Sebelum kita ke review bukunya, mari berkenalan dulu dengan Harlequin. Teman-teman mungkin lebih akrab dengan Harlequin sebagai salah satu kumpulan novel-novel roman ya. Tapi Harlequin di sini bukan yang itu. Harlequin di sini adalah salah satu karakter klasik di dunia teater. Tokoh Harlequin berawal dari teater Italia, dan dipopulerkan seorang aktor Italia, Tristano Martinelli, di Paris pada tahun 1584-1585. Harlequin ini punya ciri khas kostum kotak-kotak dan berwarna-warni. Mungkin akan terlihat mirip dengan Jester ataupun Joker. Tapi ketiganya punya esensi yang berbeda. Harlequin punya kisah roman lho. Cinta segitiga antara Harlequin, Columbina dan Pierrot. Harlequin sendiri melambangkan humor dan kesedihan, serta romantisme dan hiburan.
Nah, tokoh Mr. Harley Quin di buku ini merupakan tokoh yang digambarkan seperti Harlequin dengan penuh nuansa misterius. Pergerakan Mr. Quin juga sangat misterius dan hampir bisa dikatakan mistis. Novel ini merupakan kumpulan cerita pendek. Ada 12 cerita yang berbeda. Di setiap cerita, kita akan mengikuti Mr. Satterthwaite, seorang pria tua sosialita berselera tinggi, dalam perjalanannya sosialnya. Mr. Satterthwaite juga seorang pengamat kehidupan dan senang sekali melihat drama kehidupan. Kadang, di setiap tempat yang dikunjungi Mr. Satterthwaite ada kejadian luar biasa. Di setiap kejadian itu selalu ada Mr. Quin. Kehadiran Mr. Quin memancing Mr. Satterthwaite untuk memecahkan kasus-kasus yang yang telah lewat, yang akan terjadi, atau sebuah tragedi yang baru saja terjadi.
Kami akan memberikan sedikit ringkasan dari cerita-cerita yang ada di buku ini:
Munculnya Mr. Quin
Di cerita pertama ini Mr. Satterthwaite sedang merayakan malam tahun baru di Royston. Royston adalah sebuah rumah besar yang punya sejarah tragis dan penuh misteri. Malam itu, Mr. Satterthwaite dan penghuni Royston yang lain sedang memperbincangkan misteri yang tak terpecahkan itu ketika tiba-tiba saja Mr. Quin datang. Pendekatan Mr. Quin yang berbeda dan bijak terhadap misteri Royston memancing Mr. Satterthwaite untuk dapat memecahkan misteri yang berumur tahunan itu. Tapi Mr. Satterthwaite tak hanya menyelesaikan sebuah misteri, dia juga memberikan kelegaan besar pada seseorang di sana.
Bayangan di Jendela
Mr. Satterthwaite diundang ke Greenways House. Tentu saja rumah itu juga ramai dengan tuan rumah dan tamu-tamu undangan lainnya. Tapi, diantara tamu-tamu itu ada orang-orang yang seharusnya tidak diundang secara bersamaan.
Greenways House punya legendanya sendiri. Tentang kekasih dan pengkhianatan. Sayangnya, sebuah tragedi mengerikan terjadi. Ada nyawa-nyawa yang hilang. Ada tersangka pembunuhan. Tapi apakah betul dia pembunuhnya? Atau jangan-jangan ada pembunuh yang sedang berlindung di balik bayang-bayang legenda Greenways House. Sekali lagi, kedatangan Mr. Quin yang tiba-tiba tapi di saat yang tepat memberikan sebuah sudut pandang baru. Mr. Satterthwaite pun dapat memecahkan misteri ini dan menemukan pelaku yang sebenarnya.
Di Bells dan Motley
Hari itu Mr. Satterthwaite sedang mengalami berbagai nasib malang. Perjalanannya terganggu terus. Ban mobilnya bocor terus dan ini sudah yang ketiga kalinya. Mr. Satterthwaite sudah kesal sekali karena harus menunggu lagi setengah jam, sementara perjalanan mereka masih jauh. Mau tidak mau Mr. Satterthwaite terjebak sebentar di Kirtlington Mallet. Tempat itu bukan tempat yang biasa dihinggapi oleh orang seperti Mr. Satterthwaite yang perlente. Tapi setidaknya Kirtlington Mallet masih punya sebuah penginapan yang mungkin bisa menyajikan makanan yang cukup layak. Nama penginapan itu Bells dan Motley. Maka kesanalah Mr. Satterthwaite menuju sambil menunggu mobilnya diperbaiki. Lagipula, sepertinya akan ada badai juga.
