Cari Review Buku

Sabtu, 02 November 2019

Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong - Kenapa Cinta Bisa Begitu Sulit?

Hhh...sungguh kisah cinta yang sangat sulit...setidaknya itu kesan kami setelah membaca novel ini...

Oh iya, kita sudah review juga buku pertamanya ya di posting berjudul Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 1) by Jin Yong - Serasa Nonton Satu Season Film Seri. Kalau mau membaca latar belakang novel ini, kapan pertama diterbitkannya dan sedikit tentang sang pengarang, Jin Yong, silahkan membaca postingan kita di buku Jilid pertamanya yah.

Kita suka banget sama novel Action Romance ini (ada genre kayak gitu ngga sih?). Novel dunia persilatan yang sangat seru dan padat banget ceritanya. Penuh pertarungan-pertarungan seru antar para pendekar. Tapi kisah romantisnya pun tidak kalah dengan kisah pendekarnya. Kedalaman romantismenya sungguh bisa bikin mengelus dada. Kalau ada gambaran cinta sehidup semati yang benar-benar secara harfiah, ya ini nih, ada di novel ini.

Mari kita bahas sedikit ceritanya yah. Ini spoiler yaa. Kalau yang ngga suka spoiler di skip aja boleh. Langsung ke pembahasan review aja.

Di buku kedua ini cerita diawali dengan Yang Guo yang menjaga Hong Qigong, si Pengemis Utara, tertidur. Saking lelapnya sampai Yang Guo khawatir dia sudah meninggal. Untungnya, Yang Guo punya integritas dan memenuhi janjinya untuk menjaga Hong Qigong selama tiga hari. Saat Yang Guo diserang oleh Lima Orang Jelek, Hong Qigong akhirnya terbangun dan membantu melawan Lima Orang Jelek. Di tengah pertarungan, datanglah Ouyang Feng, si Racun Barat yang juga merupakan ayah angkat Yang Guo. Sayangnya Hong Qigong dan Ouyang Feng adalah musuh bebuyutan. Tanpa bisa dihindari, Hong Qigong dan Ouyang Feng bertarung. Mereka bertarung dengan sengit dan mati-matian, menentukan siapa yang terkuat. Pertarungan terjadi berhari-hari. Bahkan saat tak bisa bertarung Yang Guo yang menggantikan mereka bertarung dengan memeragakan jurus-jurus mereka.

Sayangnya meskipun sama-sama pendekar kuat, umur berkata lain. Fisik dan tenaga dalam mereka akhirnya menyerah menghadapi pertarungan mereka. Sebelum meninggalkan dunia persilatan, mereka sudah meninggalkan banyak ilmu kepada Yang Guo. Hong Qigong bahkan sudah meninggalkan jurus Tongkat Pemukul Anjing yang sebenarnya hanya diwariskan kepada ketua Partai Pengemis. Tapi karena keadaan, Hong Qigong mengajarkannya kepada Yang Guo, dengan harapan dia akan memberikan ilmunya kepada ketua Partai Pengemis.

Sementara itu, setelah ditinggal oleh Hong Qigong dan Ouyang Feng, Yang Guo kembali mengembara mencari Bibi Long. Di tengah jalan, Yang Guo menyamar untuk ikut ke Perjamuan Pendekar. Di perjamuan ini, Yang Guo bertemu kembali dengan Paman Guo dan Bibi Huang. Yang Guo berpura-pura tidak bisa ilmu silat untuk mengelabui para Biksu Quenzhen yang juga datang ke perjamuan. Sayangnya, yang namanya perjamuan, pasti akan selalu ada tamu tak diundang. Guru besar tentara Mongol dan murid-muridnya datang untuk menantang posisi ketua partai. Mongol ingin menjajah Negara Song dan ingin merebut posisi ketua partai agar negara Song bisa tunduk pada Mongol.

Pada saat pertarungan sengit untuk memperebutkan posisi ketua sedang berlangsung, tiba-tiba Xiao Longnu muncul. Yang Guo tentu saja langsung kegirangan dan langsung berkumpul dengan Xiao Longnu. Dunia benar-benar serasa milik berdua, meskipun di sekeliling mereka ramai dan sedang ada pertarungan sengit, mereka tidak perduli dan tetap mojok berdua saja. Yang Guo baru bertindak ketika kaki Xiao Longnu tanpa sengaja terkena senjata yang patah. Tanpa disangka, turun tangannya Yang Guo ini justru dapat mengusir tentara mongol dari perjamuan. Meskipun menang, mereka tidak berminat dengan pertikaian negara maupun posisi ketua. Karena kisah percintaan mereka pun ditentang oleh orang banyak, mereka pun memutuskan untuk pergi dan pulang ke Kuburan Kuno.

Tapi takdir berkata lain. Di tengah jalan, Yang Guo dan Xiao Longnu bertemu kembali dengan Huang Rong yang sedang mencari Guo Fu yang tiba-tiba menghilang. Ternyata, Guru Roda Emas masih dendam karena dikalahkan di Perjamuan Pendekar. Dia pun ketika melihat kesempatan langsung menculik Guo Fu. Agar posisinya meyakinkan, Guru Roda Emas juga berencana untuk turut serta membawa Huang Rong. Yang Guo tadinya tidak mau ikut campur. Tapi akhirnya dia membantu Huang Rong untuk membebaskan Guo Fu. Pertarungan tak terhindarkan. Guru Roda Emas pun terdesak oleh kehebatan ilmu silat Yang Guo dan Xiao Longnu yang bersatu padu. Malam pun dilalui dengan damai. Tapi obrolan Xiao Longnu dan Huang Rong memicu Xiao Longnu meninggalkan Yang Guo sekali lagi.

Tanpa memedulikan bibi Huang dan yang lainnya, Yang Guo langsung pergi mencari Xiao Longnu. tapi di tengah jalan, Yang Guo kembali berpapasan dengan rombongan Huang Rong yang lagi-lagi terdesak oleh Guru Roda Emas. Tadinya Yang Guo tidak mau menolong. Tapi melihat bibi Huang terdesak akhirnya dia membantu kembali. Guru Roda Emas melihat Yang Guo sudah terpisah dari Xiao Longnu, dan paham kalau dia sekarang punya kesempatan lebih besar untuk menang, dia pun akhirnya terus mendesak. Saat keadaan seolah tak ada harapan, datanglah bantuan yang tak terduga. Sayangnya, bibi Huang, Yang Guo, dan Guru Roda Emas semua terluka.

Cheng Ying, yang menyelamatkan Yang Guo, membawa dan merawat Yang Guo di sebuah gubuk terpencil untuk diobati luka-lukanya. Di sini Yang Guo bertemu kembali denga Lu Wushuang. Sayangnya, bertemu kembali dengan Lu Wushuang berarti berurusan lagi deng Li Mochou. Saat pertarungan, Huang Yaoshi dan muridnya, si Gadis Bodoh datang membantu. Li Mochou pun bisa dipukul mundur untuk sementara.

Sebelum pergi, Huang Yaoshi mengajarkan Yang Guo ilmu silat untuk mengatasi serangan Li Mochou. Sedangkan dari si Gadis Bodoh, Yang Guo akhirnya mengetahui siapa yang membunuh ayahnya. Jawabannya sangat mengejutkan. Khawatir dengan Yang Guo, Chen Ying membuat Yang Guo bersumpah agar memikirkan segalanya masak-masak sebelum membalas dendam.

Untuk mengatasi kebutan Li Mochou, Yang Guo terpikir untuk membuat gunting besar yang bisa memotong kebutan. Mereka pun bersama-sama ke tukang pandai besi untuk membuat gunting. Tanpa disangka, sang pandai besi adalah Feng Mofeng, salah satu murid Huang Yaoshi yang terusir dari Pulau Persik. Mendengar Li Mochou menghina Huang Yaoshi, Feng Mofeng pun marah dan bertarung dengan Li Mochou.

