Cari Review Buku

Sabtu, 27 Maret 2021

The Sea of Trolls by Nancy Farmer - Jadi, Sebenarnya Viking itu Baik atau Jahat?

Rasanya sudah lama sekali yah tidak mereview novel-novel bergenre fantasi. Terakhir itu buku dongengnya Sang Putri dan Sang Pemintal dari Neil Gaiman. Suatu interpretasi ulang dari dongeng Sleeping Beauty yang jadi favorit kami. Kali ini, novel fantasinya dari Nancy Farmer dengan judul The Sea of Trolls. Suatu novel dimana kita akan melihat sekelumit kehidupan para kaum Viking (dibuku ini disebut sebagai Northmen). Novel ini mendapatkan banyak penghargaan dan punya rating Goodreads yang bagus banget, 4.01/5.00. Novel ini adalah buku pertama dari seri Sea of Trolls. Tapi tenang saja, meskipun serial, setiap buku punya cerita yang berbeda. Cerita di buku pertama ini endingnya sempurna kok tidak bersambung.

Sudah banyak buku yang menceritakan atau bertema Viking. Sayangnya, baru sedikit yang kami baca. Novel yang sedikit menyinggung Viking yang terakhir kami baca adalah novel Crusader Gold dari David Gibbins. Disana menceritakan kisah Harald Hadrada sedikit. Nah, novel ini menceritakan para Northmen atau kaum Viking dengan lebih mendalam. Menyelami kehidupan mereka langsung di rumah-rumah dan keseharian mereka. Kehidupan yang menarik sih menurut kami. Penuh dualitas yang sangat mencengangkan. Akan kami bahas nanti setelah sedikit membahas plot novel ini sedikit.

Novel ini menceritakan tentang Jack, seorang anak yang tinggal di keluarga sangat sederhana dan punya tugas fisik seabrek dan berat. Jack tinggal bersama ayahnya yang berkaki bengkok. Ayah yang sangat ahli bertukang tapi juga menyimpan banyak kekecewaan hidup, dan senang mencekoki anak perempuannya, Lucy dengan cerita-cerita khayalan indah tapi bohong. Lucy tumbuh jadi anak yang penuh khayalan dan berperilaku manja dan tidak rasional. Ibu Jack jauh lebih rasional dan praktis, walau diam-diam dia menyimpan kemampuan sihir. 

Di antara tugas-tugas yang harus diemban Jack, kadang Jack juga harus mengantarkan makanan ke rumah Bard, seorang pendeta Druid, bisa dibilang seperti penyihir juga. Tidak ada yang tahu asal usul Bard, dia datang tiba-tiba dengan perahu ke desa Jack. Banyak yang menghormati Bard dan memberi Bard makanan dan membantu beberapa pekerjaan untuk Bard. Tapi rupanya Bard punya minat khusus kepada Jack. Dia melihat potensi di dalam diri Jack yang tidak dapat dilihat oleh orang lain atau bahkan oleh orangtua Jack. Bard ingin mengajarkan Jack ilmu yang dia miliki dan melatih Jack untuk menjadi Bard berikutnya.

Tapi tentu saja Ayah Jack keberatan. Dia punya banyak alasan untuk tidak setuju, walaupun kami menganggap kalau sebetulnya ayah Jack hanya iri kalau Jack bisa punya kehidupan yang maju, sedangkan dia sendiri punya banyak penyesalan. Tapi, Bard akhirnya berhasil membujuknya untuk melepaskan Jack. Jack pun sejak saat itu pindah dan tinggal bersama Bard. 

Sebenarnya pekerjaan Jack tidak banyak berbeda dengan pekerjaan sebelumnya. Tapi Bard kadang akan mengajarinya nyanyian atau banyak hal lain. Jack juga dilatih untuk banyak mengamati alam. Tapi ada ancaman yang mulai mendekat. Bard sebenarnya punya musuh lama yang dengan sangat gigih mencarinya dan ingin membalas dendam. Ancaman itu terasa semakin dekat, dan Bard pun semakin khawatir. 

Ketika ancaman benar-benar sudah hampir di depan mata, mereka pun memperingatkan penduduk desa tentang serangan yang akan membinasakan desa mereka. Para berserker akan menyerang desa mereka. Berserker adalah sekumpulan orang Northmen yang menggila bagai serigala. Tidak akan berhenti membunuh dan menghancurkan hingga semuanya binasa. Sebenarnya banyak yang meragukan peringatan Bard, walau akhirnya mereka menurut. Tapi yang membuat mereka benar-benar bergerak adalah ketika seorang pendeta dari Pulau Suci datang dengan tertatih-tatih menceritakan kisah mengerikan dari serangan Berserker.