Tapi tanpa disangka-sangka, ternyata di Bells dan Motley sudah ada Mr. Quin yang hari itu sedang menjadi tamu juga di situ. Tentu saja Mr. Satterthwaite sangat senang. Makanannya ternyata cukup lumayan. Mr. William Jones, sang pemilik penginapan juga ternyata orang yang ramah dan sangat supel. Dia senang mengobrol dengan tamu-tamunya.
Mr. Sattertwaite baru ingat, dia pernah membaca tentang Kirtlington Mallet. Ada misteri hilangnya seorang Kapten. Polisi tidak bisa menemukan sang Kapten. Ada yang dituduh, tapi tidak ada bukti-bukti kuat. Akhirnya misteri ini terpaksa dibiarkan tak terpecahkan. Tapi dengan kehadiran Mr. Quin dan Mr. Satterthwaite sepertinya misteri ini bisa menemui titik terangnya. Agar seseorang akhirnya bisa membersihkan nama baiknya, dan memberikan kebahagiaan untuk seorang lagi.
Tanda di Langit
Kali ini Mr. Satterthwaite menghadiri sebuah sidang pembunuhan. Kasus sudah diputuskan dan terdakwa dinyatakan bersalah. Tapi entah kenapa ada yang mengganjal. Mr. Satterthwaite sebenarnya tidak suka dengan kasus-kasus biasa seperti ini. Tapi Mr. Satterthwaite mengenal korbannya secara pribadi. Sambil memikirkan kasus itu, Mr Satterthwaite masuk ke restoran langganannya, Arlecchino. Sebuah restoran kecil tapi sangat eksklusif dan mahal. Sesuai dengan selera Mr. Satterthwaite. Mr. Satterthwaite sedang menuju ke meja langganannya yang ternyata sudah terisi oleh tak lain dan tak bukan, Mr. Quin. Mr Satterthwaite pun sangat gembira dan langsung bergabung. Kasus pembunuhan itu pun langsung jadi bahan pembicaraan. Seperti biasa, Mr. Quin menjadi pendengar yang baik dan Mr. Satterthwaite menjadi pengamat super yang sangat detail. Usulan Mr. Quin kadang selalu mengejutkan. Ternyata ada saksi yang hilang, dan Mr. Satterthwaite pun memburunya hingga ke Kanada. Awalnya seperti tidak ada hasilnya. Tapi sekali lagi, Mr. Quin memberi sedikit petunjuk. Mr. Satterthwaite sudah punya semua faktanya, dia hanya harus menyusunnya dengan benar.
Rahasia Si Bandar Kasino
Mr. Satterthwaite punya kegiatan rutin tahunan yang menyenangkan. Saat ini dia sedang menikmati matahari di Monte Carlo. Tapi kali ini dia sedikit kecewa. Karena beberapa perubahan, sekarang semua orang bisa menikmati hal-hal yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan dan kaum kelas atas. Mr. Satterthwaite merindukan dikelilingi oleh para bangsawan, para pangeran dan putri. Dia suka drama kehidupan di kalangan kelas atas. Tapi meskipun banyak keluh kesah, toh di antara orang-orang biasa masih ada seorang Countess yang cukup menarik perhatian. Ada drama menarik antara sang Countess yang anggun dengan seorang pemuda Amerika. Tentu saja ada tambahan nona muda yang masih berapi-api yang memandang sang Countess dengan garang.
Mungkin Mr. Satterthwaite terlihat seperti orang yang enak diajak berbicara dan mencurahkan segala isi hati, pada akhirnya ia pun terseret ke dalam pusaran drama mereka bertiga. Mr. Quin pun ternyata juga sedang berada di sana, dan Mr. Satterthwaite sangat senang dan mengajaknya bergabung. Tapi diantara kecurangan di meja kasino dan makan malam bersama, ternyata ada rahasia-rahasia kehidupan yang terungkap. Sebuah drama yang menyedihkan.
