Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini

Senin, 08 Maret 2021

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie - Kasus Terbunuhnya Ibu yang Jahat

Appointment with Death ini terbit pertama kali pada tanggal 2 Mei 1938. Sudah 83 tahun yang lalu. Di novel ini, detektif Hercule Poirot akan menemani kita untuk memecahkan kasus pembunuhan di mancanegara. Di Petra. Sebuah kasus yang menarik dan punya kemiripan dengan kasus di novel Murder on the Orient Express. Bahkan nih, tokoh di dalam novel ini juga sempat menyinggung kasus yang ada di Orient Express yang juga ditangani oleh Poirot. Sebelum ke review, mari kita kulik sedikit plotnya. 

Cerita diawali dengan sesuatu yang sangat menarik. Poirot tanpa sengaja mendengar sebuah percakapan ketika dia sedang menutup jendela kamarnya di suatu hotel di Kairo, "Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?". Pembaca mungkin akan langsung menebak bahwa ini adalah indikasi akan terjadinya suatu pembunuhan, dan indikasi pelakunya. Tapi buat Poirot, kalimat yang dia dengar dianggap seperti kalimat seorang penulis yang sedang merencanakan plot novel yang sedang dia tulis. Tapi insting detektif Poirot juga membuatnya mengingat suara orang yang mengucapkan kalimat itu. Siapa tahu suatu saat ia akan bertemu dengan orang itu.

Poirot bukanlah fokus novel ini, setidaknya sampai akhirnya terjadi pembunuhan, hingga akhirnya Poirot pun dilibatkan untuk menyelidiki. Pembaca justru akan terlibat dengan Sarah King, seorang calon dokter; ada juga dr Theodore Gerard, seorang dokter kejiwaan yang sudah punya nama; serta keluarga Boynton,  satu keluarga besar dari Amerika yang sangat menarik perhatian Sarah. 

Keluarga Boynton adalah keluarga yang menarik sekaligus mengalami disfungsi yang sangat parah. Di dalam keluarga itu ada sang ibu, dua anak laki-laki, dua anak perempuan, dan satu menantu perempuan. Sang ibu sangat gila kontrol dan tiran. Anak-anaknya, seperti hewan sirkus yang dilatih dengan cemeti. Penuh kepatuhan dengan perasaan takut, penuh kecemasan, dan berada di ambang depresi. Anak tertuanya bahkan sudah di titik depresi parah. Titik dimana dia sudah tidak punya tenaga untuk berbuat apa pun. Anak termudanya, memilih untuk melarikan diri ke dunia khayalan. Menganggap dirinya seorang tuan putri yang sedang diincar banyak musuh dan ada orang-orang yang ingin membunuhnya. Tingkah dan latar belakang mereka yang aneh menarik perhatian Sarah dan dr Gerard. Awalnya, Sarah tertarik secara profesional, dari sisi kejiwaannya. Tapi ketika Sarah mulai terlibat dengan salah seorang anak Mrs. Boynton, Sarah jadi mulai terlibat secara lebih personal.

Tapi, ini semua hanyalah perjalanan liburan. Cepat atau lambat mereka akan berpisah bukan? Awalnya begitu. Hingga Sarah dan dr Gerard melakukan perjalanan wisata ke Petra. Sesampainya di perkemahan, Sarah melihat kembali sang tiran, Mrs. Boynton, duduk dengan agungnya, seperti menyambut kedatangan Sarah dan rombongannya. 

Tapi, sang tiran ternyata tak bisa hidup lama di Petra. Dia meninggal di kursi agungnya. Kematiannya terlihat wajar karena Mrs. Boynton sendiri sudah tua dan sakit-sakitan. Mungkin terlalu rapuh untuk perjalanan Petra yang keras. Tapi, setitik bekas tusukan jarum suntik membuat kematiannya mencurigakan. Selain itu, ada alat suntik dan obat keras yang hilang. Hercule Poirot diminta untuk membantu menyelidiki peristiwa ini. Poirot punya waktu 24 jam untuk melakukan penyelidikan, wawancara, dan menemukan pelakunya. Semua harus dilakukan di tengah keluarga Boynton yang saling menutupi satu sama lain, dan Sarah King yang pendapatnya sudah bias karena dirinya yg jatuh cinta pada salah satu anak laki-laki Boynton. Semua orang seperti bekerja sama untuk menghalangi Poirot memecahkan kasus ini.

Weew, novel ini punya cerita yang seru. Sebelum pembunuhan, pembaca akan dibuat fokus kepada keluarga Boynton. Mengenal mereka dari dekat. Berkenalan dengan sisi psikologis masing-masing anggota keluarganya. Novel ini memang berat di sisi psikologisnya. Penyelidikan Poirot pun hanya wawancara-wawancara aja dengan para saksi yang terlibat. Sepanjang cerita, terjadi peristiwa-peristiwa yang kemudian mulai menggeser sisi psikologis para tokoh. Tidak hanya psikologis keluarga Boynton, tapi juga tokoh-tokoh yang terlibat dengan mereka. Dan endingnya....weleeh, plot twist banget. Pelakunya sangat tak terduga. Setidaknya kami tidak menduga sampai ke situ sih.

Novel ini punya rating Goodreads 3.88/5.00. Kalau dari kami pribadi, kami memberi novel ini nilai 5.00/5.00. Perfect. Seru, menarik, dan tak terduga.


Quote

Dia kehabisan tenaga--ya, kehabisan tenaga karena terlalu menderita. Pandangannya seperti pandangan seekor anjing yang terluka, atau seperti kuda yang sedang sakit--pandangan kosong makhluk yang menahan derita. Aneh...secara fisik dia sehat... Tetapi bisa dipastikan pria ini telah mengalami banyak sekali penderitaan--penderitaan batin. Sekarang dia tidak lagi menderita--dia sudah pasrah--menunggu... Menunggu apa? Oh, apakah aku ini mengada-ada? Ah, tidak. Pria itu memang sedang menunggu sesuatu, menunggu akhir deritanya.

~ Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Senyumnya yang menerawang begitu jauh dan menyendiri, tubuhnya yang tenang, dan tangannya yang sibuk merusak...

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"Setiap orang bisa menentukan sendiri arah hidupnya. Orang yang menghargai dirinya sendiri pasti mau memperjuangkan nasibnya dan memanfaatkan hidupnya--bukan cuma duduk berpangku tangan. Lelaki yang kerjanya cuma duduk berpangku tangan tak pantas dihargai perempuan."

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"Banyak hal yang pada diri seseorang itu laten sifat-nya. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan berkuasa, berbuat jahat, dan sebagainya. Cuma saja, keinginan-keinginan itu terpendam. Sering kali, malah keinginan tersebut tidak disadari adanya. Tapi itu memang sifat manusia yang menurun, Miss King. Kita menutup mata dan menyangkal adanya nafsu macam begitu pada diri kita. Tapi ada kalanya nafsu itu begitu kuat..."

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


"... Aku dokter. Aku tahu betul bagaimana ambisi--untuk meraih keberhasilan, untuk memperoleh kekuasaan-- bisa menyebabkan penyakit pada jiwa manusia. Kalau ambisi itu terpenuhi, manusianya menjadi sombong, kasar, dan ingin lebih puas lagi. Bila tidak terwujud--oh! Bila ambisi seseorang tidak pernah terwujud, cuma rumah sakit jiwalah yang bisa memberi predikat kepadanya!

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


apakah orang, kalau dia melihat ada suatu kesalahan diperbuat orang lain, harus berusaha membetulkan? Dalam hal ini, ikut campur seseorang mungkin berakibat baik--tapi bisa juga malah lebih mencelakakan!

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Tak baik bila orang cuma mau mengakui sisi yang baik dari kehidupan ini.

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Mungkin inilah yang disebut cinta--rasa pedih dalam hati karena memikirkan orang lain--rasa ingin, dengan cara dengan cara apa dan bagaimanapun, membebaskan orang yang dikasihinya dari penderitaan...

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Karena, mengarang yang tidak benar itu lebih sulit! Bisa saja orang berbohong sekali, dua kali, tiga kali, atau bahkan empat kali, tapi tak mungkin terus-terusan berbohong.

Appointment with Death (Perjanjian Dengan Maut) by Agatha Christie


Baca juga:

Miss Marple's Final Cases (Kasus-Kasus Terakhir Miss Marple) by Agatha Christie - Kasus-Kasus dengan Penyelesaian yang Menawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.