Desa pun kosong, tinggal Jack dan Bard yang tertinggal. Mereka berdua akan berusaha menutupi desa mereka dengan kabut pekat. Berusaha melindungi desa dari kehancuran total. Tapi pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sangat berat dan menguras tenaga. Perbekalan pun menipis, tenaga mereka juga menipis. Suatu hari mereka pun mendapat serangan dari sang musuh. Bard pun terluka dan kesadarannya menghilang. Bard menjadi gila. Dalam keputusasaan, Jack yang akan membawa Bard ke tempat pengungsian, malah menemukan bahwa keluarganya sudah kembali ke rumah. Lucy yang manja dan rewel tidak mau ada di tempat pengungsian. Jack terpaksa tinggal di rumahnya dan merawat Bard di sana.

Jack masih berusaha menurunkan kabut. Tapi suatu hari, Lucy mengganggu di hari yang salah. Hari dimana berserker tiba dan memasuki desa mereka. Lucy yang tidak bisa diam dan tidak bisa membedakan realitas dan khayalan membuat mereka berdua tertangkap dan diculik oleh para Northmen. Mereka pun dibawa ke utara. Hidup bagai budak di kapal, dan akan dijual sebagai budak di pasar budak. Lucy sendiri rencananya akan dipersembahkan kepada sang Ratu.

Tapi takdir ternyata berkata lain. Kemampuan bard yang dimiliki Jack mengambil hati Olaf One Brow. Olaf ingin memiliki bard pribadi, dan Jack adalah seorang bard yang cakap. Belum lagi Jack adalah murid Lidah Naga, nama Bard di kalanga para Northmen. Lidah Naga sebenarnya sangat dikagumi dan dihormati oleh para Northmen. Tapi ratu mereka, Frith, yang setengah troll sangat membenci Lidah Naga. Lucy juga menjadi tawanan Thorgil karena dia akan mempersembahkan Lucy kepada sang Ratu. Torghil adalah seorang prajurit perawan. Thorgil berharap, dengan menyerahkan Lucy, maka Ratu Frith akan mengangkatnya untuk menjadi salah satu berserker ratu.

Ratu Frith adalah musuh Lidah Naga. Kaum Northmen pun sebenarnya tidak menyukai sang Ratu yang setengah troll. Ratu bisa sangat manipulatif dan jahat. Tapi Raja mereka menikahinya dan sangat tunduk pada kecantikan sang ratu. Padahal kecantikannya sebenarnya hanyalah sebuah tipuan. 

Pertemuan antara Jack, Lucy, serta rombongan Olaf dengan ratu adalah sebuah takdir tersendiri. Jack tanpa sengaja menyihir rambut ratu dengan nyanyiannya. Rambut ratu yang tadinya panjang dan indah terlepas. Menunjukkan tampilan troll ratu yang mengerikan. Ratu pun marah besar. Lucy ditawan dan diancam akan dijadikan sebagai kurban kalau Jack tidak bisa mengembalikan ratu ke keadaan semula. Tapi Jack belum banyak pengalamannya, dia pun tidak tahu bagaimana cara mengembalikan rambut ratu seperti semula.

Rombongan Olaf pun membuat kesepakatan dengan Ratu. Mereka akan pergi ke Jotunheim, tanah air sang Ratu, negeri para troll yang penuh magis. Mereka akan mencari Sumur Mimir. Dengan meminum airnya, Jack akan mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkannya untuk mengembalikan rambut indah sang Ratu. 

Perjalanan ke Jotunheim bukanlah perjalanan yang mudah. Jotunheim penuh dengan sihir yang kuat, bukan tempat untuk manusia. Hanya Olaf, Thorgil dan Jack yang akan turun ke daratan Jotunheim. Banyak tanaman berbahaya dan beracun, hutan-hutan yang memperdaya, hewan-hewan juga lebih besar dan berbahaya di Jotunheim. Belum lagi ada naga.

Bahaya demi bahaya, tantangan demi tantangan menghadang perjalanan Jack untuk menemukan sumur mimir. Sifat Viking Thorgil dan Olaf yang selalu siap bertarung sampai mati tanpa memikirkan logika punya keuntungan tapi juga sangat menyusahkan Jack. Mampukah Jack meneruskan perjalanan yang berat ini dan menyelamatka Lucy dari sang Ratu Frith yang jahat?