Laki-Laki dari Laut
Mr. Satterthwaite sedang merasa tua. Maksudnya, dia memang sudah cukup tua, tapi baru kali ini dia betul-betul merasa tua dan capek. Dia juga heran kenapa dia sampai berjalan-jalan ke pulau ini. Pulau yang tidak kenal siapa Mr. Satterthwaite dan teman-teman sosialitanya. Tapi pulau itu juga punya sebuah rumah di atas tebing. Sebuah rumah putih berkerai hijau yang tertutup rapat bernama La Paz. Mr. Satterthwaite senang dengan kebun rumah itu dan sebetulnya cukup tertarik dengan rumah yang kelihatan misterius itu. Dia suka mengarang-ngarang sendiri kisah rumah itu.
Awalnya Mr. Satterthwaite tidak bertemu dengan Mr. Quin. Tapi seorang pemuda tampaknya pernah bertemu dengannya di malam sebelumnya. Menggagalkan niat apa pun yang ada di dalam diri pemuda itu terhadap tebing-tebing dan laut. Malam ini, dia bertemu dengan Mr. Satterthwaite sehingga dia terpaksa mengurungkan niatnya lagi. Pemuda itu jadi kesal dan akhirnya mencurahkan perasaannya pada Mr. Satterthwaite. Sebuah drama kehidupan yang mungkin akan berakhir sedih. Tetapi, di antara rumah putih itu dan cerita sang pemuda, ada yang mengusik Mr. Satterthwaite. Ada kisah apa di La Paz? Ada kisah apa di tebing-tebing ini? Mungkinkah nyawa-nyawa bisa diselamatkan? Tidak hanya satu, tetapi dua.
Suara dalam Kegelapan
Di Cannes, Mr. Satterthwaite menjadi pendengar yang baik atas keluhan-keluhan Lady Stranleigh. Lady Stranleigh khawatir terhadap putrinya, Margery, yang katanya akhir-akhir ini sering mendengar bisikan supernatural di rumah mereka, Abbot's Mede. Mr. Satterthwaite kenal banyak orang. Jadi, Lady Stranleigh pun membujuk Mr. Satterthwaite untuk membantunya dan menengok Margery di Abbot's Mede. Dalam perjalanan pulang, sekali lagi Mr. Satterthwaite bertemu dengan Mr. Quin.
Ternyata gangguan hantu itu menjadi semakin intens dan berbahaya. Sampai-sampai diadakan pemanggilan arwah. Hasilnya pun cukup mengejutkan. Tapi Mr. Satterthwaite tetap belum menemukan penyelesaian dari masalah ini. Kabar bahwa Lady Stranleigh akan segera pulang pun pada akhirnya membuat Mr. Satterthwaite menuntaskan urusannya di Abbot's Mede dan pulang ke London, meskipun dia merasa masih ada sesuatu yang mengganjal. Ia akan menyerahkan masalah Abbot's Mede kepada Lady Stranleigh sendiri. Tapi suatu kemalangan yang tidak disangka-sangka terjadi. Dalam kegalauannya, Mr. Satterthwaite mencari Mr. Quin. Sekali lagi, Mr. Quin mendengarkan serta memberikan sedikit dorongan. Mr Satterthwaite sudah punya seluruh faktanya, dia hanya perlu menyusunnya dengan benar.
Wajah Helen
Sesuai dengan kesukaannya akan hal-hal berseni dan berkelas, tentu saja Mr. Satterthwaite adalah pelanggan tetap Covent Garden. Mr. Satterthwaite senang dengan musik yang bagus dan dia biasanya punya boks sendiri tempat dia menonton pertunjukkan. Mr. Satterthwaite biasanya tidak pernah duduk sendirian. Tapi malam itu seorang Countess sudah mengecewakannya. Jadi, di terpaksa sendirian. Tapi tentu saja tidak dalam waktu yang lama. Mr. Quin ternyata juga sedang di sana. Mr. Satterthwaite gembira sekali dan langsung saja dia mengajak Mr. Quin untuk bergabung dengannya.
