Baca juga:
- Review Novel The Hunger Games by Suzanne Collins
- The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins - Trauma, Penyiksaan, dan Pemberontakan
Buku kedua ini jauh lebih dalam, jauh lebih gelap karena kita sudah berhadapan dengan Katniss yang depresi setelah pengalamannya di arena Hunger Games sebelumnya. Orang-orang mungkin menyebutnya sebagai PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Lebih jauh lagi ke dalam cerita, pada saat quarter quell, kita juga akan membaca para pemenang lain yang juga mengalami PTSD, dan cara mereka masing-masing untuk mengatasi kejadian traumatis yang mereka alami. Ada yang mabuk-mabukkan seperti Haymitch, ada yang pecandu narkoba, bahkan ada yang jadi gila.
Kemenangan Katniss dan Peeta sangat meresahkan Presiden Snow, karena sedikit atau banyak, kemenangan mereka menjadi percikan kecil pemberontakan distrik-distrik kepada Capitol. Usaha Katniss untuk menenangkan kegelisahan di distrik-distrik yang memberontak ternyata tidaklah membawa hasil. Mungkin, karena itulah Quarter Quell akhirnya menempatkan Katniss di arena sekali lagi.
Di buku kedua ini cinta-nya Peeta terhadap Katniss juga terasa banget. Tulus, saking tulusnya, kita bisa merasa kasihan banget sama Peeta. Karena Katniss entah memang tidak cinta, atau masih terombang-ambing antara Gale dan Peeta. Peeta rela berkorban, hingga berkorban nyawa di arena demi Katniss. Bahkan hingga merelakan Katniss dengan Gale jika seandainya dia tidak lolos dari arena.
Buku kedua ini bagus, sama-sama seru dengan buku pertamanya. Emosi yang digali di buku kedua ini lebih dalam lagi. Kalau mau dibandingkan dengan film-nya, kita bisa bilang kemiripannya sekitar 75% kali ya. Rangkaian peristiwanya sama kok dengan yang di buku. Tentu saja akan ada perubahan-perubahan sedikit, dan bukunya pasti lebih oke karena lebih detail lagi. Kita juga akan lebih bisa mendalami perasaan Katniss jika membaca bukunya.
Quote
Aku berburu. Dia memanggang. Haymitch minum. Kami punya cara masing-masing untuk tetap sibuk, untuk menjauhkan diri dari memikirkan masa-masa kami sebagai peserta Hunger Games.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Pasti sistem yang sangat rapuh ya kalau segenggam buah berry bisa menjatuhkannya."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Dalam waktu yang kuhabiskan di arena membuatku sadar bahwa aku harus berhenti menghukumnya atas sesuatu yang tak bisa diatasinya, terutama depresi yang dialami ibuku setelah kematian ayahku. Karena kadang-kadang ada kejadian yang menimpa seseorang dan mereka tidak siap menghadapinya.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Seburuk apa pun aku menyakitinya, Peeta takkan membuka rahasiaku di depan kamera.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Aku tidak sengaja melakukannya--aku hanya ingin menyampaikan terima kasih--tapi aku telah menimbulkan sesuatu yang berbahaya.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Kau akan paham, ada pilihan-pilihan yang harus kauambil. Jika kita selamat dari masalah ini," kata Haymitch. "Kau akan belajar."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Kupikir dia juga mau," kataku.
"Tapi tidak seperti ini," jawab Haymitch. "Dia ingin yang sungguhan."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Tidak perlu. Mimpi-mimpi burukku biasanya tentang kehilangan dirimu," kata Peeta. "Aku baik-baik saja setelah aku sadar kau ada di sini."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Mockingbird memang cuma burung penyanyi biasa. Mockingjay adalah hewan yang tak pernah sengaja diniatkan untuk ada. Mereka tak pernah menyangka burung-burung jabberjay yang biasanya dipelihara dalam wilayah yangg terkontrol ternyata punya otak untuk beradaptasi di alam liar, menurunkan kode genetik, dan menghasilkan spesies baru. Mereka tak memperkirakan kemauan binatang itu untuk tetap hidup.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Kubilang juga begitu pada mereka. Kukatakan pada mereka gadis mana pun yang bersusah payah seperti itu untuk menjaga dirinya tetap hidup takkan mau membuang hidupnya begitu saja."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Kami pasangan yang sempurna--anak yatim, ketakutan, tapi sama-sama bertekad kuat untuk menjaga keluarga kami tetap hidup. Kami sama-sama putus asa, tapi tak pernah lagi merasa sendirian setelah hari itu, karena kami telah menemukan satu sama lain.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Aku berpikir tentang kesediaannya pergi denganku kemarin, keberaniannya untuk melangkah ke sampingku membela Gale, kerelaannya untuk menyerahkan nasibnya ke tanganku sementara aku nyaris tidak memberinya apa-apa. Apa pun yang kulakukan, aku menyakiti seseorang.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Kau bisa melihat sejatinya orang itu, ketika orang yang mereka cintai dalam kesakitan."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Aku tahu. Dalam kondisi seperti ini, Peeta tidak sulit ditebak. Sementara aku meratap di lantai gudang bawah tanah tadi, hanya memikirkan diriku sendiri, dia berada di sini, hanya memikirkan diriku. Malu bukanlah kata yang cukup kuat untuk menggambarkan apa yang kurasakan.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Lepaskan mereka, kataku dalam hati. Ucapkan selamat tinggal dan lupakan mereka. Kulakukan sebaik yang kubisa, kupikirkan mereka satu per satu, melepaskan mereka seperti burung-burung yang kusimpan dalam sangkar hatiku, lalu kukunci hatiku agar mereka tak lagi bisa kembali.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Aku berharap bisa membekukan saat ini, di sini, sekarang juga, dan hidup di sini selamanya,"
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Jangan kuatir. Aku selalu menyalurkan perasaan-perasaanku ke dalam pekerjaanku. Dengan begitu, aku tidak menyakiti orang lain kecuali diriku sendiri."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
"Karena apa pun yang terjadi di masa lalu terjadi di masa lalu, dan tak ada seorang pun di sini yang jadi pemenang karena kebetulan." Dia memandang Peeta sejenak. "Kecuali mungkin Peeta."
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire
Aku berhenti melawan Finnick, dan seperti pada malam terjadinya kabut itu, aku melarikan diri dari apa yang tak bisa kulawan. Dari apa yang hanya akan melukaiku. Hanya saja kali ini hatiku dan bukan tubuhku yang terkoyak-koyak.
~ Suzanne Collins, The Hunger Games: Catching Fire