Cari Review Buku

Tampilkan postingan dengan label Author: Wu Cheng En. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Author: Wu Cheng En. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 September 2019

Xi You #5: Cerita Perjalanan Ke Barat - Akhirnya Selesai Juga Perjalanan yang Berat Itu

Akhirnya....perjalanan Biksu Tang dan murid-muridnya bisa selesai di buku Xi You yang ke lima ini. Perjalanan yang berat dan lama, 14 tahun lho, lama banget kan. Sepanjang perjalanan banyak banget rintangan yang menghadang, terutama dari serangan siluman-siluman yang pengen banget memakan daging Biksu Tang, kalau silumannya perempuan, malah pengennya menikahi Biksu Tang. Rintangan dari sesama manusia biasa juga ada, bentuknya biasanya berhubungan dengan para penyamun. Tapi akhirnya semua bisa berakhir bahagia.

Kita tidak akan terlalu banyak membahas dari segi ceritanya, karena sebenarnya sama saja dengan buku-buku sebelumnya. Kebanyakan yang dilawan siluman, lalu bisa selesai dengan kecerdikan Wukong dan pertolongan para Dewa. Karena ini buku terakhir, kita mau bahas secara keseluruhan secara umum saja.

Oke, pertama, mari kita bahas dari segi cerita. Xi You ini bercerita tentang perjalanan Biksu Tang serta murid-muridnya untuk mengambil kitab suci ke barat (India). Berbagai rintangan menghadang. Nah, 90% dari rintangan-rintangan yang ada berhubungan dengan siluman, dan jujur saja, agak repetitif. Rumusannya kira-kira begini: Biksu Tang diculik siluman → Wukong berusaha menolong → Kalau tidak berhasil, minta bantuan Dewa → Biksu Tang selamat...Horee... Hal inilah yang sempet bikin kami susah banget menyelesaikan buku keempat dari novel ini. Di buku keempat udah mulai bosen dong, masa iya masalahnya itu-itu terus? Tapi jangan salah sangka, ceritanya berbeda kok (walaupun dengan rumus masalah yang sama), dengan siluman yang berbeda tentunya. Tapi buku kelima ini justru lebih mudah dinikmati. Meskipun problemnya masih sama ya, tapi lebih enak aja baca ceritanya, mungkin juga karena pengen cepat-cepat tahu gimana endingnya kali ya.

Kedua, mari kita bahas tokoh-tokohnya. Enaknya ngulik satu-satu kali ya...

Biksu Tang Sanzang
Biksu Tang melambangkan roh manusia yang harus mengendalikan empat sifat manusia yang dilambangkan oleh murid-muridnya. Jujur, sepanjang empat buku kami merasa Biksu Tang itu tidak banyak perkembangan karakternya. Naif banget, dan gampang terhasut sama Bajie. Di buku kelima ini bahkan Wukong sampai berkata begini...

"Memang sungguh mengherankan, perjalanan kita sudah sebegini jauhnya. Padahal Guru sendiri juga sudah sering jatuh ke tangan siluman yang jahat. Tapi kenapa Guru masih belum juga sadar akan adanya bahaya? Sedangkan aku, entah berapa banyak siluman jahat yang kubunuh karena ingin menyelamatkan Guru dari bahaya maut. Sekarang kenapa pula kita harus menolong siluman jahat itu, Guru?"
~ Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

See...muridnya saja bisa bilang begitu. Apa mungkin, beginilah sifat roh manusia? Naif, tanpa rasa curiga. Tapi di buku kelima ini ada perkembangan karakternya kok, meskipun sedikit. Biksu Tang mulai bisa cemas kalau misalnya ada potensi bahaya, mulai bisa galak sama Bajie, juga mulai bisa menuruti apa kata-kata Wukong. Ada perkembangannya, tidak signifikan, tapi cukup berarti.

Sun Wukong
Sun Wukong itu melambangkan otak atau kecerdasan manusia yang selalu digunakan untuk mencari jalan atau akal guna memecahkan suatu masalah. Kami paling suka dengan tokoh Sun Wukong ini karena dia lah yang perkembangan karakternya paling signifikan. Dari yang nakal, kejam, tanpa pandang bulu, berubah menjadi tokoh yang banyak akal, bijaksana dan bahkan bisa bersabar. Perkembangannya bagus banget. Jadi kita senang membaca cerita kisah Sun Wukong ini.

Zhu Bajie
Zhu Bajie melambangkan keserakahan dan hawa nafsu manusia, sehingga sering terjerumus. Kalau misalnya harus ada tokoh menyebalkan dalam sebuah cerita, nah Zhu Bajie inilah tokohnya. Tidak ada yang berubah dari Bajie. Bahkan di buku kelima ini Bajie seperti anak kecil banget. Gampang ngambek dan mengeluh. Bajie baru berubah ketika perjalanan sudah berakhir dan dia sudah disucikan. Itupun dia masih bisa mengeluh pada Buddha. Memang kocak-kocak menyebalkan tokoh yang satu ini.

Sha Wujing
Sha Wujing melambangkan kelemahan manusia. Ia mempunyai keinginan baik, tetapi tak sanggup menghadapi godaan. Sha Wujing ini sayangnya tokoh yang mudah dilupakan. Waktu dulu nonton serial televisinya saja, kami paling tidak ingat namanya Wujing. Perannya kurang signifikan, sifatnya pun biasa saja. Baik... Sudah, itu saja. Dalam pertarungan melawan siluman pun Wujing kurang luar biasa. Memang yang paling mudah diingat kan tokoh yang ekstrem gitu kan ya. Wukong nakal banget, Bajie rese banget, gampang diingat kan ya karena memberi kesan tersendiri. Agak disayangkan sebetulnya, karena Wujing ini sebenarnya pekerja keras yang jarang mengeluh.

Kuda Putih
Kuda Putih tunggangan Biksu Tang ini melambangkan tubuh manusia. Karena dia kuda, ya tidak ada perkembangan karakternya lah ya. Cuman asyik juga kalau pas membaca cerita dimana sang kuda putih menunjukkan kalau dia bukanlah kuda biasa.

Terlepas dari beberapa kekurangannya, novel Xi You ini novel klasik yang bersejarah. Ceritanya sudah diadaptasi kemana-mana dengan berbagai variasi cerita. Psst...Sekali ini kita bisa bilang, adaptasi layar kaca dan layar lebarnya lebih seru. Heran kan? Wakakakak. Tapi kalau mau tahu bagaimana cerita asli dari serial Kera Sakti, buku inilah yang wajib dibaca. Novelnya termasuk novel yang ringan dibaca. Siapa pun bisa menikmati membaca novel ini. Pesan moralnya banyak banget. Buku bagus kok ini.

Gimana? Teman-teman ada yang sudah membaca buku ini? Gimana kesan-kesannya?

Buku ini masih tersedia yah di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/xi-you-5-cerita-perjalanan-ke-barat-by-wu-cheng-en

Quote

"Cukup kalau yang mulia mengurangi kesukaan pada paras elok dan melakukan kebaikan, marabahaya tentu tak akan datang,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Apa Guru lupa, sejak zaman dahulu gunung tak pernah merintangi perjalanan, jalanlah yang melintasi pegunungan."
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Tenang, Guru, tak usah mengkhawatirkan apa pun. Bukankah orang zaman dahulu mengatakan: Barang siapa yang ingin hidup senang, ia harus bekerja keras?"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"... Tapi karena kau tak merasakan sulitnya petani itu menanam padi, kau jadi membuang-buang nasi seenaknya. Padahal, nasi ataupun makanan tak boleh kau sia-siakan begitu saja! ... "
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Siapa yang lemah lembut, dialah yang bisa mengembara di muka bumi. Tapi siapa yang bersikap kasar, maka ia akan sulit melangkah,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En


-----------


Minggu, 16 Juni 2019

Xi You 4 - Cerita Perjalanan Ke Barat by Wu Cheng En - Mulai Terasa Monoton...




Xi You adalah sebuah roman klasik Tiongkok yang penuh humor, bermutu, dan indah. Roman ini merupakan salah satu sastra Tiongkok termasyhur, yang bisa disejajarkan dengan Kisah Tiga Negara dan Shui Hu Zhuan. Mahakarya Dinasti Ming ini sangat populer sehingga sering difilmkan dan dinikmati pembaca tua maupun muda.
Xi You mengisahkan perjalanan biksu Tang Sanzang (Tong Sam Cong) yang berangkat ke India mencari kitab Buddha. Perjalanan biksu ini disertai oleh Sun Wukong (Sun Go Kong), si kera sakti yang cerdik dan pandai; Zhu Bajie (Ti Pat Kai), si siluman babi; Sha Wujing (See Gouw Ceng), si siluman air; dan seekor naga yang menjelma menjadi seekor kuda putih.


Akhirnya tiba juga kita di buku keempat serial Kera Sakti Sun Go Kong (Kalau di buku ini Sun Wukong). Buku ini seperti biasa, padat dengan cerita petualangan dari perjalanan Biksu Tang ke barat untuk mendapatkan kitab suci. Ada beberapa cerita yang menurut kami cukup seru.

Di cerita pertama, lagi-lagi wukong melakukan tindakan kekerasan yang kelewatan di mata Biksu Tang. Setelah Wukong menyelamatkan rombongan dari para penyamun, tapi dengan cara yang kejam, yaitu dengan membunuh mereka, Biksu Tang kembali marah besar kepada Wukong. Bukan hanya karena Wukong tidak berperikemanusiaan, tapi juga karena sebelumnya rombongan mereka sudah dijamu oleh ayah dari salah satu penyamun. Wukong kembali diusir dari rombongan.

Setelah bingung mau pergi kemana, dan gagal mencoba kembali bergabung dengan rombongan, Wukong akhirnya mengadukan nasibnya kepada Dewi Guan Yin. Pada akhirnya, sang Dewi menyuruh Wukong untuk menunggu bersamanya.

Ternyata, sementara rombongan kehilangan Wukong, di tengah jalan mereka dikerjai oleh Wukong palsu. Wukong palsu memukul Biksu Tang hingga pingsan saat Bajie dan Wujing sedang meninggalkannya sendirian untuk mencari makan dan minum. Sang Wukong palsu juga mencuri buntalan rombongan. Tanpa mengetahui bahwa yang mengerjai mereka ada lah Wukong palsu, Wujing mengejar Wukong ke Gua Tirai Air. Dia sangat terkejut ketika mendapati bahwa tidak hanya Wukong, tapi ada tiruan dari keseluruhan rombongan. Wujing pun mengadukan hal ini kepada Dewi Guan Yin. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui bahwa ternyata Wukong selalu bersama Dewi Guan Yin. Pada akhirnya Wukong dan Wujing pergi untuk menumpas sang Wukong palsu.

Saking miripnya kedua Wukong ini, tak ada yang mampu membedakan mereka berdua. Bahkan Kaisar Langit pun tidak. Hanya Budha Rulai lah yang bisa membedakan mereka dan bahkan menangkap sang pengacau yang menyamar sebagai Wukong palsu.

Cerita lainnya yang cukup berkesan adalah ketika rombongan akhirnya tiba di Gunung Api, gunung yang harus mereka lewati jika mau melanjutkan perjalanan ke Barat. Gunung Api ini bisa dipadamkan dengan bantuan Kipas Palem milik Putri Kipas Besi, Luo Sha Nu. Sayangnya, Luo Sha Nu adalah istri dari Raja Kerbau dan ibu Hong Hai Er, anak mereka yang berselisih dengan Wukong beberapa waktu lalu. Dengan riwayat ini, tentu saja Kipas Palem harus didapatkan dengan penuh susah payah dan penuh pertarungan berdarah.

Selain itu masih ada beberapa kisah lagi yang lainnya. Yang tentu saja, tidak jauh dari persoalan sekitar siluman.

Di buku keempat ini kami mulai menyadari, bahwa ternyata, sesakti-saktinya Wukong, ternyata dia masih "manusiawi" juga. Hampir semua permasalahan yang dihadapi tidak pernah diselesaikan sendiri. Wukong selalu meminta atau mendapatkan bantuan dari Dewa lainnya, atau bahkan Kaisar Langit. Bahkan sampai meminta bantuan Budha Rulai sendiri. Ini menyiratkan pesan moral bahwa sepandai-pandainya atau seperkasa-perkasanya seseorang, dia akan tetap membutuhkan orang lain. Manusiawi banget.

Buku yang penuh cerita seru petualangan rombongan Biksu Tang ini bukannya tanpa kekurangan. Menurut kami, di buku keempat ini mulai terasa monotonnya. Ceritanya tidak jauh-jauh dari diculik siluman atau ketangkap siluman. Cerita Wukong yang diusir oleh Biksu Tang juga seperti cerita yang berulang. Tokoh-tokohnya pun seperti tidak ada perkembangan karakternya. Sampai di buku keempat, sifat dan prasangkanya masih sama. Biksu Tang masih terlalu polos, Wukong seperti tidak belajar pada masa lalu, dan tetap seenaknya membunuh dengan kejam tanpa memikirkan perasaan gurunya, Bajie dan Wujing juga tidak ada perubahan karakter yang signifikan. Jadi, mungkin untuk sebagian orang, buku ini akan terasa mulai membosankan. Apalagi kalau sudah membaca jilid 1-3.

Perjalanan Biksu Tang sangat lama dan penuh rintangan. Banyak siluman yang mengganggu silih berganti. Untungnya selalu ada murid-muridnya yang membantu dan menemaninya dalam perjalanan. Buat yang suka cerita petualangan seperti ini kita merekomendasikan sekali seri Kera Sakti ini. Apalagi ini serial klasik yang sangat terkenal dan sudah melegenda.

Apakah ada yang sudah membaca seri Kera Sakti ini sampai buku keempat juga? Gimana pendapatnya? Silahkan komen di kolom komentar di bawah ya.

----

Quote

"Kuharap Tuanku jangan memandang orang hanya dari wajahnya," kata Wukong. "Menurut pepatah, lautan bisa dijajaki, tetapi hati orang siapa yang tahu. Jadi kalau Tuanku cuma menilai orang dari wajahnya, mana mungkin siluman itu bisa tertangkap?"
Xi You 4 - Cerita Perjalanan Ke Barat by Wu Cheng En

"Hus, kalau bicara hati-hati sedikit," tegur Sanzang pada Wukong. "Kalau tidak kenal mereka, kau jangan sembarangan berbicara. Kukira apa salahnya kalau kita berkenalan dengan mereka."
Xi You 4 - Cerita Perjalanan Ke Barat by Wu Cheng En

Ah aku memang merasa sedih jika memikirkan nasibku. Tapi kiranya masih ada orang lain yang lebih sedih dari aku, pikir Wukong.
Xi You 4 - Cerita Perjalanan Ke Barat by Wu Cheng En

"Hm, kalau begitu pepatah itu benar. Sebab menurut pepatah: Soal kebaikan tak akan keluar dari pintu rumah, tapi bila kejahatan bisa tersiar sampai ribuan li km," kata si Kera Sakti.
Xi You 4 - Cerita Perjalanan Ke Barat by Wu Cheng En

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.