Saat Li Mochou berhasil dipukul mundur, Yang Guo pun akhirnya berpisah dengan yang lainnya untuk melaksanakan niat balas dendamnya. Saking niatnya, Yang Guo pun bersekutu dengan musuh lama, Guru Roda Emas. Ini berarti Yang Guo bersekutu dengan tentara Mongol.

Di perjamuan dengan Pangeran Mongol Kubilai, tiba-tiba si Bocah Tua Nakal, Zhou Botong, datang dan mengacau. Dia mengaku bahwa sedang mencari Guo Jing. Kehebatan kungfu Zhou Botong membuat pangeran Kubilai tertarik. Maka, ketika si Bocah Tua Nakal ditangkap oleh orang-orang Lembah Tanpa Cinta, Pangeran Kubilai meminta Guru Roda Emas dan yang lain mengikutinya dan mengajaknya bergabung dengan pasukan Mongol.

Siapa sangka mengikuti si Bocah Tua Nakal ternyata dapat mempertemukan kembali Yang Guo dengan Xiao Longnu. Tapi kali ini keadaannya sangat tidak menguntungkan. Karena hutang budi, Xiao Longnu akan menikah dengan ketua Lembah Tanpa Cinta. Di Lembah Tanpa Cinta ini pertarungan memperebutkan cinta terjadi dengan sangat sengit sekali. Meskipun Yang Guo dan Xiao Longnu akhirnya bisa bebas dan bersama kembali, Yang Guo keracunan berat. Hidupnya tinggal 18 hari. Dan dalam 18 hari itu, ia harus membalaskan dendam nyonya Lembah Tanpa Cinta dan membawa kembali buktinya untuk mendapatkan obat pemunah racun di tubuhnya. Kebetulan...dendam sang nyonya ternyata sama dengan dendam Yang Guo.

Okeh...kami akan stop di sini saja plotnya. He3. Siapakah objek dendam Yang Guo? Dan bagaimana ending di buku kedua ini? Biarlah teman-teman membaca sendiri.

Kita bisa bilang...gila ya...buku ini seru banget dan bagus banget. Pertarungan-pertarungannya seru, kisah cinta romansanya juga benar-benar menggigit bikin gemes. Kita dibikin kagum dengan Yang Guo yang sangat cerdas. Meskipun dia punya banyak kemalangan, tapi Yang Guo juga sebetulnya punya banyak takdir yang menguntungkan. Hidupnya seperti selalu ada di posisi ekstrem. Di satu sisi dia selalu menemui kemalangan, tapi di sisi lain, dia selalu belajar ilmu silat hebat-hebat bahkan langsung dari sang tetua dan pendekar-pendekar hebat. Di buku kedua ini kita juga bisa melihat Yang Guo yang semakin dewasa. Masih keras kepala dan keras hati, tapi keputusan yang diambilnya mulai sedikit mendewasa.

Di sisi lain, Xiao Longnu di buku ini masih kelihatan yang polos banget dan naif banget. Bikin geregetan sendiri. Masih gampang terpengaruh omongan orang lain. Tapi sifatnya yang rela mengorbankan dirinya demi Yang Guo membuat kisah romansanya jadi manis-manis pahit. Yang Guo di buku ini juga kelihatan banget Don Juan-nya. Para wanita kanan dan kiri semua jatuh hati pada Yang Guo. Meskipun dia tidak ada maksud, tapi Yang Guo pandai berkata-kata sehingga membuat para wanita jatuh hati. Belum lagi dia digambarkan sebagai tokoh yang tampan kan yaaa, ilmu silatnya juga luar biasa, belum lagi sangat cerdas, yaa makin-makin lah yaa semua jatuh hati. Tapi semua wanita-wanita ini tahu cinta Yang Guo pada Xiao Longnu, dan hebatnya semua berbesar hati. Makin bittersweet lah yaa.

Pertarungan di buku ini seru banget, detail dan panjang. Pertarungannya padat banget. Saking padatnya, kita juga bisa jadi capek sendiri karena rasanya tegang terus baca kisah pertarungan di buku ini. Buat yang suka serial action, novel ini wajib dibaca banget deh. Buku ini juga detailnya kebangetan. Semua latar belakang, alasan, apa yang terjadi di masa lalu juga dijabarkan dengan baik dan detail. Jadi kita tidak perlu capek menebak-nebak. Kalaupun buku ini punya kekurangan, kelebihannya yang detail banget itu juga bisa menjadi kekurangan. Karena saking detailnya, kita juga jadi tidak bisa berimajinasi secara bebas. Kalau memang pengen begitu ya. Tidak ada ruang untuk menebak-nebak kenapa begini? Kenapa begitu? Tapi kita sih suka-suka aja sih ya dengan model detail seperti ini, karena jadi bisa menikmati cerita dengan utuh.

Teman-teman sendiri gimana? Ada yang sudah baca novel ini juga? Gimana kesan-kesannya?

Quote

Dihargai orang lain boleh, dipandang rendah juga tidak apa-apa, tidak ada urusan dengan dirinya.
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

Ketika seseorang menghadapi masalah besar, sifat sesungguhnya baru bisa muncul.
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

"Cinta tak akan putus," kata Yang Guo, "nama lembah ini 'Tanpa Cinta', ingin memutuskan cinta. Tapi cinta mengikuti kehidupan manusia. Asalkan ada orang, tentu ada cinta. Karena itu seluruh Lembah Tanpa Cinta ini ditumbuhi bunga cinta."
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

Siapa yang sebaiknya bahagia, siapa yang sebaiknya sedih? Semua yang benar-benar mencintai pasangannya, tentu akan mudah memilih.
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

Namun Yang Guo tidak berpikir bahwa dirinya bernasib baik atau buruk, apakah orang lain memperlakukannya baik atau buruk, semua dipicu oleh sifat dasarnya sendiri. Jika sifatnya ramah dan tulus, ucapannya tidak menunjukkan permusuhan dan ia memperlakukan orang seperti itu, maka orang lain juga tentu membalasnya seperti itu.
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

Ternyata lingkungan mengikuti suasana hati. Jika ingin keluar tetapi tak bisa, dalam hati sedih; sebaliknya jika tak ingin keluar, sesudah keluar juga hati tak gembira.
Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 2) by Jin Yong

Baca juga review jilid selanjutnya di link di bawah ini:

Jumat, 18 Oktober 2019

Buku vs Film: The Lord of the Rings - The Two Towers. Sama-Sama Keren!

Kembali lagi kita membahas Buku vs Film! Kali ini kami mau membahas The Lord of the Rings - The Two Towers. Teman-teman sudah baca buku dan nonton filmnya kan? Kalau belum, spoiler warning yah, nanti di postingan ini akan banyak spoilernya, jadi resiko ditanggung sendiri yaa. Oiya, untuk yang belum baca review novelnya, bisa ke posting sebelumnya, Review Novel The Lord of the Rings: The Two Towers by J.R.R. Tolkien - Berakhir Menegangkan.

Pertama-tama kami mau bilang satu hal yang pasti. Bahwa film dan bukunya sama-sama wajib dinikmati dua-duanya, karena sama-sama bagus dan sama-sama keren. Mana yang lebih bagus? Tidak, dua-duanya sama-sama bagusnya. Kalau soal perbedaan antara buku dan film, itu sih sudah pasti ada ya. Tapi buat kami perbedaannya itu tidak terlalu terasa mengecewakan. Ya memang beda aja gitu. Marilah kita bahas.

Kita mau bahas apa saja yang berbeda antara buku sama filmnya. Ini yang kita inget banget saja ya, yang cukup memberi kesan. Jadi tidak detail banget. Kalau ada yang kelewatan atau ada yang mau dibahas, silahkan komen di kolom komen yah.

Rombongan Aragorn, Legolas, dan Gimli
Mereka mengejar jejak para Orc yang menculik Merry dan Pippin sampai semua terlambat. Rombongan Orc dimusnahkan oleh para penunggang Rohan. Nah, kalau di bukunya, percakapan antara rombongan dan para penunggang rohan itu berlangsung cukup alot, sampai akhirnya mereka diberikan kuda untuk perjalanan mereka. Kalau di film, percakapan mereka singkat saja, dan langsung diberikan kuda. Hmm...ini sih kayaknya mau menyingkat durasi ya sepertinya.

