh Jianganan sudah nyaris bertemu Li Ping. Pokoknya yang nyaris-nyaris begitu deh. Kan gemes banget jadinya.
Oh ya, kami belum lihat sih cerita di seri Pendekar Pemanah Rajawali ini arahnya kemana. Kalau di seri Pendekar Rajawali dan Pasangan Pendekar kan arahnya ke kisah roman ya, nah di novel ini kami belum melihat arahnya kemana. Tapi kalau mau didasari jilid pertama ini, tebakan kami sih kayaknya nanti ceritanya akan ke arah kekeluargaan. Semacam kisah keluarga gitu, karena antar tokohnya sebagian besar terkait hubungan saudara, ada yang sedarah ada yang mengangkat saudara.
Kalau mau gosipin tokoh-tokohnya, paling enak gosipin Bao Xiruo, "janda" Yang Tiexin. Bao Xiruo digambarkan sebagai wanita cantik yang sangat welas asih, nggak tegaan, apalagi kalau ada makhluk yang terluka. Bao Xiruo juga sangat naif. Itulah kenapa dia malah menolong Wanyan Honglie yang pada akhirnya menjadi sumber bencana bagi keluarga Yang dan keluarga Guo. Bao Xiruo juga berjiwa lemah, karena ngomongnya aja teriak-teriak mau meninggalkan dunia karena Yang Tiexin sudah tewas, tapi pada akhirnya malah jadi permaisuri Wanyan Honglie, kemudian membesarkan anaknya dengan mengambil marga Wanyan. Baru setelah Yang Tiexin muncul kembali, Bao Xiruo baru mengungkapkan nama asli Yang Kang. Bao Xiruo sangat bertolak belakang dengan Li Ping. Li Ping bukan wanita cantik, tidak juga terlalu cerdas. Tapi tekad Li Ping sekeras baja. Diseret kesana-kemari, melahirkan sendirian di tengah salju, hingga tinggal bersama orang-orang Mongol yang sama sekali asing baginya.
Sifat Guo Jing dan Yang Kang pun jadi berbeda 180 derajat. Guo Jing tidak pandai, bisa dibilang agak bodoh malah, kadang-kadang masalah ini bikin gemes sendiri. Tapi Guo Jing pemuda yang selalu bekerja keras, tekad bajanya sama seperti ibunya. Guo Jing juga punya sifat-sifat yang baik dan mulia yang membuat orang-orang cepat suka kepadanya. Di sisi lain, dibesarkan oleh Wanyan Honglie yang licik, Yang Kang pun tumbuh menjadi pemuda yang licik bukan main, dan kejam. Yang Kang bahkan berani menjebak pendeta Dao, Ma Yu, padahal Ma Yu berilmu sangat tinggi dan dihormati. Yang Kang pun dengan darah dingin menipu ibunya sendiri. Memanfaatkan sikap welas asih Bao Xiruo untuk kepentingannya sendiri.
Cerita Pendekar Pemanah Rajawali ini menarik banget sih. Cukup penasaran juga dengan apa yang bakal terjadi selanjutnya. Gimana nanti kisah Guo Jing dan Huang Rong, secara Guo Jing sendiri sebenarnya kan sudah tunangan di Mongol sana. Jadi...nantikan review kami berikutnya yaah.
QUOTE
Cambuknya tidak begitu berbeda, kepalanya pun tidak begitu berbeda, tetapi rasa sakitnya ada di kepala orang lain atau di kepala sendiri, perbedaannya besar.
~ Pendekar Pemanah Rajawali (Jilid 1) by Jin Yong
"Yang tenggelam orang yang pintar berenang, karena jatuh di tempat datar."
~ Pendekar Pemanah Rajawali (Jilid 1) by Jin Yong
Di dunia tidak ada hal yang sulit, rasa takut hanya ada dalam diri manusia.
~ Pendekar Pemanah Rajawali (Jilid 1) by Jin Yong
Guru keempatnya mengajari, "Jika kalah, kabur!" Akan tetapi, kata-kata ini sudah hilang ke langit. Di dalam hatinya selalu ada lima kata, "Jika kalah, berusaha makin keras!" Namun, ia tidak mengenal kekuatannya sendiri.
~ Pendekar Pemanah Rajawali (Jilid 1) by Jin Yong
"Pergilah, anak muda semua seperti ini, jika tidak menimba pengalaman, tidak menambah pengetahuan. ..."
~ Pendekar Pemanah Rajawali (Jilid 1) by Jin Yong
Baca Juga: