SINOPSIS
Tokoh utama di novel ini adalah Florent. Seorang pelarian tahanan politik yang kabur dari pengasingannya dan berusaha pulang ke Paris dengan susah payah. Florent sebenarnya adalah korban salah tangkap dari kerusuhan Prancis di tahun 1851. Tapi ketika Florent akhirnya tiba di Paris kembali, semuanya sudah berubah. Berubah banyak.
Sebagian besar peristiwa yang terjadi di novel ini berpusat di Les Halles. Sebuah pasar besar yang kala itu baru dibangun. Pasar dengan bangunan kokoh dari besi dan kaca-kaca. Florent terpaksa (atau untungnya) menumpang di tempat adiknya tirinya, Quenu. Quenu yang dulu agak bodoh sekarang sudah berkeluarga dan sukses dengan toko dagingnya. Quenu dan istrinya Lisa sangat sejahtera dan makmur.
Sebagai orang kurus diantara orang-orang makmur di Paris, banyak pergolakan yang dialami oleh Florent. Les Halles membuatnya muak dan mabuk. Ideologi yang dimiliki Florent tidak cocok dengan keadaan Paris yang baru dimasukinya ini. Florent terjebak pada intrik politik yang sebenarnya setengahnya dia buat-buat sendiri. Florent membenci Les Halles dan seisinya, penghuni-penghuni Les Halles pun banyak punya intrik karena Florent. Tapi mereka hidup di dalamnya. Makan, dan makmur dari Les Halles. Tapi apakah benar-benar ada tempat di Les Halles untuk orang-orang seperti Florent?
REVIEW
The Belly of Paris ini sebenarnya perang antara "si gemuk" dan "si kurus", dan ini bukan cuman kiasan. Karena Florent benar-benar kurus sedangkan seisi Les Halles sebagian besar orang-orang gemuk yang makmur. Menurut kami ya, ini adalah salah satu buku yang tidak punya tokoh "suci" di dalamnya. Yah kecuali kalau mau menganggap Quenu suci ya. Tapi Quenu itu lebih ke arah innocent dan naif. Seseorang yang dikendalikan oleh pasangannya yang lebih cerdas.
Sebagai tokoh utama, Florent adalah tokoh yang pahit. Menjalani banyak kepahitan hidup. Salah satu orang yang harus membuang mimpi dan ambisinya demi kehidupan orang lain yang tiba-tiba menjadi tanggungannya. Terbuang. Kepahitan Florent masih terbawa bahkan ketika seharusnya dia punya kesempatan untuk mempunyai hidup baru yang lebih makmur dan bahagia. Kepahitannya dan ambisi yang tak terwujud mendorongnya untuk melawan politik yang sebetulnya baik-baik saja. Tapi sama seperti Quenu, kebaikan hatinya terlalu naif. Florent tidak bisa melihat niat di balik kata-kata bersayap yang dilontarkan orang-orang. Dia juga gampang dimanfaatkan oleh orang-orang.
Tapi tokoh-tokoh lainnya yang berhubungan dengan Les Halles juga tidak ada yang loveable. Semuanya punya intriknya masing-masing, dan intriknya banyak yang kejam. Gosip-gosip tidak benar. Pertengkaran, persaingan, culas, dan banyak lagi yang lain.
Tapi terlepas dari tokoh-tokohnya yang tidak bisa dijadikan panutan, ceritanya sangat menarik. Intrik-intriknya tajam. Satu hal yang membuat kami sangat kagum dengan buku ini adalah, detailnya, detailnya itu lho...luar biasa. Emile Zola bisa mendeskripsikan satu sayur dengan sangat indah dan detail. Warnanya, kesegarannya, bahkan baunya. Dia bisa menggambarkan sayur dengan sangat indah, bisa menggambarkan pejagalan dengan sangat kejam, menggambarkan keju dengan bebauannya yang tajam, menggambarkan kelicinan ikan-ikan, dan bahkan bisa menggambarkan bunga dengan percampuran kekejaman dan keindahan dengan sangat luar biasa. Hal inilah yang menjadikan buku ini sangat luar biasa. Kami kasih contoh sedikit ya, ini bagaimana ikan skate (mirip ikan pari) digambarkan di buku ini:
"ikan skate yang lebar dan pipih, bagian bawah perutnya pucat dengan pinggiran merah lembut, punggung gagah dengan tulang belakang berbenjol-benjol, berhiaskan pola marmer sampai ke ujung tulang-tulang di sirip mereka, dalam bercak-bercak semerah belerang yang bersaling-silang dengan garis-garis perunggu campuran, rangkaian warna suram mulai dari kodok jorok sampai bunga beracun"
Bisa sepanjang dan sedetail itu menggambarkan satu ikan saja.
Buku ini punya rating Goodreads 3.92/5.00. Kalau rating pribadi kami 4.50/5.00. Bagus dan recommended banget. Kenapa tidak perfect 5.00? Yah karena tokoh-tokohnya tidak ada yang loveable, dan endingnya....hehehe...baca sendiri deh. Bagus kok.
QUOTE
"Lucu, itu--pernahkah kau berpikir, meskipun ada saja orang yang mau membelikan minuman untukmu, tidak pernah ada orang yang mau membelikanmu makanan?
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Namun belum pernah ada keharmonisan sedemikian utuh di rumah yang begitu penuh kontras. Sang kakak makin lama makin kurus, dibakar api jiwa yang sama seperti ayahnya, sedangkan sang adik makin lama makin gemuk, seperti putra Normandia sejati; dan mereka saling menyayangi dalam persaudaraan yang mereka peroleh dari ibu mereka--wanita dengan pengabdian tak berbatas.
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Quenu berkata dia sepenuhnya setuju dengan pendapat Lisa, yaitu bahwa setiap orang--laki-laki maupun perempuan--harus bekerja mencari nafkah, setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaannya sendiri, membiarkan orang bermalas-malasan itu jahat, dan sebagian besar ketidakbahagiaan di dunia ini disebabkan oleh kemalasan.
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Les Halles adalah perut para pemilik toko, perut orang-orang kalangan menengah bawah terhormat, penuh dengan rasa puas dan sejahtera, berkilauan dalam terang matahari, dan mengumandangkan bahwa segalanya akan berakhir baik, karena orang-orang terbaik belum pernah segemuk ini.
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Florent memiliki sifat begitu lembut sehingga dia hidup dalam dunia ilusi. Dia takut menyakiti perasaan adik dan adik iparnya kalau dia tidak lagi makan di meja mereka. Setelah lebih dari dua bulan, barulah dia merasakan sikap permusuhan Lisa yang terselubung; meski begitu, dia kadang-kadang masih berpikir mungkin dia keliru, bahwa Lisa tetap baik kepadanya. Sifatnya yang tidak egois membuatnya melupakan kebutuhannya sendiri; sifat ini bukan lagi kebaikan, tetapi ketidakpedulian total terhadap diri sendiri, ketiadaan kepribadian yang menyeluruh.
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Apakah dia bersalah karena bertindak jahat seandainya dia yang mengkhianati Florent? Dia merasa bingung, heran dengan kemungkinan bahwa dia dituntun ke jalan yang salah oleh hati nuraninya. Surat-surat kaleng tadi jelas tampak keji. Sebaliknya, dia pergi dengan terbuka dan memberikan namanya untuk menyelamatkan semua orang. Ketika tiba-tiba teringat uang si tua Gradelle, dia menguji hati nuraninya dan menyadari bahwa kalau perlu, dia rela membuang semua uang itu ke sungai untuk menyembuhkan charcuterie dari penyakitnya. Tidak, dia tidak keji, bukan uang yang mendorongnya pergi ke polisi.
~ The Belly of Paris by Emile Zola
Keinginannya menyenangkan Lisa, kemurahan hatinya membuang uang hasil keringatnya, kejujurannya dalam berusaha menunaikan tugas-tugasnya, tak satu pun hal-hal ini bisa menjadi argumen yang cukup kuat untuk memaafkan pengkhianatannya terhadap prinsip-prinsipnya sendiri. Kalau dia menderita di tengah semua orang gemuk dan licin ini, itu salahnya sendiri.
~ The Belly of Paris by Emile Zola