Banyak orang di teater. Bagi Mr. Satterthwaite yang duduk di box tentu mudah saja untuk melihat orang-orang itu dari boks-nya. Seorang nona muda dengan kepala yang cantik menarik perhatiannya. Kalau saja Mr. Satterthwaite tahu. Dia sebentar lagi akan terseret ke dalam arus drama kehidupan yang mematikan.
Harlequin yang Mati
Sebagai pecinta seni, tentu saja tidak akan aneh kalau kita menjumpai Mr. Satterthwait di sebuah galeri seni sedang melihat-lihat lukisan. Frank Bristow adalah seniman baru yang belum terkenal. Tapi toh itu tidak menghalangi Mr. Satterthwaite melihat karya-karyanya. Di antara lukisan-lukisan Frank Bristow ada satu lukisan yang membuat Mr. Satterthwaite tersentak. Judul lukisan itu Harlequin yang Mati. Lukisan seorang Harlequin yang tewas di sebuah ruangan berlantai marmer hitam putih dengan sebuah sosok di luar jendela yang menatap sang Harlequin. Sosok itu mirip sekali dengan Mr. Quin. Mr. Satterthwaite juga mengenali ruangan tempat Harlequin itu tergeletak. Itu Ruang Beranda di Charnley.
Mr. Satterthwaite berhasil membeli lukisan itu sebelum orang lain. Dia jadi ingin mengenal Bristow lebih jauh lagi. Ia pun mengundang Frank Bristow makan malam sambil mendiskusikan lukisan itu. Mendiskusikan lukisan itu berarti juga mendiskusikan tragedi di Charnley. Tapi acara makan malam yang tadinya hanya tiga orang dengan Kolonel Monckton berubah menjadi ramai. Ada dua wanita yang menginginkan lukisan itu juga. Dan tentu saja, ada Mr. Quin yang datang secara tiba-tiba dan bergabung dengan mereka.
Burung dengan Sayap Patah
Mr. Satterthwaite sedang di pedesaan. Saat itu sedang hujan dan dingin sekali. Rumah-rumah di pedesaan jarang yang sehangat rumah-rumah di London. Di rumah yang dia tempati, kebanyakan isinya anak-anak muda yang masih lincah. Empat orang sudah pergi ke perpustakaan untuk main jelangkung. Mereka mengajak Mr. Satterthwaite juga sebetulnya, tapi permainan begitu bukan seleranya. Mr. Satterthwaite tidak sabar untuk kembali ke London. Dia bahkan sudah menolak undangan Madge Keeley untuk mampir ke Laidell.
Udaranya dingin sekali, dan satu-satunya tempat hangat hanya di perpustakaan. Jadi Mr. Satterthwaite pun ke sana. Di sana anak-anak muda itu sedang seru-serunya. Tapi Mr. Satterthwaite tidak tertarik dan hanya duduk di kursi besar sambil tidur-tiduran. Hingga sebuah nama disebut, Quin. Ada pesan untuk Mr. Satterthwaite...Laidell. Tanpa menunda-nunda Mr. Satterthwaite membatalkan kepulangannya ke London dan pergi ke Laidell.
Di Laidell yang ternyata tengah penuh tamu sepertinya akan terjadi sebuah drama kehidupan. Apakah dramanya akan mematikan? Bisakah Mr. Satterthwaite menemukan kebenarannya. Kali ini tanpa kehadiran langsung Mr. Quin.
Ujung Dunia
Kali ini Mr. Satterthwaite menemani seorang duchess super pelit ke Corsica. Sebenarnya Corsica bukanlah tempat favorit Mr. Satterthwaite, apalagi dengan perjalanan yang tidak nyaman. Tapi Mr. Satterthwaite juga sombong. Duchess of Leith adalah seorang duchess sejati. Dan Mr. Satterthwaite sangat menyukai orang-orang kelas atas. Di sana ada keponakan perempuan Duchess of Leith yang seorang seniman. Namanya Naomi. Lukisan-lukisan Naomi sedikit mengerikan tapi toh ada yang disukai Mr. Satterthwaite, jadi dia membelinya juga satu. Tapi lukisan-lukisan itu bukan selera sang duchess. Terlalu boros tinta.