Merry dan Pippin
Cerita ketika mereka dalam perjalanan bersama Orc lebih panjang, lebih detail, dan lebih seru di buku.Yang di film juga seru kok, jangan salah. Cara pippin membebaskan diri dan memberikan jejak juga berbeda antara buku dengan film. Pertemuan Pippin dan Merry dengan Gandalf juga berbeda antara buku dan film. Di film, mereka bertemu di hutan Fangorn, di buku, kalau tidak salah ingat ya, mereka baru bertemu di Isengard, sebelum penyerangan Ent terhadap Isengard.

Nah, omong-omong soal masalah Ent. Cerita Ent di buku sangat berbeda dengan di film. Di bukunya, para Ent sepakat untuk menyerang Isengard. Kesepakatan ini diperoleh saat Entmoot. Tapi di filmnya, kesepakatan Entmoot-nya justru mereka menolak ikut berperang. Mereka baru mau berperang ketika Treebeard akhirnya melihat hutan-hutan Fangorn yang gundul akibat ulah Saruman.

Peperangan Helm's Deep
Peperangan di Helm's Deep ini juga cukup beda jauh antara buku dengan film. Dua-duanya sama-sama seru, tapi yang di film lebih keren karena ada pasukan elf yang ikut bertarung. Ending perang juga berbeda cukup jauh. Kalau di film kemenangan diperoleh ketika pasukan Eomer akhirnya datang bersama Gandalf. Sedangkan di bukunya, Eomer sudah dari awal ikut bertarung bersama pasukan raja. Bantuan datang dari pasukan Erkenbrand bersama dengan kedatangan Gandalf. Di buku, tidak ada pasukan elf yang ikut membantu.

Raja Theoden dan Faramir
Nah, Raja Theoden di buku dengan di film menurut kami sangat berbeda. Di film menurut kami Raja Theoden digambarkan terlalu lemah dan peragu. Terlalu takut tapi keras kepala. Kalau dibukunya, setelah lepas dari cengkraman Grima (Grima di film on point banget menurut kami. Cocok. Pas banget.), Raja Theoden memberikan kesan sebagai raja yang kuat dan bijaksana. Siap berperang dengan penuh semangat dan kekuatan. Kami lebih suka Raja Theoden yang di buku daripada yang di film.

Nah, tokoh Faramir juga sama. Secara garis besar kami lebih suka Faramir yang ada di buku dibandingkan yang ada di film. Di buku Faramir jauh lebih bijaksana. Di film, Faramir seperti punya masalah keluarga karena selalu dibeda-bedakan dengan Boromir.

Tapi yah, perubahan ini sih memang memberikan cerita baru yang berbeda sama sekali dari bukunya. Untuk ukuran film, cerita ini memang membuat film-nya jadi lebih banyak adegan-adegan seru.

Ending
Endingnya beda banget sama yang di buku. Kalau di buku, Endingnya justru menegangkan banget. Berakhir dengan Frodo yang ditawan di menara oleh para Orc. Di film, ceritanya belum sampai di sini. Ketemu Shelob aja belom kok. Di film, endingnya lebih memberikan "harapan".

Ada tokoh-tokoh baru juga yang ada di film tapi tidak ada di buku. Gamling, salah satu pengawal Theoden, dan Haldir, sang komandan pasukan elf adalah salah satu tokoh baru yang cukup mencolok.

Kira-kira itulah beberapa perbedaan antara buku dengan filmnya yang cukup besar yah.

Rabu, 16 Oktober 2019

Review Novel The Lord of the Rings: The Two Towers by J.R.R. Tolkien - Berakhir Menegangkan

Siapa sih yang tidak tahu kisah The Lord of the Rings? Kalau pun belum membaca bukunya, pasti sebagian besar sudah nonton film-nya kan? Soal Buku vs Film akan kami bahas di postingan terpisah yah. Tapi satu hal yang bisa kami sarankan adalah...silahkan baca bukunya dan nonton filmnya, karena sama-sama bagus banget. Oiya, kami juga sudah mereview buku pertamanya ya, The Lord of the Rings - The Fellowship of the Ring oleh J.R.R. Tolkien, silahkan di cek yah.

Oke mari kita bahas di buku kedua ini apa yang diceritakan. Spoiler alert yaaa buat yang belum baca bukunya. Buku kedua ini bisa dibilang dibagi menjadi tiga bagian cerita, karena rombongan terpaksa terpisah-pisah akibat serangan Orc yang mendadak. Kita akan mengikuti cerita Aragorn, Legolas, dan Gimli terlebih dahulu. Mereka dengan sedih memakamkan Boromir di Rauros, dan dengan berat hati akhirnya merelakan Sam dan Frodo yang kabur berdua saja menuju Mordor. Akhirnya mereka memilih untuk memburu Orc yang menculik Merry dan Pippin.

Sementara itu, Merry dan Pippin diculik oleh Orc yang kabur dengan sekuat tenaga tanpa kenal lelah. Padahal para Orc-Orc ini juga tidak tahu kenapa kedua halfling ini harus dibawa ke Isengard dengan utuh tanpa kurang satu apa pun. Mereka hanya menerima perintah tanpa kejelasan lebih lanjut. Karena kesempatan bagus dan kecerdikannya, Pippin berhasil membebaskan tangannya dari ikatan dan memberi sedikit petunjuk di jalan. Dengan harapan bahwa Aragorn dan kawan-kawan sedang mencari mereka. Kesempatan untuk benar-benar kabur datang ketika rombongan Orc dikejar oleh para penunggang Rohan. Pertempuran terjadi. Salah satu Orc yang lebih rakus justru menjadi kunci pelarian Merry dan Pippin. Mereka lolos dan masuk ke hutan yang justru ditakuti oleh banyak orang, Fangorn.

Sementara itu rombongan Aragorn juga bertemu dengan para penunggang Rohan di tengah jalan. Mereka hampir saja ditangkap. Sayangnya Orc-Orc yang mereka buru ternyata sudah dihabisi oleh para penunggang dan mereka tidak melihat ada makhluk lain selain Orc. Dengan kecil hati Aragorn dkk. ke lokasi pembantaian, berusaha mencari secercah harapan. Dalam pencariannya, tanpa disangka, mereka justru bertemu kembali dengan Gandalf yang sekarang sudah menjadi Gandalf si Putih. Mereka pun akhirnya mengikuti Gandalf untuk menemui Raja Theoden dan menuju ke pertempuran di Helm's Deep.

Sementara itu, Merry dan Pippin justru bertemu dengan Treebeard, Ent tua yang bijaksana. Treebeard membawa mereka ke rumahnya. Merry dan Pippin menceritakan kisah mereka. Kekhawatiran Treebeard akan Saruman dan kemarahannya kepada para Orc yang seenaknya saja menebang pohon membawanya untuk mengadakan pertemuan dengan para Ent yang lain. Setelah perundingan yang lama, sepakat lah mereka untuk menuju Isengard, memberi pelajaran kepada Saruman, tetangga mereka yang sudah berkhianat.

Pertarungan di Helm's Deep terjadi sangat seru. Begitu juga apa yang terjadi di Isengard. Rombongan Aragorn akhirnya bertemu kembali dengan Merry dan Pippin di Isengard. Saruman yang sudah ditaklukkan tetap tidak mau menyerah dan masih berusaha mempengaruhi mereka dengan sihirnya. Sekarang, setelah masalah Isengard beres, mereka harus bergegas menuju Minas Tirith.

Bagaimana dengan Frodo dan Sam? Perjalanan mereka sama berbahayanya dan melelahkan. Apalagi karena mereka sebenarnya tidak tahu jalan ke Mordor. Tanpa mereka sadari Gollum sudah mengikuti mereka sepanjang perjalanan. Dengan kecerdasan, mereka akhirnya bisa menangkap Gollum dan menjinakkannya. Gollum yang ternyata tahu jalan ke Mordor kemudian malah menjadi pemandu jalan mereka. Tapi tentu saja, pemandu jalan yang satu ini adalah pemandu jalan yang licik. Ketika hampir sampai, mereka malah diumpankan kepada Shelob, monster laba-laba raksasa yang kelaparan. Awalnya mereka berhasil lolos. Tapi, Frodo yang tidak waspada karena terlalu gembira akhirnya dilumpuhkan Shelob. Sam, yang terlambat bertindak, meskipun dengan gagah berani berhasil melukai Shelob, menemukan Frodo yang sudah dingin. Karena mengira Frodo sudah meninggal, dia memutuskan untuk mengambil cincin untuk meneruskan misi mereka sendirian. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui kenyataan bahwa Frodo masih hidup dan hanya dilumpuhkan. Betapa putus asanya Sam ketika mendapati Frodo sekarang dibawa oleh para Orc masuk ke Mordor dan disekap di sana, tanpa Sam bisa mengikutinya.

Suka banget sama petualangan mereka yang seru. Kalaupun ada keluhan tentang buku ini, itu cuman satu saja. Gaya bahasa yang dipakai tidak sederhana, banyak metaforanya. Apalagi kalau sudah menggambarkan soal lingkungan sekitar ya. Jadi tidak terlalu easy reading novelnya. Contohnya seperti ini nih misalnya:

Ketika hari kedua perjalanan berlalu, rasa berat di udara semakin besar. Di siang hari, awan-awan gelap mulai menyusul: seperti atap muram dengan tepi-tepi menggelembung besar, berbercak cahaya menyilaukan. Matahari terbenam, merah darah dalam kabut berasap. Tombak-tombak para Penunggang berujung nyala api ketika berkas-berkas cahaya terakhir menyinari wajah terjal puncak-puncak Thrihyrne: sekarang puncak-puncak itu berdiri dekat sekali di lengan paling utara Pegunungan Putih, tiga tanduk bergerigi yang menatap matahari tenggelam. Dalam cahaya merah terakhir, mereka yang berada di barisan depan melihat sebuah bercak hitam, seorang penunggang kuda yang mendekat. Mereka berhenti menunggunya.

Kalau percakapan-percakapannya sih mudah diikuti yah. Paling yang sulit hanya gaya bahasa pas menjabarkan backgroud alam sekitar aja. Tapi kami tidak menyangka, ternyata endingnya menegangkan banget. Kami juga suka dengan perkembangan karakter Sam yang meskipun digambarkan seperti tokoh yang tidak pintar-pintar amat, tapi ternyata sangat pemberani dan waspada. Apalagi kalau sudah menyangkut keselamatan majikannya, Frodo. Meskipun buku ini berisi pertempuran melawan para Orc dan petualangan berbahaya, tapi sifat easy going Merry dan Pippin, serta kompetisi antara Gimli dan Legolas membuat buku ini tidak gelap-gelap amat dan bisa lebih enjoy menikmatinya.

Gimana? Ada yang sudah membaca juga? Bagaimana pendapat teman-teman? Silahkan komen di bawah ya.

Quote

"Akhirnya kita dihadapkan pada pilihan sulit," kata Aragorn. "Apakah kita akan istirahat di malam hari, atau jalan terus sementara masih punya tekad dan kekuatan?"
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Pengejaran yang sejak awal mungkin sudah sia-sia, tak bisa diperbaiki ataupun dirusak oleh pilihanku. Well, aku sudah memilih. Maka biarlah kita menggunakan waktu sebaik mungkin!
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Ini akhir yang pahit bagi seluruh harapan dan kerja keras kita!"
"Untuk harapan, mungkin, tapi tidak bagi kerja keras,"
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Ada beberapa hal yang lebih baik dimulai daripada ditolak, meski akhirnya akan gelap.
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Tapi aku berbicara terburu-buru. Kita tak boleh tergesa-gesa. Hatiku terlalu panas. Aku harus mendinginkan diriku dan berpikir; sebab lebih mudah berteriak berhenti! daripada melakukannya."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Hati yang setia mungkin bermulut lancang."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"bahwa bagi mata yang tidak lurus, kebenaran mengenakan wajah masam."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Siapa yang tak mampu membuang harta dalam keadaan darurat, akan terbelenggu.
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Para pengkhianat selalu penuh curiga,"
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Seringkali kebencian mencederai dirinya sendiri!
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Tapi sudah sejak dulu dikatakan: kehendak jahat sering dirusak kejahatan."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Tidak, tangan yang terbakar justru menjadi pelajaran terbaik. Setelah itu, barulah nasihat tentang api akan dimasukkan ke dalam hati."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

Omongan manis bisa menyembunyikan hati yang busuk.
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"tapi selama masih ada kehidupan, berarti masih ada harapan,..."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Tapi aku tidak tahu. Begitulah biasanya sebuah cerita. Ambillah satu yang kausukai. Kau mungkin tahu atau menduga, kisah macam apa itu, berakhir bahagia atau sedih, tapi orang-orang di dalamnya saat itu belum tahu. Dan kau tak ingin mereka tahu sebelumnya."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien

"Jangan mengata-ngatai dirimu sendiri, Smeagol," kata Frodo. "Itu tidak bijak, biarpun benar atau salah."
~The Lord of the Rings: The Two Towers (Dua Menara) by J.R.R. Tolkien


Buku ini tersedia di:
1. BookDepository

Sabtu, 05 Oktober 2019

Wicked Nights (Malaikat Kegelapan) by Gena Showalter - Saat Sang Malaikat yang Kejam Akhirnya Menyadari Welas Asih

Kali ini mari kita baca ceritanya Zacharel, salah satu malaikat kesatria yang sudah beberapa kali muncul di novelnya Gena Showalter, khususnya di seri Lord of the Underworld. Kalau tidak salah sih sempat disebut-sebut di The Darkest Surrender sama di The Darkest Secret. Di buku-buku sebelumnya, Zacharel ini selalu digambarkan sebagai malaikat yang dingin, sangat dingin dan tidak punya hati. Tapi, bahkan para penguasa dunia kegelapan kadang tidak sanggup menolak pesona Zacharel. Nah, di buku Wicked Nights ini lah kita akan tahu, kenapa Zacharel bisa bersikap sangat dingin.

Wicked Nights ini masuknya di seri Angels of the Dark. Bercerita tentang Zacharel yang dijatuhi hukuman karena sering mengabaikan perintah Sang Penguasa. Zacharel sering bersikap tanpa ampun, membunuh manusia yang dirasuki iblis atau bersinggungan dengan iblis, padahal bisa saja manusia itu sebenarnya tidak bersalah. Zacharel dihukum dengan diangkat menjadi pemimpin sepasukan malaikat kesatria yang sudah diujung tanduk, nyaris di hukum jatuh ke bumi. Setiap anak buahnya berbuat salah dan membunuh manusia, maka Zacharel-lah yang akan terkena hukumannya.

Di sisi lain, ada Annabelle, seorang wanita yang dituduh telah membunuh kedua orangtuanya dan divonis gila. Annabelle dijatuhi hukuman di rumah sakit jiwa khusus para kriminal. Tapi Annabelle tidak gila, dan dia benar-benar melihat sang iblis membunuh kedua orangtuanya. Sayangnya, para manusia biasa tidak percaya, dan ada sesuatu di dalam diri Annabelle yang membuatnya selalu dikejar-kejar iblis lainnya, mengganggunya, membuatnya harus berjuang mempertahankan hidupnya.

Saat Zacharel bertemu Annabelle yang tidak berdaya, sesuatu pada diri Annabelle memicu kenangan terdalam Zacharel. Meskipun Zacharel berusaha manampik, tapi pada kenyataannya dia jauh lebih penasaran kepada Annabelle dan kepada situasi yang dialami Annabelle. Zacharel tidak tahu, bahwa jawabannya nanti akan lebih mengenaskan. Pada akhirnya, Zacharel harus memilih, siapakah yang paling dia cintai.

Wicked Nights ini rating Goodreads-nya termasuk yang bagus banget ya 4.1 dari 5 bintang. Banyak yang suka dengan buku ini. Oiya, kami memang lebih suka novel genre paranormal romance begini dibandingkan novel romance biasa. Karena biasanya lebih seru dengan aksi-aksi dan pertempuran menantang dibandingkan sekedar pergulatan kisah cinta. Wakakak. Tapi selera orang bisa beda-beda kan yaaa.

Tapi yang mengejutkan adalah...menurut kami, adegan aksi di novel ini sebenernya tidak terlalu banyak. Jangan salah, novel ini tetap seru, adegan pertempurannya tetap cukup banyak, tapi tidak sebanyak yang diharapkan sebetulnya. Mungkin ketegangannya agak kurang? Hmm... Atau bisa juga karena sebelumnya kami sudah membaca The Darkest Surrender yang hampir 80% pertempuran. Namanya juga lagi kontes para Harpy ya kaan... Setelah membaca The Darkest Surrender yang tegang, Wicked Nights ini jadi kayak novel untuk cooling down dari pertempuran yang melelahkan. Tapi sekali lagi, aksi-aksi dan pertempurannya tetap ada, tapi sebagian besar ceritanya kita akan menyelami bagaimana perasaan Zacharel dengan lebih dalam, bagaimana perkembangan hubungan Zacharel dengan Annabelle, dan rahasia mereka berdua, dan apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka. Ooo...kayaknya kami tahu apa yang kurang, pertempurannya ada, tapi agak terlalu singkat. Kayaknya karena itu deh.

Terlepas dari kekurangannya tadi, kami sih sangat menikmati buku ini ya. Dibacanya enak dan mengalir. Ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana tanggapannya? Silahkan diskusi di kolom komen yaa ^_^

Buku ini masih tersedia yah di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/wicked-nights-malaikat-kegelapan-by-gena-showalter


Quote

"Apa kau tidak menyadari bahwa perbuatan ini akan kembali menghantuimu? Kalau kau menebar benih kehancuran, kau akan hidup dengan menanggung buah perbuatanmu, dengan segala onak dan durinya."
~ Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

Lupakan kesedihan itu. Ia akan mengatasinya nanti. Sekarang, ia hanya akan menikmati keadaan.
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

"Aku tidak bohong. Tak perlu berbohong. Orang-orang berbohong karena mereka mencemaskan akibat saat mengakui kebenaran. Aku tak mencemaskan apa pun. Orang-orang berbohong karena ingin mengambil hati orang lain di sekitar mereka. Aku tak ingin mengambil hati siapa pun. Sebaiknya kau ingat itu."
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

"Dunia di sekeliling seseorang sering kali ternoda oleh kenangannya."
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

"Kata-kata yang diberi keyakinan jadi memiliki kekuatan, Annabelle, bahkan kata-kata yang negatif. Kalau kau ingin kakakmu berubah pikiran, mulailah bicara dan bersikap seolah dia sudah melakukannya."
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

Kau bisa memperoleh apa yang kau ucapkan kalau kau percaya bahwa kau memilikinya bahkan sebelum kau benar-benar memilikinya. Itulah keyakinan.
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

"Seorang gadis harus memanfaatkan senjata apa pun yang dimilikinya."
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

"Ada begitu banyak cara untuk menyakiti seseorang, Zacharel."
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter

Cinta yang sejati adalah anugerah. Istimewa. Sangat dibutuhkan.
Wicked Nights (Malaikat Kegelapan), Angel of the Dark Series by Gena Showalter


Sabtu, 21 September 2019

Agatha Mystery 2: Misteri Hilangnya Mutiara Benggala - Serial Detektif Remaja yang Ringan

Waktu kami pertama kali membaca judul buku ini, kami langsung terpikir satu nama, Agatha Christie. Iya dong, Agatha mana lagi yang terhubung erat dengan kasus-kasus misterius? Awalnya kami kira buku ini semacam spin off Agatha Christie, tapi kayaknya sih bukan ya. Tapi kalau terinspirasi mungkin iya.

Seri Agatha Mystery ini menceritakan tentang petualangan saudara sepupu Agatha dan Larry Mystery. Yes...Mystery itu nama keluarga mereka. Larry ingin menjadi seorang detektif, dan dia belajar di sebuah sekolah khusus untuk para calon detektif. Sedangkan Agatha, dia ingin menjadi seorang penulis cerita misteri (kaan, kemungkinan besar inspirasinya dari Agatha Christie). Di buku kedua ini, Larry ceritanya mendapatkan tugas dari sekolahnya untuk memecahkan misteri hilangnya sebuah mutiara keramat dari salah satu kuil di India.

Agatha Mystery ini menurut kami ceritanya lumayan bagus dan enak membacanya. Memang, untuk ukuran novel detektif remaja sekalipun, ceritanya agak terlalu ringan sih menurut kami. Kalau dibandingkan dengan serial lima sekawan, novel ini jauh lebih lebih sederhana ceritanya. Novel ini cocok untuk teman-teman yang sedang mencari bacaan ringan yang menghibur. Atau sebagai bacaan untuk para remaja yang senang cerita detektif yang tidak terlalu kompleks ceritanya.

Apa ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar yah.

Quote

"Kalian jangan sampai lupa betapa pentingnya orangtua kalian, teman-temanku sekalian," bisiknya. "Dan indahkan selalu nasihat mereka, kadang-kadang memang benar!"
~Agatha Mystery 2: Misteri Hilangnya Mutiara Benggala by Sir Steve Stevenson


Kamis, 19 September 2019

Buku vs Film: A Time to Kill - Sama-Sama Bagus dengan Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing

Okay, sebelumnya kami sudah mereview buku A Time To Kill karangan John Grisham ini. Buat kami, buku ini bagus banget dan seru. Gaya berceritanya juga enak. Untuk review lengkapnya silahkan langsung ke postingan review bukunya yah. Nah, karena kami juga sudah menonton filmnya, sekarang saatnya membandingkan antara film dan bukunya. Manakah yang lebih bagus? Apa aja kelebihan dan kekurangannya? Tentu saja ini opini pribadi kami yaa.

A Time to Kill ini film lama. Film tahun 1996. Pemeran utamanya ada Sandra Bullock (sebagai Ellen Roark), Samuel L. Jackson (sebagai Carl Lee Hailey), dan Matthew McConaughey (sebagai Jack Brigance).

Okay, sampai di sini mari kita bahas dulu soal perannya Sandra Bullock sebagai Ellen Roark. Sejujurnya yah, kami tidak terlalu suka dengan tokoh Ellen Roark di novelnya. Kenapa? Menurut kami, tokoh Ellen Roark ini semacam tokoh pengganti untuk mengisi kekosongan tokoh wanita pendukung. Ellen Roark muncul setelah Carla, istri Jack Brigance, pergi mengungsi ke rumah orangtuanya karena situasi yang mulai membahayakan. Ellen Roark ini menurut kami memberikan plot sampingan yang tidak perlu, yaitu hampir terjadinya affair antara Ellen Roark dan Jack Brigance. Tokoh yang menurut kami sebenarnya krusial, yaitu salah satu juri yang menyebabkan terjadinya keputusan bulat, Wanda Womack, justru dihilangkan dari film. Ini menurut kami sangat disayangkan sekali. Di film, peran Wanda Womack ini dialihkan ke peran Jack Brigance.

Sekarang mari kita lihat dari sisi ceritanya. Secara garis besar, film dan bukunya sama kok. Menurut kami sih sudah sesuai antara novel dan film. Tapi secara detail, tentu saja novelnya lebih detail. Ada beberapa bagian di film yang menurut kami akan lebih jelas latar belakangnya kalau kita sudah baca novelnya. Soal ending, sama-sama ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Untuk keputusan pengadilannya, kita lebih suka yang di novel. Lebih detail dan rasanya lebih masuk akal. Tapi filmnya seperti menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ending di bukunya. Jadi lebih bulet lah ceritanya, lebih tuntas. Seperti pertanyaan "Kemanakah KKK pada akhirnya?" atau "Bagaimana dengan reaksi Carla?"

Film ini film lama banget, film tahun 1996. Kalau misalnya teman-teman bertanya-tanya, akankah film ini di remake? Kami tidak tahu juga sih, tapi kemungkinan sih tidak ya. Alasan utama kemungkinan adalah soal isu rasisme yang diangkat cerita A Time to Kill. Kalau di film, entah kenapa rasismenya terasa banget. Beda dibandingkan saat membaca bukunya. Kalau kita membaca buku, kita seperti bisa set mindset kita dulu. Bahwa ini kejadian di tahun sekian, saat masa-masa itu. Seperti itu kira-kira. Belum lagi masalah adanya KKK, ini bisa jadi topik yang sangat sensitif.

Kesimpulan kami, film dan novel A Time to Kill sama-sama bagus dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kami merekomendasikan dua-duanya.

Ada yang sudah nonton film dan baca bukunya juga? Gimana pendapatnya? Silahkan berikan komentarnya yah ^_^

Senin, 16 September 2019

Xi You #5: Cerita Perjalanan Ke Barat - Akhirnya Selesai Juga Perjalanan yang Berat Itu

Akhirnya....perjalanan Biksu Tang dan murid-muridnya bisa selesai di buku Xi You yang ke lima ini. Perjalanan yang berat dan lama, 14 tahun lho, lama banget kan. Sepanjang perjalanan banyak banget rintangan yang menghadang, terutama dari serangan siluman-siluman yang pengen banget memakan daging Biksu Tang, kalau silumannya perempuan, malah pengennya menikahi Biksu Tang. Rintangan dari sesama manusia biasa juga ada, bentuknya biasanya berhubungan dengan para penyamun. Tapi akhirnya semua bisa berakhir bahagia.

Kita tidak akan terlalu banyak membahas dari segi ceritanya, karena sebenarnya sama saja dengan buku-buku sebelumnya. Kebanyakan yang dilawan siluman, lalu bisa selesai dengan kecerdikan Wukong dan pertolongan para Dewa. Karena ini buku terakhir, kita mau bahas secara keseluruhan secara umum saja.

Oke, pertama, mari kita bahas dari segi cerita. Xi You ini bercerita tentang perjalanan Biksu Tang serta murid-muridnya untuk mengambil kitab suci ke barat (India). Berbagai rintangan menghadang. Nah, 90% dari rintangan-rintangan yang ada berhubungan dengan siluman, dan jujur saja, agak repetitif. Rumusannya kira-kira begini: Biksu Tang diculik siluman → Wukong berusaha menolong → Kalau tidak berhasil, minta bantuan Dewa → Biksu Tang selamat...Horee... Hal inilah yang sempet bikin kami susah banget menyelesaikan buku keempat dari novel ini. Di buku keempat udah mulai bosen dong, masa iya masalahnya itu-itu terus? Tapi jangan salah sangka, ceritanya berbeda kok (walaupun dengan rumus masalah yang sama), dengan siluman yang berbeda tentunya. Tapi buku kelima ini justru lebih mudah dinikmati. Meskipun problemnya masih sama ya, tapi lebih enak aja baca ceritanya, mungkin juga karena pengen cepat-cepat tahu gimana endingnya kali ya.

Kedua, mari kita bahas tokoh-tokohnya. Enaknya ngulik satu-satu kali ya...

Biksu Tang Sanzang
Biksu Tang melambangkan roh manusia yang harus mengendalikan empat sifat manusia yang dilambangkan oleh murid-muridnya. Jujur, sepanjang empat buku kami merasa Biksu Tang itu tidak banyak perkembangan karakternya. Naif banget, dan gampang terhasut sama Bajie. Di buku kelima ini bahkan Wukong sampai berkata begini...

"Memang sungguh mengherankan, perjalanan kita sudah sebegini jauhnya. Padahal Guru sendiri juga sudah sering jatuh ke tangan siluman yang jahat. Tapi kenapa Guru masih belum juga sadar akan adanya bahaya? Sedangkan aku, entah berapa banyak siluman jahat yang kubunuh karena ingin menyelamatkan Guru dari bahaya maut. Sekarang kenapa pula kita harus menolong siluman jahat itu, Guru?"
~ Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

See...muridnya saja bisa bilang begitu. Apa mungkin, beginilah sifat roh manusia? Naif, tanpa rasa curiga. Tapi di buku kelima ini ada perkembangan karakternya kok, meskipun sedikit. Biksu Tang mulai bisa cemas kalau misalnya ada potensi bahaya, mulai bisa galak sama Bajie, juga mulai bisa menuruti apa kata-kata Wukong. Ada perkembangannya, tidak signifikan, tapi cukup berarti.

Sun Wukong
Sun Wukong itu melambangkan otak atau kecerdasan manusia yang selalu digunakan untuk mencari jalan atau akal guna memecahkan suatu masalah. Kami paling suka dengan tokoh Sun Wukong ini karena dia lah yang perkembangan karakternya paling signifikan. Dari yang nakal, kejam, tanpa pandang bulu, berubah menjadi tokoh yang banyak akal, bijaksana dan bahkan bisa bersabar. Perkembangannya bagus banget. Jadi kita senang membaca cerita kisah Sun Wukong ini.

Zhu Bajie
Zhu Bajie melambangkan keserakahan dan hawa nafsu manusia, sehingga sering terjerumus. Kalau misalnya harus ada tokoh menyebalkan dalam sebuah cerita, nah Zhu Bajie inilah tokohnya. Tidak ada yang berubah dari Bajie. Bahkan di buku kelima ini Bajie seperti anak kecil banget. Gampang ngambek dan mengeluh. Bajie baru berubah ketika perjalanan sudah berakhir dan dia sudah disucikan. Itupun dia masih bisa mengeluh pada Buddha. Memang kocak-kocak menyebalkan tokoh yang satu ini.

Sha Wujing
Sha Wujing melambangkan kelemahan manusia. Ia mempunyai keinginan baik, tetapi tak sanggup menghadapi godaan. Sha Wujing ini sayangnya tokoh yang mudah dilupakan. Waktu dulu nonton serial televisinya saja, kami paling tidak ingat namanya Wujing. Perannya kurang signifikan, sifatnya pun biasa saja. Baik... Sudah, itu saja. Dalam pertarungan melawan siluman pun Wujing kurang luar biasa. Memang yang paling mudah diingat kan tokoh yang ekstrem gitu kan ya. Wukong nakal banget, Bajie rese banget, gampang diingat kan ya karena memberi kesan tersendiri. Agak disayangkan sebetulnya, karena Wujing ini sebenarnya pekerja keras yang jarang mengeluh.

Kuda Putih
Kuda Putih tunggangan Biksu Tang ini melambangkan tubuh manusia. Karena dia kuda, ya tidak ada perkembangan karakternya lah ya. Cuman asyik juga kalau pas membaca cerita dimana sang kuda putih menunjukkan kalau dia bukanlah kuda biasa.

Terlepas dari beberapa kekurangannya, novel Xi You ini novel klasik yang bersejarah. Ceritanya sudah diadaptasi kemana-mana dengan berbagai variasi cerita. Psst...Sekali ini kita bisa bilang, adaptasi layar kaca dan layar lebarnya lebih seru. Heran kan? Wakakakak. Tapi kalau mau tahu bagaimana cerita asli dari serial Kera Sakti, buku inilah yang wajib dibaca. Novelnya termasuk novel yang ringan dibaca. Siapa pun bisa menikmati membaca novel ini. Pesan moralnya banyak banget. Buku bagus kok ini.

Gimana? Teman-teman ada yang sudah membaca buku ini? Gimana kesan-kesannya?

Buku ini masih tersedia yah di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/xi-you-5-cerita-perjalanan-ke-barat-by-wu-cheng-en

Quote

"Cukup kalau yang mulia mengurangi kesukaan pada paras elok dan melakukan kebaikan, marabahaya tentu tak akan datang,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Apa Guru lupa, sejak zaman dahulu gunung tak pernah merintangi perjalanan, jalanlah yang melintasi pegunungan."
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Tenang, Guru, tak usah mengkhawatirkan apa pun. Bukankah orang zaman dahulu mengatakan: Barang siapa yang ingin hidup senang, ia harus bekerja keras?"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"... Tapi karena kau tak merasakan sulitnya petani itu menanam padi, kau jadi membuang-buang nasi seenaknya. Padahal, nasi ataupun makanan tak boleh kau sia-siakan begitu saja! ... "
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Siapa yang lemah lembut, dialah yang bisa mengembara di muka bumi. Tapi siapa yang bersikap kasar, maka ia akan sulit melangkah,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En


-----------


Senin, 09 September 2019

A Time To Kill karangan John Grisham - Saat Rasa Keadilan dan Moral Diuji

Novel A Time To Kill ini pertama kali terbit di tahun 1989. Novel ini adalah novel pertamanya John Grisham, dan termasuk novel yang pada awalnya sulit mendapatkan penerbit. Wynwood Press akhirnya mau menerbitkan novel ini dan mencetaknya sebanyak 5000 kopi saja. Tapi, saat penerbit Doubleday menerbitkan novel Grisham yang lain, The Firm, Wynwood Press merilis lagi novel ini yang kemudian malah menjadi best seller. Pada tahun 1996, A Time To Kill diadaptasi ke layar lebar dan dibintangi oleh Sandra Bullock, Matthew McConaughey, dan Samuel L. Jackson. Kita belum nonton filmnya, jadi saat ini belum bisa kasih perbandingan antara film dan bukunya. Tapi kalau nanti sudah nonton, review ini akan kita update yah.

Yang perlu banget digarisbawahi soal novel ini antara lain adalah, satu, genre novel ini adalah legal thriller. Ceritanya akan ada di sekitar dunia hukum dan pengadilan. Seputar proses pengadilan, pengacara, hakim, dan juri. Sistem pengadilannya tentunya sistem pengadilan Amerika Serikat yah. Kedua, latar belakang novel ini adalah di kota Clanton, Mississippi di tahun 1980an. Tahun dimana ketegangan rasial masih tinggi. Jadi ini buat pegangan kita buat membaca buku ini yah.

A Time To Kill ini bercerita tentang Carl Lee Hailey, seorang ayah berkulit hitam yang membunuh dua orang kriminal kulit putih yang telah memperkosa dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap anak perempuan Carl Lee yang masih berusia 10 tahun. Pemerkosaan brutal dan percobaan pembunuhan yang tanpa ampun terhadap anak perempuannya ini menjadikan Carl Lee gelap mata dan merencanakan pembunuhan kepada kedua kriminal ini. Pembunuhan pun terlaksana, tepat di gedung pengadilan tempat kedua kriminal diadili. Hal ini tentu saja menimbulkan kehebohan. Bukan hanya karena terjadi pembunuhan di gedung pengadilan, tapi juga karena seorang kulit hitam membunuh dua orang kulit putih.

Kasus ini jadi kasus besar. Media banyak yang meliput. Sang Jaksa, Buckley, sangat bernafsu untuk memenangkan kasus ini demi keuntungan pribadi dia sendiri, bukan sekedar rasa keadilan. Pengacara berebutan untuk mendapatkan kasus ini, bahkan Jake Brigance sendiri awalnya cukup menikmati sorotan media dan sempat bermain lempar-lemparan perhatian media dengan Buckley. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan kasus ini demi kepentingan pribadi mereka.

Sayangnya, perhatian ini tidak hanya berasal dari media. Kasus ini juga sangat serius hingga mengancam keselamatan Jake dan keluarganya. Rumahnya nyaris di bom, keluarganya harus mengungsi, para calon juri diancam, bahkan pegawai Jake diserang hingga memakan korban jiwa. Belum lagi percobaan pembunuhan terhadap Jake dan pembakaran rumah pribadinya.

Buku ini menurut kami sangat bagus. Meskipun tentang dunia hukum dan pengadilan, jangan khawatir, karena gaya menulis dan bercerita di novel ini sangat ringan sekali. Kita tinggal menikmati saja ceritanya. Novel ini pun selera humornya cukup bagus. Jadi meskipun tegang, ya ngga tegang-tegang banget. Enak banget bacanya.

Novel ini bisa kita bilang cukup menggelitik moralitas dan rasa keadilan para pembacanya. Jujur ya, kalau kita logis banget orangnya, akan sangat sulit untuk memilih siapa yang salah dan siapa yang benar. Kalau pilih A mungkin kita benar dan adil, tapi apakah ada empati dan rasa kemanusiaannya? Tapi kalau berdasarkan rasa kemanusiaan dan empati, kita akan mudah banget memilih pihak, tapi di sisi lain, kita akan bertanya-tanya, apakah ini keadilan yang benar? Hal ini lah yang menurut kami diaduk-aduk banget di novel ini. Belom lagi masalah moralitas para tokoh-tokohnya. Jangan salah, semua tokoh di novel ini manusia biasa semua, wakakak. Hampir semua tokoh kuncinya memanfaatkan kasus Carl Lee untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Bahkan Jake dan tokoh Pendeta Agee punya perannya masing-masing dalam hal ini.

Meskipun novel ini novel yang bertemakan hukum, tapi cerita pengadilan Carl Lee Hailey baru dimulai di sepertiga terakhir buku. Ini buku yang tebal lho, 759 halaman. Ceritanya runut dan prosesnya kalau menurut kami cukup detail. Proses menuju sidang diceritakan dengan bagus banget, apa saja yang terjadi, apa saja yang dilakukan para tokoh-tokoh di buku ini, dan segala macam persiapannya. Oh iya, novel ini adalah novel yang cukup bersih dari bumbu-bumbu vulgar.

Kekurangan novel ini tidak banyak kalau menurut kami yah. Ada beberapa tokoh yang menurut kami kurang signifikan. Sebagai pemanis dan penambah ketegangan saja, terkesan memberikan kontribusi padahal sebetulnya tidak perlu-perlu amat. Bahkan kayaknya, hanya seperti pengisi kekosongan saja. Endingnya bagus tapi masih menyisakan beberapa pertanyaan di beberapa aspek. Seperti apa yang kemudian terjadi pada keluarga para juri setelah sidang?; Kemanakah KKK setelah sidang? Apakah mereka membubarkan diri atau balas dendam?; Bagaimana kabarnya Roark? Bagaimana reaksi Carla begitu tahu rumahnya sudah terbakar habis?

Teman-teman sendiri ada yang sudah membaca buku ini? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar ya.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami yah. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/a-time-to-kill-saat-untuk-membunuh-by-john-grisham

Quote

"Sistem kita mencerminkan masyarakat kita. Tidak selalu adil, namun sama adilnya seperti sistem di New York, atau Massachusetts, atau California. Bisa seadil atau sebisa yang dikehendaki oleh emosi manusia."
~ A Time To Kill by John Grisham

"Sayang, Jagoan. Seharusnya kau tidak bicara terlalu banyak. Mulut besar bisa terbakar."
A Time To Kill by John Grisham

"Dan kalau kau kalah?"
"Itu masih tanda tanya. Tapi aku tak bisa kalah dalam sesuatu yang tak kumiliki."
A Time To Kill by John Grisham

Lucien sudah mengajarinya bahwa rasa takut itu baik; rasa takut adalah sekutu; bahwa setiap pengacara tentu ketakutan ketika ia berdiri di hadapan dewan juri baru dan mengajukan kasusnya. Bukan masalah untuk merasa takut, cuma jangan perlihatkan.
A Time To Kill by John Grisham

Bersahabatlah dengan perasaan takut, kata Lucien selalu, sebab ia takkan pergi, dan ia akan menghancurkanmu kalau dibiarkan tak terkendali.
A Time To Kill by John Grisham

Rabu, 04 September 2019

Skyward karangan Brandon Sanderson - Saat Impian Terhalang Pengkhianatan Masa Lalu

Skyward ini merupakan salah satu novel fiksi ilmiah yang mengangkat tema perang antar planet. Jadi buat yang suka sama novel-novel tema ini, siap-siap aja nih buat punya koleksi baru. Kabarnya, Skyward ini akan menjadi tetralogi. Skyward ini baru terbit November 2018 kemaren, tapi reaksi pembacanya udah bagus banget. Rating Goodreads-nya 4.5 bintang dari 5 bintang. 20ribuan orang (apa akun? ha3) ngasih bintang 5. Jadi buku ini oke banget lah ya buat dilirik.

Skyward bercerita tentang Spensa, gadis berumur 17 tahun yang tinggal bersama sekelompok orang lainnya di dunia yang sudah menjadi puing yang diberi nama Detritus. Mereka ini selalu diserang alien dari bangsa Krell. Spensa punya impian untuk menjadi pilot pesawat tempur dan bergabung dengan DDF, pasukan pertahanan, sama seperti ayahnya dulu.

Tapi impian tinggallah impian. Ayahnya dulu berkhianat dan meninggalkan pasukannya di tengah-tengah peperangan. Kenyataan ini menjadikan peluang Spensa untuk menjadi pilot pesawat tempur sangat kecil. Bahkan, meskipun punya nilai tes yang hampir sempurna, Spensa tentap tidak lulus tes masuk akademi. Untungnya, mantan kopilot ayahnya, Cobb, yang sekarang menjadi pengajar di akademi melihat usaha dan nilai Spensa. Spensa pun diberikan kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan Cobb.

Meskipun sudah bisa masuk ke akademi, hidup Spensa tidak menjadi lebih mudah. Dia tidak boleh tinggal ataupun makan di asrama. Spensa terpaksa tinggal di sebuah gua yang kebetulan sudah ada penghuninya...sebuah bangkai pesawat tempur canggih yang punya kecerdasan artifisial. Bersama temannya Rodge, Spensa mulai memperbaiki pesawat itu.

Pesawat tempur itu ternyata bernama M-Bot, dia sengaja ditinggal di gua oleh pemilik sebelumnya. Sayangnya memorinya sudah rusak, jadi M-Bot tidak tahu kenapa dia bisa berada di sana dan siapa pemilik sebelumnya. Yang M-Bot tahu hanya bahwa dia harus diam dan tidak menunjukkan dirinya ke publik.

Sementara itu pasukan Krell masih terus menyerang. Teman sekelas Spensa pun beberapa berguguran. Sayangnya, pada akhirnya Spensa dikeluarkan dari akademi karena dia melontarkan diri keluar pesawat saat perang berlangsung. Tapi, dia justru berhasil menyelamatkan koloninya menggunakan M-Bot. Dengan bantuan M-Bot, Spensa akhirnya mengetahui siapa sebenarnya para alien itu, kenapa mereka menyerang, apa yang terjadi pada ayahnya, dan tentang bakat khusus yang dimilikinya.

Banyak yang suka dengan buku ini, plotnya menarik dan asik, pengembangan karakternya bagus, gaya menulisnya juga menghibur dan lucu.

Yang tidak suka dengan buku ini rata-rata sepertinya tidak suka dengan tokoh utamanya Spensa. Spensa dinilai terlalu menyebalkan dan kekanak-kanakan. Hmm...tapi ini mengingatkan kami pada novel Gone With the Wind. Scarlett itu tokoh yang luar biasa menyebalkan lho, udah genit, licik, cinta sama suami orang, apa yang bagus coba? Wakakak, tapi di balik itu semua Scarlett adalah seorang pekerja keras yang cerdas, pemberani, dan rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Sepertinya, untuk membaca buku ini kita perlu mencoba membuka pikiran dan menyelami apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan Spensa, bagaimana dia berkembang, dan apa yang kemudian dia capai.

Ada yang sudah baca buku ini? Gimana menurut teman-teman? Silahkan diskusi di kolom komen di bawah yah.

---

Buku ini tersedia di:

1. BookDepository

Kamis, 15 Agustus 2019

The Whisper Man karangan Alex North; Kasus Penculikan Anak yang Muncul Kembali

Ada bacaan baru nih buat para pecinta novel thriller. The Whisper Man karangan Alex North ini buku baru yang terbit 13 Juni 2019 kemarin. Kita merekomendasikan buku ini karena rating Goodreads-nya termasuk yang bagus banget. 4.27 dari 5 Bintang. Buku ini juga masuk The Sunday Times Bestseller, dan jadi buku thriller yang harus dibaca buat musim panas 2019 ini.

The Whisper Man bercerita tentang ayah dan anak, Tom Kennedy dan Jake, yang tiba-tiba saja ditinggal meninggal oleh istri dan ibunya. Untuk mengobati rasa duka, mereka memutuskan untuk pindah ke sebuah kota kecil bernama Featherbank. Mereka berharap, dengan tinggal di kota baru, dan di rumah yang baru, mereka bisa memulai hidup yang baru dan menghilangkan duka.

Featherbank sendiri sebenarnya punya masa lalu yang kelam. Lima belas atau dua puluh tahun yang lalu, terjadi pembunuhan berantai. Lima anak laki-laki diculik dan dibunuh. Pembunuhnya dikenal dengan sebutan "The Whisper Man". Tapi, karena pembunuhnya sudah tertangkap dan kejadiannya pun sudah sangat lama, Tom pun tidak terlalu mengkhawatirkan masalah ini.

Hingga pada suatu hari, seorang anak laki-laki menghilang. Jake pun mulai bertingkah aneh. Jake bilang, dia mendengar ada yang berbisik-bisik di jendela...

Sinopsisnya menjanjikan cerita yang penuh dengan ketegangan. Quote-quote yang diberikan di buku ini juga lumayan bikin bulu kuduk merinding.

It's not going to be easy, and I need to start with an apology. Because over the years I've told you many times that there's no such thing as monsters.I'm sorry that I lied. 
If you leave a door half open, soon you'll hear the whispers spoken.If you play outside alone, soon you won't be going home.
If your window's left unlatched, you'll hear him tapping at the glass.If you're lonely, sad, and blue, the Whisper Man will come for you.

The Whisper Man ini merupakan buku pertamanya Alex North dengan genre Thriller/Kriminal. Novel ini multi-POV (multi Point of View), alias punya sudut pandangnya banyak. Mirip-mirip novel The Infinite Sea karangan Rick Yancey. Ada sudut pandang Tom, sang ayah; ada sudut pandang dari Jake, sang anak; ada sudut pandang Detektif Amanda Beck, detektif yang menangani kasus penculikan The Whisper Man yang terbaru; serta sudut pandang Detektif Pete Willis, detektif yang menangani kasus dan menangkap The Whisper Man dua puluh tahun yang lalu.

Novel ini menjanjikan ketegangan dan plot twist yang sulit ditebak. POV yang berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya juga menjadikan kita semakin bertanya-tanya, siapakah sebenarnya pembunuhnya kali ini? Kabarnya sih ya, Russo bersaudara, yang kemarin menyutradarai film Avangers: Endgame, sudah membeli hak untuk menjadikan novel ini sebagai film layar lebar.

Buku ini menerima banyak bintang 5 dan bintang 4, sekitar 2000an lebih lah. Yang memberikan bintang 1 ya juga ada, sekitar 30 orang. Kalau kita baca-baca sih ya, ada beberapa alasan kenapa mereka tidak suka banget sama novel ini. Pertama, ada yang bilang novel ini terlalu maskulin, sampai bisa dikatakan "sombong". Ada yang tidak suka karena menurut dia novel ini klise dan POV-nya menyulitkan. Kalau soal POV kami bisa paham yah, karena novel The Infinite Sea itu cukup menantang untuk dipahami kalau kita belum terbiasa dengan POV dan timeline yang berganti-ganti maju mundur. Beberapa juga mengharapkan buku ini untuk lebih seperti novel yang mendetail dari sisi prosedural kepolisiannya. Beberapa ada juga yang kayaknya salah kasih bintang, karena dia kasih bintang 1 tapi reviewnya bilang kalau dia suka dengan novelnya.

Kalau menurut teman-teman sendiri gimana? Ada yang sudah baca novel ini? Silahkan diskusi di kolom komentar di bawah ya ^_^

-----

Buku ini tersedia di:

1. Bookdepository

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.