Novel ini punya rating Goodreads yang bagus, 4.01/5.00. Kami juga sepakat dengan rating tersebut. Petualangannya seru. Untuk ukuran novel fantasi remaja, ceritanya cukup menegangkan. Banyak juga tokoh-tokohnya yang enak dicela dibahas. Buat hiburan, kayaknya enak bahas tokohnya dikit-dikit. 

Tokoh yang paling enak dibahas pertama tak lain tak bukan adalah...siapa lagi kalau bukan Lucy! Tapi tidak akan ada Lucy kalau tidak ada ayah Jack, Giles Crookleg. Jadi mari kita bahas bapaknya dulu sebelum ke anaknya. Giles sebenarnya tokoh yang patut dikasihani, bukan cuma karena nasibnya yang buruk, tapi karena sifatnya yang mengasihani diri sendiri dan menghancurkan orang lain dalam prosesnya. Giles punya ambisi, tapi kakinya yang bengkok menghalanginya dari mewujudkan ambisinya. Giles pun membawa kepahitan hidupnya kemana-mana. Bersikap sinis dan keras kepada Jack, tidak terlalu berusaha membahagiakan istrinya, dan menjejalkan khayalan tidak realistis kepada putrinya, Lucy. Menyebabkan Lucy hidup di dunia khayalan dan menolak dirinya yang hidup di keluarga sangat sederhana. Lucy yakin, dia adalah seorang putri raja, dan suatu hari akan ada kesatria yang akan membawanya kembali ke istana.

Kasus Lucy ini sebenarnya mirip dengan tokoh anak perempuan bungsu keluarga Boynton di novel Appointment with Death dari Agatha Christie. Mereka sama-sama "melarikan diri" dari kenyataan ke dunia khayalan yang indah. Bedanya, hanya di penyebabnya saja. Putri Boynton mengalami tekanan mental karena ibunya yang tiran, sedangkan Lucy karena cekokan cerita khayalan dari ayahnya. Beda proses, tapi hasilnya sama. Hal ini menjadikan Lucy menjadi anak yang manja, punya ekspektasi yang tidak masuk akal, dan sulit diajak kerja sama. Lucy lah penyebab keluarga Jack terpaksa kembali dari tempat pengungsian. Lucy juga lah penyebab Jack dan dirinya ditangkap para Northmen. Tidak usah ditanya seberapa gemesnya kami sama Lucy waktu membaca buku ini. Padahal Lucy sebenarnya anak yang cerdas, hanya saja didikannya salah. Tapi pada akhirnya Lucy kena batunya, dan dunia khayalannya toh akhirnya membantunya "melarikan diri" dari penyiksaan Ratu Northmen yang sedang menggila karena marah.

Kaum Northmen atau lebih kita kenal dengan Viking ini juga punya sisi tersendiri. Mereka adalah manusia yang penuh dengan kekejaman, mampu membunuh, membantai dan merusak tanpa pandang bulu. Tapi di sisi lain mereka ternyata sangat religius dan sangat taat dengan dewa-dewa mereka. Bahkan buat mereka mencuri diam-diam tanpa korban jiwa itu sangat menghina, tapi membantai adalah perbuatan kesatria. Mereka hidup dalam dualitas ekstrim yang sangat aneh dan kejam. Tapi adakalanya mereka juga punya sisi lembut dan sisi saling menghormati yang tidak disangka-sangka.

Petualangan di novel ini seru dan menegangkan. Walau kadang ada saatnya terasa antiklimaks di bagian-bagian tertentu, tapi secara keseluruhan ceritanya bagus dan menarik.

Novel ini masih tersedia di Tokopedia kami yah. Silahkan ke link di bawah ini:


Quote

Itu masalahnya bila cerita terlalu panjang, pikir Jack. Cepat atau lambat kau akan sampai di bagian buruknya.
~ The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Tiba-tiba Jack teringat perkataan Bard: Sangat mustahil dalam dunia ini hanya ada kebahagiaan. Aula emas itu terlalu indah, layaknya semua hal yang bersinar indah, keindahannya mengundang kehancuran.
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Bard mengatakan, tidaklah baik terus berpikir tentang kejahatan. Lebih baik memikirkan hal-hal baik seperti sinar matahari dan hijaunya pepohonan.
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Hidup itu berharga, tidak boleh disia-sisakan begitu saja.
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

"Satu hal yang kutahu," lanjut sang ratu. "Mengacuhkan kebahagiaan selama masih ada, demi menyesali nasib seseorang, adalah kejahatan besar."
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Dia belum tahu bagaimana menyembuhkan Frith. Tapi Sumur Mimir mengajarkan padanya untuk tidak memaksa urutan peristiwa. Daun terbuka dan bunga bermekaran saat sudah tiba waktunya. Pengetahuan diberikan padanya saat waktunya tiba.
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

"Kebanyakan orang hidup dalam sangkar harapan mereka sendiri. Itu membuat mereka merasa aman. Dunia ini tempat mengerikan yang penuh kemenangan serta keajaiban dan, seperti yang kita berdua tahu, berbahaya. Terbang bukanlah untuk semua orang."
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Tak ada kebaikan yang sia-sia, dan kita pun tak bisa menduga berapa banyak kebaikan yang bisa dihasilkannya. 
The Sea of Trolls by Nancy Farmer

Senin, 15 Maret 2021

The Dead Play On by Heather Graham (Cafferty and Quinn #3) - Lebih ke Thriller Detektif

Sampailah ke buku ketiga di seri Cafferty and Quinn dari Heather Graham, The Dead Play On. Buku ketiga ini cukup berbeda yah dari buku pertama atau buku keduanya. Buku pertamanya, Let The Dead Sleep (Patung Kematian), adalah gabungan yang seimbang antara misteri, detektif, supernatural, dan romance. Buku kedua, Waking The Dead by Heather Graham, berat di supernaturalnya, dan ceritanya bikin merinding abis. Nah, di buku ketiga ini, ceritanya lebih berat ke thriller detektif. Malah, bisa dibilang, tidak ada unsur supernaturalnya. Atau unsur supernaturalnya bisa dibilang cuman kayak gimmick aja. Nah, coba kita lihat sinopsisnya dulu.

Tiba-tiba saja kehidupan para musisi di New Orleans terancam bahaya. Sudah ada dua musisi yang dibunuh dengan kejam. Dan sepertinya sang pembunuh juga mengincar alat musik tertentu, sebuah saksofon. Sepertinya saksofon itu adalah saksofon istimewa, yang mampu membuat permainan saksofon si musisi menjadi luar biasa bagus dan indah. Yang tentu saja akan menarik banyak kesuksesan dan perhatian. 

Tapi pembunuhan-pembunuhan itu ternyata bukan pembunuhan pertama. Tyler Anderson mendatangi Danni setelah dia memainkan saksofon milik Arnie Watson, sahabatnya yang sudah meninggal. Arnie dilaporkan meninggal karena overdosis. Diduga karena mengalami trauma pasca penugasan militernya. Arnie melarikan diri ke obat-obatan dan mengalami overdosis. Tapi saat memainkan saksofon Arnie, Tyler seperti kerasukan. Tyler jadi bisa memainkan saksofon sehebat Arnie memainkannya. Dia memainkan lagu yang sering dibawakan Arnie dengan luar biasa indah. Tyler juga mendapatkan penglihatan, dia melihat hari-hari Arnie. Tyler juga melihat...saat-saat ketika Arnie dibunuh. Danni masih sedikit skeptis dengan cerita Tyler, tapi Quinn dengan cepat percaya karena dia sudah melihat sendiri TKP pembunuhan seorang musisi, dan ada kasus penyerangan para musisi juga. Dengan alat musik yang sepertinya menjadi incaran si pembunuh.

New Orleans jadi kota yang mencekam untuk para musisi. Semua musisi terancam. Pembunuhnya sulit dilacak, pandai menyamar, dan cepat menghilang. Penyerangan kembali terjadi, semakin lama semakin parah. Danni, Quinn, dan Billie pun memutuskan untuk bergabung ke dalam kelompok musisi. Mencari sang pelaku dari dalam. Menelusuri bar demi bar yang mencurigakan. Rumah Danni pun jadi tempat pengungsian yang ramai. Danni dan Quinn dikejar waktu, mereka harus menemukan sang pelaku dan saksofon itu segera, sebelum semuanya terlambat dan korban semakin bertambah.

Novel ini punya rating Goodreads 3.96/5.00. Rating yang bagus, dan kami cukup setuju. Novel ini menurut kami yah ada plus minusnya yah, tapi ini berdasarkan selera kami terhadap novelnya Heather Graham. Mulai dari mana dulu yah...minusnya kali ya, biar ada bahasan. 

Oke. Seperti yang sudah kami bilang sebelumnya, novel ketiga ini beda banget dari novel sebelumnya di seri ini. Novel ini lebih menitikberatkan pada genre thriller detektifnya, ibaratnya lebih ke sisi manusianya daripada sisi supernaturalnya. Ini bukan hal yang negatif sih, tapi kami justru lebih suka kalau sisi supernaturalnya kuat. Karena Heather Graham tuh jago kalau supernaturalnya kuat, merindingnya dapet. Kami suka banget sama buku keduanya. Merinding disko cyiin. Apalagi waktu mereka harus mengangkut mayat dari kuburan bawah tanah kastil kan yaa...hiiii. Kasus ini agak mirip sama seri Flynn Brothers sebetulnya. Buku ketiga seri Flynn Brothers beda banget vibe-nya sama dua buku sebelumnya, lebih "manusia".

Minus yang lain ada di sisi romance. Kami merasa konflik antara Danni dan Quinn itu adalah konflik yang tidak perlu. Apalagi di saat genting kayak gitu. Danni terlalu keras kepala dan merasa harus membuktikan diri. Danni tidak bisa melihat situasi Quinn yang penuh tekanan dan stress. Buat Danni, yang penting instingnya harus dipenuhi. Sementara Quinn sendiri kurang bisa diajak berdiskusi dan kurang bisa membagi "kekuasaan" atas penyelidikan. Semua harus Quinn sendiri yang mengawasi. Ya, tidak bisa begitu dong ya. Penyelidikan akan menjadi tidak efektif.

Oke. Terlepas dari dua minus di atas yang menurut kami agak mengganggu, buku ini bagus, seru dan cukup menegangkan. Tapi kalau harus mengurut favorit kami dari ketiga buku seri Cafferty and Quinn, buku kedua akan menjadi favorit kami, diikuti dengan buku pertama, baru deh buku ketiga ini. Kayaknya kami lebih suka kalau Heather Graham sudah bikin latar yang di kuburan, lagian itu memang ciri khas novelnya Heather Graham juga sih sepertinya. Buku ketiga ini cocok untuk teman-teman yang lebih suka cerita detektif dibandingkan cerita misteri supernatural.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:

https://www.tokopedia.com/olakalik/the-dead-play-on-by-heather-graham-cafferty-and-quinn-3


Quote

Bertanya-tanya, bukan mengetahui, adalah perasaan yang membuat hati orang-orang hancur berkeping-keping.

The Dead Play On by Heather Graham (Cafferty and Quinn #3)


Aku mendengar banyak ketakutan. Tapi bahkan meskipun mereka takut, orang harus tetap bekerja untuk hidup.

The Dead Play On by Heather Graham (Cafferty and Quinn #3)


"Beberapa kekuatan gaib mungkin tidak lebih dari keyakinan kita pada sesuatu--suatu hasil, suatu kemampuan--yang mewujud sebagai realitas."

The Dead Play On by Heather Graham (Cafferty and Quinn #3)


"Apakah kita membuatnya menjadi monster? Atau apakah dia memang selalu menjadi monster dan kita hanya alasan yang dia gunakan untuk perbuatannya?" tanya Brad murung.

"Kita tidak pernah jahat," kata Jenny memprotes.

"Kita hanya tidak memperhatikan," kata Tyler. "Dan mungkin itu lebih buruk."

The Dead Play On by Heather Graham (Cafferty and Quinn #3)

Senin, 08 Maret 2021

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie - Kasus Terbunuhnya Ibu yang Jahat

Appointment with Death ini terbit pertama kali pada tanggal 2 Mei 1938. Sudah 83 tahun yang lalu. Di novel ini, detektif Hercule Poirot akan menemani kita untuk memecahkan kasus pembunuhan di mancanegara. Di Petra. Sebuah kasus yang menarik dan punya kemiripan dengan kasus di novel Murder on the Orient Express. Bahkan nih, tokoh di dalam novel ini juga sempat menyinggung kasus yang ada di Orient Express yang juga ditangani oleh Poirot. Sebelum ke review, mari kita kulik sedikit plotnya. 

Cerita diawali dengan sesuatu yang sangat menarik. Poirot tanpa sengaja mendengar sebuah percakapan ketika dia sedang menutup jendela kamarnya di suatu hotel di Kairo, "Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?". Pembaca mungkin akan langsung menebak bahwa ini adalah indikasi akan terjadinya suatu pembunuhan, dan indikasi pelakunya. Tapi buat Poirot, kalimat yang dia dengar dianggap seperti kalimat seorang penulis yang sedang merencanakan plot novel yang sedang dia tulis. Tapi insting detektif Poirot juga membuatnya mengingat suara orang yang mengucapkan kalimat itu. Siapa tahu suatu saat ia akan bertemu dengan orang itu.

Poirot bukanlah fokus novel ini, setidaknya sampai akhirnya terjadi pembunuhan, hingga akhirnya Poirot pun dilibatkan untuk menyelidiki. Pembaca justru akan terlibat dengan Sarah King, seorang calon dokter; ada juga dr Theodore Gerard, seorang dokter kejiwaan yang sudah punya nama; serta keluarga Boynton,  satu keluarga besar dari Amerika yang sangat menarik perhatian Sarah. 

Keluarga Boynton adalah keluarga yang menarik sekaligus mengalami disfungsi yang sangat parah. Di dalam keluarga itu ada sang ibu, dua anak laki-laki, dua anak perempuan, dan satu menantu perempuan. Sang ibu sangat gila kontrol dan tiran. Anak-anaknya, seperti hewan sirkus yang dilatih dengan cemeti. Penuh kepatuhan dengan perasaan takut, penuh kecemasan, dan berada di ambang depresi. Anak tertuanya bahkan sudah di titik depresi parah. Titik dimana dia sudah tidak punya tenaga untuk berbuat apa pun. Anak termudanya, memilih untuk melarikan diri ke dunia khayalan. Menganggap dirinya seorang tuan putri yang sedang diincar banyak musuh dan ada orang-orang yang ingin membunuhnya. Tingkah dan latar belakang mereka yang aneh menarik perhatian Sarah dan dr Gerard. Awalnya, Sarah tertarik secara profesional, dari sisi kejiwaannya. Tapi ketika Sarah mulai terlibat dengan salah seorang anak Mrs. Boynton, Sarah jadi mulai terlibat secara lebih personal.

Tapi, ini semua hanyalah perjalanan liburan. Cepat atau lambat mereka akan berpisah bukan? Awalnya begitu. Hingga Sarah dan dr Gerard melakukan perjalanan wisata ke Petra. Sesampainya di perkemahan, Sarah melihat kembali sang tiran, Mrs. Boynton, duduk dengan agungnya, seperti menyambut kedatangan Sarah dan rombongannya. 

Tapi, sang tiran ternyata tak bisa hidup lama di Petra. Dia meninggal di kursi agungnya. Kematiannya terlihat wajar karena Mrs. Boynton sendiri sudah tua dan sakit-sakitan. Mungkin terlalu rapuh untuk perjalanan Petra yang keras. Tapi, setitik bekas tusukan jarum suntik membuat kematiannya mencurigakan. Selain itu, ada alat suntik dan obat keras yang hilang. Hercule Poirot diminta untuk membantu menyelidiki peristiwa ini. Poirot punya waktu 24 jam untuk melakukan penyelidikan, wawancara, dan menemukan pelakunya. Semua harus dilakukan di tengah keluarga Boynton yang saling menutupi satu sama lain, dan Sarah King yang pendapatnya sudah bias karena dirinya yg jatuh cinta pada salah satu anak laki-laki Boynton. Semua orang seperti bekerja sama untuk menghalangi Poirot memecahkan kasus ini.

Weew, novel ini punya cerita yang seru. Sebelum pembunuhan, pembaca akan dibuat fokus kepada keluarga Boynton. Mengenal mereka dari dekat. Berkenalan dengan sisi psikologis masing-masing anggota keluarganya. Novel ini memang berat di sisi psikologisnya. Penyelidikan Poirot pun hanya wawancara-wawancara aja dengan para saksi yang terlibat. Sepanjang cerita, terjadi peristiwa-peristiwa yang kemudian mulai menggeser sisi psikologis para tokoh. Tidak hanya psikologis keluarga Boynton, tapi juga tokoh-tokoh yang terlibat dengan mereka. Dan endingnya....weleeh, plot twist banget. Pelakunya sangat tak terduga. Setidaknya kami tidak menduga sampai ke situ sih.

Novel ini punya rating Goodreads 3.88/5.00. Kalau dari kami pribadi, kami memberi novel ini nilai 5.00/5.00. Perfect. Seru, menarik, dan tak terduga.


Quote

Dia kehabisan tenaga--ya, kehabisan tenaga karena terlalu menderita. Pandangannya seperti pandangan seekor anjing yang terluka, atau seperti kuda yang sedang sakit--pandangan kosong makhluk yang menahan derita. Aneh...secara fisik dia sehat... Tetapi bisa dipastikan pria ini telah mengalami banyak sekali penderitaan--penderitaan batin. Sekarang dia tidak lagi menderita--dia sudah pasrah--menunggu... Menunggu apa? Oh, apakah aku ini mengada-ada? Ah, tidak. Pria itu memang sedang menunggu sesuatu, menunggu akhir deritanya.

~ Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Senyumnya yang menerawang begitu jauh dan menyendiri, tubuhnya yang tenang, dan tangannya yang sibuk merusak...

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"Setiap orang bisa menentukan sendiri arah hidupnya. Orang yang menghargai dirinya sendiri pasti mau memperjuangkan nasibnya dan memanfaatkan hidupnya--bukan cuma duduk berpangku tangan. Lelaki yang kerjanya cuma duduk berpangku tangan tak pantas dihargai perempuan."

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"Banyak hal yang pada diri seseorang itu laten sifat-nya. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan berkuasa, berbuat jahat, dan sebagainya. Cuma saja, keinginan-keinginan itu terpendam. Sering kali, malah keinginan tersebut tidak disadari adanya. Tapi itu memang sifat manusia yang menurun, Miss King. Kita menutup mata dan menyangkal adanya nafsu macam begitu pada diri kita. Tapi ada kalanya nafsu itu begitu kuat..."

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"... Aku dokter. Aku tahu betul bagaimana ambisi--untuk meraih keberhasilan, untuk memperoleh kekuasaan-- bisa menyebabkan penyakit pada jiwa manusia. Kalau ambisi itu terpenuhi, manusianya menjadi sombong, kasar, dan ingin lebih puas lagi. Bila tidak terwujud--oh! Bila ambisi seseorang tidak pernah terwujud, cuma rumah sakit jiwalah yang bisa memberi predikat kepadanya!

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


apakah orang, kalau dia melihat ada suatu kesalahan diperbuat orang lain, harus berusaha membetulkan? Dalam hal ini, ikut campur seseorang mungkin berakibat baik--tapi bisa juga malah lebih mencelakakan!

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Tak baik bila orang cuma mau mengakui sisi yang baik dari kehidupan ini.

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Mungkin inilah yang disebut cinta--rasa pedih dalam hati karena memikirkan orang lain--rasa ingin, dengan cara dengan cara apa dan bagaimanapun, membebaskan orang yang dikasihinya dari penderitaan...

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Karena, mengarang yang tidak benar itu lebih sulit! Bisa saja orang berbohong sekali, dua kali, tiga kali, atau bahkan empat kali, tapi tak mungkin terus-terusan berbohong.

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Baca juga:

Miss Marple's Final Cases (Kasus-Kasus Terakhir Miss Marple) by Agatha Christie - Kasus-Kasus dengan Penyelesaian yang Menawan

Senin, 01 Maret 2021

Seri Petualangan 1: Petualangan di Pulau Suram by Enid Blyton - Seruuu. Lebih Advanced dari cerita Lima Sekawan.

Review seri baru dari Enid Blyton nih, Seri Petualangan! Kami sama sekali belum pernah menyentuh seri ini. Ternyata, bagus banget. Seri petualangan ini lebih kompleks dari cerita Lima Sekawan. Bukunya lebih tebal dan padat, kisah petualangannya juga lebih detail dan menantang. Tokoh di seri ini ada 5 karakter. Ada Philip, Jack, Dinah, dan Lucy Ann. Tapi tidak lupa, ada juga Kiki, burung kakaktua peliharaan Jack yang selalu kocak.

Buku pertama ini tentu saja berisi perkenalan mereka serta petualangan pertama mereka di Pulau Suram. Philip yang sedang ikut kelas musim panas di tempat gurunya mula-mula bertemu dengan Kiki, si burung kakaktua kocak dan jahil,  yang mengganggu istirahat siangnya. Kiki ini ternyata peliharaan Jack, anak laki-laki yang juga harus mengambil kelas tambahan di sana. Berbeda dengan Philip yang bisa akrab dengan binatang apa pun--yup, apa pun, termasuk serangga, tikus, dan binatang lain yang bisa bikin orang merinding--, Jack merupakan seorang pemerhati burung. Jack tidak memperdulikan hal lain selain burung. Itulah sebabnya kenapa dia harus ikut kelas tambahan. Nilai-nilai Jack buruk karena dia hanya memerhatikan burung-burung. Adik Jack, Lucy-Ann juga ikut kelas tambahan. Tapi Lucy-Ann sebetulnya tidak butuh kelas tambahan, dia hanya tidak mau terpisah dari kakaknya saja.

Kehidupan Jack dan Lucy-Ann sebenarnya agak menyedihkan. Orangtua mereka sudah meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Jack dan Lucy-Ann kemudian tinggal bersama paman mereka Paman Geoffrey. Tapi kehadiran mereka seperti tidak diinginkan, jadi mereka diperlakukan tanpa kasih sayang di sana. Kehidupan Jack sedikit lebih mendingan, walaupun tidak banyak berbeda. Jack dan Dinah kakak beradik. Ayah mereka sudah meninggal, dan tidak meninggalkan harta sepeser pun. Ibu Philip terpaksa pergi untuk bekerja dan mencari nafkah. Jadi, Philip dan Dinah tinggal dengan bibi dan paman mereka di suatu tempat yang seperti reruntuhan kastil tua yang disebut Craggy-Tops.

Suatu hari, ketika sudah waktunya pulang, Jack dan Lucy-Ann ternyata tidak bisa kembali ke tempat paman mereka. Pengurus rumah mereka mengirim surat dan uang agar Pak Guru mau menampung mereka hingga mereka masuk sekolah lagi. Pak Guru sebetulnya keberatan, karena dia sendiri ingin pergi, dia juga sangat benci pada Kiki yang jail. Philip ada ide untuk mengajak Jack dan Lucy-Ann ke Craggy-Tops saja. Toh bibi mereka sedang butuh uang untuk membayar hutang-hutangnya. Mungkin uang yang yang dikirim untuk biaya hidup Jack dan Lucy-Ann akan cukup membantu. Tapi mereka merasa tidak akan diijinkan pergi, jadi Jack dan Lucy-Ann pergi diam-diam bersama Philip.

Sesampainya di Craggy-Tops benar saja, hampir saja Jack dan Lucy-Ann dikirim pulang kembali. Tapi setelah dijelaskan masalahnya dan ada uang yang nanti dikirimkan, Bibi Polly pun akhirnya mengijinkan mereka tinggal. Kiki juga ternyata berhasil mengambil hati Bibi Polly. Kiki pun jadi kesayangan Bibi Polly juga. Jack dan Lucy-Ann pun akhirnya berkenalan dengan Dinah

Di Craggy-Tops inilah petualangan pertama mereka terjadi. Dari tempat tidur menara di Craggy-Tops mereka bisa melihat Pulau Suram di seberang lautan. Pulau yang ditakuti oleh Jo-Jo, pesuruh yang dipekerjakan oleh Bibi Polly. Kata Jo-Jo di sana ada "macam-macam" yang menakutkan. Tapi Jack justru ingin sekali ke Pulau Suram karena dia yakin di sana ada burung-burung langka. Mereka juga bertemu Billy di suatu tempat yang cukup terpencil dekat Craggy-Tops. Mereka juga menemukan lorong rahasia. Dan puncaknya, ketika mereka akhirnya berhasil ke Pulau Suram, mereka justru menemukan banyak lubang-lubang besar dan tumpukan kaleng makanan yang misterius. Sebenarnya ada apa di Pulau Suram?

Seri petualangan ini recommended banget. Jujur, kami lebih suka sama seri ini, daripada Lima Sekawan. Karena lebih berat kali ya petualangannya, lebih seru. Tapi memang beda sih. Kalau Lima Sekawan tuh ibaratnya petualangan anak-anak SD-SMP, kalau Seri Petualangan tuh petualangannya anak SMA. Lebih manantang jadinya. Sampai sejauh buku pertama ini (yang berarti belum jauh-jauh banget), minus seri ini hanya sedikit. Paling kami agak prihatin saja dengan gaya bertengkarnya Philip dan Dinah yang bisa jadi agak kasar, main tampar-tamparan. Tidak patut ditiru banget sih itu yah. Selebihnya, tidak terlalu banyak minusnya. Buku bagus. Recommended.


Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.