Sang duchess sangat pelit. Dia ingin berjalan-jalan tapi tidak mau mengeluarkan uang untuk menyewa mobil. Mobil Naomi terlalu tua untuk mereka bertiga. Tapi tentu saja sang Duchess menemukan solusinya. Di sana kebetulan ada Mr. Tomlison, seorang hakim India yang sudah pensiun. Selanjutnya kan tinggal masalah bersosialisasi saja.
Acara jalan-jalan itu pun dilaksanakan. Mr. Tomlison pun ikut serta. Tapi Mr. Satterthwaite tidak ingin naik di sedan itu bersama sang duchess. Sayangnya, Naomi pun menolak Mr. Satterthwaite mentah-mentah. Alasannya kenyamanan dan keamanan. Tapi sepertinya ada alasan lain yang disembunyikan Naomi. Meraka pun jalan-jalan berkeliling hingga terus menanjak hingga ke puncak dunia, Coti Chiaveeri. Dan tanpa di sangka-sangka, di sana ada Mr. Quin yang sedang duduk di sebuah batu besar dengan wajah menghadap ke laut.
Naomi tampak ketakutan dengan Mr. Quin, terutama matanya. Mr. Quin tampaknya tahu niat Naomi. Hujan salju yang tiba-tiba turun memaksa mereka ke sebuah pondok untuk berteduh. Di sana, sebuah rahasia terungkap. Sebuah rahasia yang akan membebaskan jiwa-jiwa yang tersiksa.
Jalan Harlequin
Mr. Satterthwaite tidak tahu apa yang menyebabkan dia masih mau bertamu dan menginap di rumah keluarga Denman. Keluarga Denman bukan dari kalangan yang dia sukai. Dia pun selalu jemu jika bertamu ke sana. Tapi toh dia selalu kembali lagi kesana. Kali ini juga begitu. Tapi mungkin, samar-samar Mr. Satterthwaite tahu alasannya. Ada satu ruangan di rumah itu yang mengusik hatinya, ruang duduk pribadi Mr. Denman.
Saat Mr. Satterthwaite sampai, Mr & Mrs Denman sedang latihan untuk pertunjukkan tarian saat pesta topeng di tempat Lady Roscheimer. Selama Mr & Mrs Denman pergi, Mr. Sattertwaite bebas berkelana kemana saja. Saat berjalan-jalan di taman, Mr. Satterthwaite menemukan sebuah pintu di dinding. Pintu tidak terkunci dan di baliknya ada sebuah jalan, jalan pedesaan kecil yang indah. Nama jalan itu, Jalan Harlequin. Dan Mr. Satterthwaite pun bertemu dengan Mr. Quin di jalan itu.
Kalau ada Mr. Quin berarti akan ada sebuah drama kehidupan. Entah duka, cinta, atau ... kematian. Pertunjukkan tarian yang akan diselenggarakan nanti adalah tarian Harlequin. Kisah cinta antara Harlequin, Columbina, dan Pierrot. Ketika penari utama yang menjadi Harlequin dan Columbina mengalami kecelakaan dan tidak bisa menari, banyak rahasia-rahasia yang mulai terbongkar satu persatu. Saat Mrs. Denman dan Mr. Quin menjadi penari pengganti Columbina dan Harlequin, tarian menjadi terasa magis. Siapa sebenarnya Mrs. Denman? Siapa sebenarnya Mr. Quin? Misteri apa yang tersimpan di Jalan Harlequin?
REVIEW
Cerita-cerita di novel ini bagus-bagus banget. Novel ini punya rating Goodreads yang lumayan bagus. 3.73/5.00 bintang. Rating pribadi kami sendiri 4.50/5.00 bintang. Kami suka banget sama cerita-ceritanya. Memang ada beberapa cerita yang menurut kami kayaknya mudah ketebak ya kasusnya. Tapi cara pembawaan ceritanya yang menarik menjadikan ceritanya tetap enak diikuti sampai selesai. Buku ini recommended banget sih.
