Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini
Tampilkan postingan dengan label Author: Mary Shelley. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Author: Mary Shelley. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 September 2023

Review Novel (Victor) Frankenstein by Mary Shelley - Siapakah Monster yang Sebenarnya?

TENTANG FRANKENSTEIN

Jujur saja, sebelumnya saya sama sekali tidak tahu bahwa tokoh monster Frankenstein itu berasal dari sebuah tokoh novel. Baru ketika saya membaca novel Waking the Dead karya Heather Graham lah saya baru ngeh, kalau Mary Shelley menulis novel Frankenstein. Sejak itu saya lumayan tertarik untuk membaca novel klasik ini. 

Novel Frankenstein ini menurut saya punya sejarah yang menarik, dan terkait dengan Indonesia lho. Karya ini lahir pada tahun 1816. Tahun yang dikenal dengan Tahun Tanpa Musim Panas. Saat itu dunia sedang mengalami musim dingin vulkanis akibat ledakan gunung Tambora di tahun 1815. Saat itu, Mary Shelley, yang berumur 18 tahun, bersama kekasihnya (yang kemudian menjadi suaminya), Percy Bysshe Shelley, dan adik tiri Mary, Claire Clairmont, mengunjungi Lord Byron dan dr. John Polidori di Villa Diodati di dekat danau Jenewa. Saat itu, cuaca sedang tidak bersahabat dan terlalu dingin untuk mengadakan kegiatan di luar ruangan. Sambil menghangatkan diri, mereka membaca kisah-kisah horor dari buku Fantasmagoriana, sebuah buku kumpulan cerita hantu dari Jerman. Byron lalu menantang mereka untuk masing-masing membuat sebuah kisah horor. Dari sinilah kemudian, bibit-bibit lahirnya Frankenstein.

Frankenstein punya judul lain, The Modern Prometheus. Tapi judul kedua ini sudah sangat jarang digunakan. Frankenstein pertama kali diterbitkan pada 1 Januari 1818 di London tapi secara anonim. Nama Mary Shelley baru muncul di edisi kedua yang terbit di Paris pada tahun 1821. Pada masa novel ini dibuat, topik tentang galvanisme (pemicuan arus listrik melalui reaksi kimia) sedang menjadi topik hangat. Topik ini sedikit banyak menjadi inspirasi lahirnya Frankenstein.

Sebelum lebih jauh lagi, sebenarnya orang banyak yang salah kaprah. Frankenstein bukanlah nama si monster. Frankenstein adalah nama ilmuan yang menciptakan monster itu. Nama sang ilmuan, Victor Frankenstein. Monsternya sendiri sebenarnya tidak punya nama. Cuman dijuluki monster aja, bahkan Victor sendiri tidak memberi nama kepada monster ciptaannya. Victor memanggil ciptaannya itu dengan dengan kata-kata kasar dan buruk. Tapi seiring berjalannya waktu kesalahan ini terjadi terutama di dunia adaptasi perfilman.


SINOPSIS

Novel Frankenstein dinarasikan dengan narasi orang pertama. Ada 3 orang yang bercerita. Novel ini dibuka dengan narasi dari Kapten Walton dalam bentuk surat menyurat dengan adiknya. Kapten Walton sedang dalam misi mencari ilmu pengetahuan dan misinya membawanya berlayar jauh ke utara. Nah, suatu waktu, Kapten Walton melihat keanehan. Seseorang dengan bentuk tubuh yang sangat besar sedang mengendarai kereta anjing melintasi laut beku. Beberapa jam kemudian, Kapten Walton menyelamatkan Victor Frankenstein yang nyaris membeku karena Victor dan keretanya tidak berhasil mengejar sang monster. Kapten Wilton yang sedang mencari seorang sahabat yang mau menemani ekspedisinya, menemukan Victor sangat cocok dengannya. Di sisi lain, Victor menemukan ambisi Wilton menyamai ambisinya dulu. Ambisi yang membuatnya menciptakan sang monster. Ambisi yang telah menghancurkannya. 

Maka Victor pun mulai menceritakan kisah hidupnya. Di sinilah, narasi berganti menjadi narasi Victor Frankenstein. Victor menceritakan kisah hidupnya dari mulai masa kecilnya. Lahir dari keluarga berada, Victor merupakan anak yang cerdas dengan keinginan kuat untuk memahami ilmu pengetahuan. Beberapa minggu sebelum kepergiannya ke Universitas Ingolstadt di Jerman, ibu Victor meninggal. Untuk mengatasi kesedihannya, Victor menenggelamkan dirinya ke dalam ilmu pengetahuan dan percobaan-percobaan ilmiah. Di saat-saat inilah, Victor mulai membuat sang monster. Awalnya, Victor ingin membuat manusia buatannya semirip mungkin dengan manusia. Tapi karena kerenikan bagian-bagian tubuh manusia, Victor terpaksa membuat tubuh manusia buatannya berukuran raksasa. Victor begitu tenggelam ke dalam tekad dan eksperimennya. Percaya bahwa manusia buatannya akan membawanya pada kejayaan. Tapi ketika akhirnya sang monster betulan hidup, Victor dihadapkan akan kengerian yang sangat nyata. Victor sendiri, sang pencipta, kabur karena ngeri ketika melihat ciptaannya sendiri. Tapi ketika akhirnya Victor memberanikan diri untuk kembali, ciptaannya itu sudah menghilang, pergi entah kemana.

Gara-gara itu, Victor jadi jatuh sakit. Untungnya, saat Victor kabur waktu itu, Victor bertemu dengan sahabatnya, Henry Clerval. Victor pun dirawat oleh Henry hingga sembuh. Tapi Victor mendapatkan kabar buruk, adiknya, William, terbunuh. Saat tiba di Jenewa ke kediaman keluarganya, Victor melihat sekilas makhluk ciptaannya di dekat tempat kejadian. Yakinlah Victor bahwa monster ciptaannya lah yang bertanggung jawab atas kematian William. Tapi siapa yang akan percaya pada ceritanya? Justine Moritz, pengasuh William menjadi tertuduh, setelah ditemukan kalung William di dalam kantongnya. Sang monster pun berbuat hingga sejauh itu. Dua nyawa tak bersalah melayang di tangan monster yang diciptakan oleh Victor. Karena kesedihan dan rasa bersalahnya, Victor pun mengasingkan diri ke pegunungan, hanya untuk akhirnya bertemu dengan sang monster.

Di sini lah, narasi berganti menjadi narasi dari sang monster. Sang monster ternyata sangat cerdas. Monster ini tuh ibarat bayi yang baru lahir. Tapi lahir-lahir langsung bertubuh besar, dan sayangnya, dengan rupa yang buruk. Sang monster menceritakan kehidupannya yang terpaksa hidup dalam kesendirian. Karena rupanya yang buruk, orang-orang menjadi takut dan benci kepadanya. Bahkan ada yang berbuat kasar kepadanya. Hal ini mendorongnya untuk menyembunyikan diri dari manusia. Suatu hari, sang monster mendapatkan tempat persembunyian di sebuah kandang, tepat di sebelah sebuah pondok bobrok yang dihuni oleh keluarga miskin. Di sinilah sang monster banyak belajar. Belajar membaca, belajar berbicara, bahkan belajar tentang kasih sayang. Sang monster pun diam-diam membantu keluarga tersebut, dan diam-diam berharap, semoga suatu hari keluarga itu dapat menerima dirinya.

Tapi malang tak dapat ditolak. Sang monster mungkin bisa membujuk sang ayah yang buta, karena tak dapat melihat rupa buruknya. Tetapi ketika anak-anak sang ayah melihat sang monster, mereka pun ngeri dan menyerangnya. Sang monster pun pergi dengan sedih. Keluarga itu pun pada akhirnya meninggalkan pondok, takut sang monster akan kembali. Pada dasarnya, sang monster sebetulnya punya hati yang baik dan lembut. Tapi dia diciptakan dengan rupa yang buruk dan memiliki kekuatan melebihi manusia. Sedangkan fitrah manusia adalah merasa takut akan segala sesuatu yang berada di luar nalar mereka. Merasa takut akan segala sesuatu yang terlihat luar biasa buruk dan mengerikan.

Sang monster pun marah. Dia merasa sang penciptanya harus bertanggung jawab atas semua kemalangan yang menimpanya. Maka dia pun pergi mencari penciptanya dengan niat balas dendam. Dia membunuh William ketika bertemu dengannya, lalu memfitnah Justine.

Tapi hanya satu hal, yang sebetulnya sangat diinginkan sang monster. Pasangan. Teman hidup. Kesendirian menyiksanya. Dia dibenci oleh semua orang yang ditemuinya. Penciptanya sendiri membencinya. Maka, ketika akhirnya sang monster bertemu dengan Victor, dia memnuntut agar Victor menciptakan lagi satu wanita manusia buatan untuk menjadi pasangannya. Sang monster berjanji, setelah ia mendapatkan apa yang ia mau, dia dan pasangannya akan menghilang dan mengasingkan diri. Tidak akan terlihat lagi oleh siapa pun.

Narasi tak lama kembali ke sudut pandang Victor. Victor dengan berat hati menyetujui permintaan gila sang monster. Tertekan karena pengawasan dan ancaman dari makhluk ciptaannya sendiri. Victor pun akhirnya pergi ke suatu tempat terpencil untuk melaksanakan tugas mengerikan itu. Tetapi pada akhirnya, kengerian Victor akan masa depan mengalahkan ketakutannya atas ancaman-ancaman sang monster. Maka Victor pun akhirnya menghancurkan calon pasangan sang monster. Sang monster pun murka dan berjanji akan mendatanginya di malam pernikahannya. Di tengah kemurkaan sang monster, Clerval akhirnya menjadi korban. Victor pun salah mengartikan ancaman sang monster. Dia sudah siap berduel dan mati di tangan ciptaannya, tapi justru orang-orang di sekitarnya lah yang menjadi korban kekejaman sang monster.

Victor pun bertekad untuk balas dendam. Dia mengejar monster itu sekuat tenaga hingga titik darah penghabisan. Tapi Victor hanya manusia biasa yang terbatas. Sedangkan ciptaannya itu dibuat di luar batas-batas manusia. Pada akhirnya, sang pencipta dan sang monster dipisahkan juga oleh satu-satunya hal yang bisa memisahkan mereka. Kematian.


REVIEW 

Novel Frankenstein mungkin bisa digolongkan ke dalam genre novel horor fiksi ilmiah. Titik beratnya ada di obsesi Victor terhadap ilmu pengetahuan. Pencariannya berujung pada kemalangan dan penderitaan yang amat sangat. Sebagai umat beragama, mungkin teman-teman akan menemukan buku ini sangat menggelitik untuk dikritik. Karena memang sejatinya Victor sedang bermain-main menjadi Tuhan dengan menciptakan sang monster. Victor tidak sanggup menciptakan manusia yang sempurna. Yang pada akhirnya menyebabkan penderitaan untuk si monster, Victor, dan bahkan orang-orang di sekitar mereka.

Ada banyak hikmah yang bisa disimpulkan dari buku ini. Ada banyak pembahasan yang bisa menjadi bahan diskusi. Misalnya saja, bagaimana kalau, seandainya saja Victor tidak lari dan tidak membenci sang monster? Bagaimana seandainya Victor, sebagai penciptanya, menjadi teman dan "orangtua" yang baik untuk sang monster? Akankah semua kemalangan itu bisa dihindari?

Karakter para tokoh juga sangat menarik untuk dibahas. Victor adalah orang yang ambisius tapi senang lari dari kenyataan. Dia selalu lari dari masalahnya, lari dari kesedihannya dan menyendiri. Tapi masalah yang tidak diselesaikan akan selalu menghantui dan datang kembali. Victor akhirnya dipaksa menghadapi masalahnya. Sang monster juga unik. Dia adalah bayi yang lahir besar. Sayangnya, bayi yang terlantar. Tapi untungnya, sang monster masih punya hati yang baik dan rasa kasih sayang yang lebih dominan daripada sifat jahatnya. Sang monster terpapar keluarga baik yang dipenuhi kasih sayang selama masa persembunyiannya. Seandainya dia terpapar dengan hal-hal jahat, mungkin novel ini akan lain ceritanya.

Buku ini mengajarkan kita untuk tidak pernah berlari dari masalah. Semengerikan apa pun masalah yang harus kita hadapi, hadapilah. Masalah tidak akan selesai kalau kita berlari dan bersembunyi. Ambisi yang berlebihan juga merupakan suatu hal yang buruk. Ambisi Victor terhadap ilmu pengetahuan telah membawanya untuk menciptakan sesuatu yang di luar kemampuannya sendiri untuk menanganinya. Yang pada akhirnya hanya membawa kepada penderitaan. Ambisi Kapten Walton juga nyaris saja membawa bencana kepada dirinya dan kru kapalnya. Ambisi akan menenggelamkan siapa saja yang tidak tahu, dan tidak mau mengakui, sampai di mana batas kemampuan dirinya.

Buku ini telah melahirkan banyak karya setelah terbitnya. Tokoh sang monster telah diadaptasi ke banyak film ataupun animasi bergenre horor. Penggambarannya dalam film ada yang sesuai dengan novelnya, tapi banyak juga yang kurang pas. Tapi terlepas dari itu semua, monster Frankenstein adalah tokoh yang legend. Ketenarannya bahkan melebihi penciptanya. Seandainya saja ya, sang monster tahu, bahwa di masa depan, dia lebih banyak dicintai, persis seperti keinginannya, diterima keberadaannya.


QUOTE

Tak ada apa pun yang bisa menenangkan jiwa, kecuali kebulatan tekad
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Konstruksi jiwa kita memang sangat aneh. Kita hanya dihubungkan oleh ikatan yang sangat tipis menuju kebahagiaan atau kehancuran.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Rasanya seperti ada roh pelindung yang menyelamatkanku pada saat terakhir  dari halilintar yang siap menyambarku dari langit. Kemenangan malaikat pelindung ini ditandai oleh ketenangan jiwa dan kegembiraan yang kemudian kurasakan setelah aku sama sekali menyingkirkan penyelidikan yang penuh siksaan ini.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Kalau aku bahagia, keindahan alam rasanya punya kekuatan memberiku rasa gembira yang tiada taranya.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

"...Tuhan sudah membuang kelemahanku serta memberiku kekuatan dan keberanian untuk memanggul cobaan yang terburuk. ..."
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Victor, kalau kepalsuan bisa kelihatan begitu sama dengan kebenaran, siapa yang bisa yakin akan kebahagiaannya sendiri?
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Semua orang membenci apa saja yang punya rupa buruk. Tapi mengapa aku harus dibenci kalau keadaanku paling menyedihkan di antara semua makhluk hidup?
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Hidup ini memang kumpulan penderitaan, tapi sangat kusayangi dan aku akan mempertahankannya.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Kalau makhluk yang begitu cantik saja bisa bersedih hati, tak aneh lagi kalau aku -- makhluk tak sempurna yang sebatang kara -- susah dan merana.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Sungguh aneh hakikat ilmu pengetahuan! Sekali masuk ke otak, ilmu pengetahuan akan terus berpegangan erat-erat seperti kancing-kancingan melekat pada batu.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Tidak punya sahabat di dunia memang kemalangan besar. Tapi hati manusia, kalau tidak mementingkan diri sendiri, selalu penuh persahabatan dan belas kasihan.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Alangkah anehnya perasaan kita! Kita merasa begitu mencintai hidup pada saat-saat kita terancam bahaya maut!
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Orang yang tidak beruntung bisa bersikap pasrah, tapi orang yang bersalah takkan memperoleh kedamaian.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Tak ada yang lebih menyakitkan bagi perasaan manusia daripada perubahan yang begitu besar dan tiba-tiba.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Carilah kebahagiaan dalam ketenangan. Hindarilah ambisi, walaupun kelihatannya ambisi yang tidak berbahaya -- hanya mencari pengetahuan dan penemuan baru.
(Victor) Frankenstein by Mary Shelley

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.