Kami juga suka dengan tokoh Mr. Satterthwaite yang meskipun sosialita abis tapi kayaknya juga orang yang seru dan enak dijadikan teman curhat. Mr. Quin adalah tokoh yang sangat misterius dan unik. Sampai di cerita terakhir, apakah Anda bakal percaya kalau Mr. Quin itu manusia? Tapi Mr. Quin pasti manusia, karena banyak yang bisa melihatnya dan berinteraksi dengannya. Tapi...Anda yakin Mr. Quin manusia? Atau Mr. Harley Quin seperti asal namanya ... adalah tokoh sang iblis...
Buku ini masih tersedia ya di Tokopedia kami. Klik link di bawah ini yah:
https://www.tokopedia.com/olakalik/the-mysterious-mr-quin-mr-quin-yang-misterius-by-agatha-christie
QUOTE
"Pada saat tertimpa stres berat, otak cenderung menaruh perhatian pada hal-hal kurang penting, yang malahan teringat terus sesudahnya, terpicu oleh stres berat yang dialami waktu itu. Yang diingat mungkin hal-hal kecil yang tidak ada artinya, seperti corak kertas pelapis dinding, tapi hal itu tak pernah terlupakan ."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Gagasan Anda memang aneh," kata Mr. Satterthwaite pelan. "Bahwa kita bisa melihat segala sesuatunya dengan lebih baik setelah lewat waktu."
"Semakin lama waktu yang lewat, semakin jelas segalanya terlihat. Kita dapat melihat setiap kejadian pada tempatnya."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Asal-usul selalu penting,"
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Suatu kejadian hanya bisa berlalu kalau sudah diselesaikan," sahut Mr. Quin.
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Pikiran hanya menjadi milik orang yang bersangkutan," kata Mr. Satterthwaite. "Tak seorang pun bisa mengubah atau memengaruhinya, kecuali Anda sendiri. ..."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Kadang-kadang kita melihat sesuatu dengan lebih jelas sepuluh tahun sesudahnya ketimbang ketika kita melihatnya waktu itu."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Saya rasa kalau dalam hidup ini kita pernah mengalami sesuatu yang sangat mengenaskan dan nyaris tak tertahankan, kita mungkin bisa seperti itu. Kita akan melarikan diri dari dunia nyata dan bersembunyi dalam dunia kita sendiri, dan setelah beberapa saat, kita jadi tidak bisa kembali."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Tidak begitu. Anda membuat saya melihat segalanya--segalanya yang semestinya dapat saya lihat dari dulu, yang sebenarnya sudah saya lihat, tapi tidak mengetahui maknanya ketika melihatnya."
"Kedengarannya pelik sekali," komentar Kolonel Monckton.
"Sesungguhnya tidak," kata Mr. Quin. "Masalahnya adalah kita tidak puas dengan cuma melihat-lihat saja. Kita cenderung punya kesan yang salah atas apa yang telah kita lihat."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Janganlah terlalu memikirkan kesan apa yang akan Anda timbulkan pada diri orang lain, dengan begitu saya rasa Anda akan lebih bijaksana dan bahagia. ..."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Tapi berdasarkan pengalamanku, tak seorang pun bisa mengenali seseorang sedalam-dalamnya. Itulah salah satu daya tarik dan keunikan hidup."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Banyak hal terlihat indah," kata Mr. Satterthwaite, "sebelum kita sampai padanya. Sesungguhnya, banyak hal paling jelek di dunia ini kelihatannya indah sekali."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Apa yang sebenarnya bisa diketahui seseorang?" tanyanya. "Hanya sedikit--sedikit sekali."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"Selama sepuluh tahun saya hidup dengan pria yang saya cintai," kata Anna Kharsanova. "Sekarang saya akan pergi pada pria yang selama sepuluh tahun telah mencintai saya."
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
"... . Kita memang selalu mencarinya--seorang kekasih yang sempurna dan abadi. Kita selalu mendengar musik Harlequin. Tak seorang pun pernah puas dengan seorang kekasih, karena semua kekasih adalah manusia belaka. Sedangkan Harlequin adalah sebuah mitos, sesuatu yang tak nyata, kecuali..."
"Ya?" kata Mr. Satterthwaite. "Ya?"
"Kecuali kalau namanya adalah... Kematian!"
~ The Mysterious Mr. Quin (Mr. Quin yang Misterius) by Agatha Christie
Baca Juga: