Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini

Kamis, 31 Mei 2018

Review Komik Wanted by Mizuto Aqua

Komik Wanted ini merupakan komik one shot yang terdiri dari 3 cerita utama: WANTED, FIRST STEP, dan Cherry Blossom Wish. Ada juga side story dari ketiga cerita utamanya. Side story ini pendek-pendek aja sih, cuman 4 atau 5 halaman.

Dari segi gambar komik ini cakep banget ya. Tokoh cowoknya terutama, ganteng-ganteng. Tokoh ceweknya juga cakep tapi masih tergolong biasa. Maksudnya, ngga seganteng tokoh cowok-cowoknya gitu.

Dari segi cerita, komik ini bagus banget, lucu ceritanya, jadinya menghibur banget. Di cerita WANTED kita akan mendapatkan cerita ala-ala detektif gitu. Dengan sang tokoh cewek yang berusaha mengungkapkan misteri pencurian di sekolah barunya. Cerita FIRST STEP lebih ke idol-idol gtu. Siapa yang nolak yaa kalau orang yang ditaksir tiba-tiba ngajak jadian, meskipun pura-pura. Ha3. Kalau Cherry Blossom Wish, bercerita soal petualangan membantu Dewa kuil yang kehilangan kekuatannya karena kecerobohan dia sendiri.

Komik ini termasuk komik favorit kami. Karena selain gambarnya bagus, ceritanya juga bagus dan lucu. Satu lagi, ngga ada air mata! Yang ada kocak ketawa-ketawa. Menghibur banget. Cocok banget buat jadi koleksi komik teman-teman.

Selasa, 29 Mei 2018

Review Komik Finding My Prince by Sakurakouji Kanoko

Komik one shot yang satu ini bisa dibilang favorit kami juga. Gaya ceritanya kocak. Gaya gambarnya cakep dan kocak-kocak. Ceritanya juga bagus dan menghibur.

Finding My Prince bercerita tentang Eimi yang sering banget ditipu cowok. Padahal Eimi punya mata yang bagus soal menilai barang. Sayangnya, bakatnya ini tetap saja ngga berguna kalau yang niat menipu itu cowok cakep. Hahahahaha.

Komik Finding My Prince ini seluruhnya isinya cerita Eimi dan Shu. Ada tiga cerita utama yang bisa kita nikmati dan satu side story. Ini komik yang asyik banget buat dikoleksi. Ceritanya bagus, lucu, dan menghibur.

Rabu, 23 Mei 2018

Review Komik Diamond Pretty by Tsuneyoshi Tamiko

Komik Diamond Pretty ini adalah komik one shot yang terdiri dari tiga kisah cerita lika liku percintaan anak SMU. Ada Diamond Pretty!, When He's on the Ground, dan Plus One.

Dari segi gambar kami bilang lumayan yah. Cukup oke, tokoh-tokohnya pun lumayan cantik dan ganteng. Walaupun yah, ngga yang cuantik buangeet atau guanteng buangeet, biasa aja. Dan walaupun Tokoh antagonis ceweknya kok mirip-mirip di cerita Diamond Pretty! dan When He's on the Ground. Hahahaha.

Cerita Diamond Pretty! Lumayan mengaduk emosi. Cerita labil-labilnya remaja soal pacaran. Psst, di cerita ini disebut-sebut juga lho soal Indonesia. Karena salah satu tokohnya ceritanya pindahan dari Indonesia. Apakah pengarangnya orang Indonesia? Ngga juga sih ini manga dari Jepang kok.

Dalam segi cerita kita sebenarnya lebih suka When He's on the Ground. Ceritanya santai dan ngga terlalu mengaduk emosi. Kalau Plus One kayak tambahan catatan dari penulis aja soal burung. Lucu juga buat dibaca.

Buat yang suka manga one shot tema anak sekolah bisa banget baca komik ini. Cukup menghibur.

Minggu, 20 Mei 2018

Review Novel Tintenblut - Inkspell by Cornelia Funke

Tintenblut - Inkspell adalah buku kedua dari trilogi Inkheart karangan Cornelia Funke. Seperti buku pertamanya, Inkheart, Inkspell ini juga sama-sama tebal, bahkan lebih tebal kalau menurut kami.

Kali ini Inkspell mengisahkan Mo, Meggie, Resa, Farid, Dustfinger dan beberapa tokoh lain yang akhirnya masuk dan berpetualang ke dalam buku Inkheart. Dunia Inkheart bisa dibilang berubah banyak sekali dari kisah aslinya yang ditulis oleh Fenoglio. Ada tokoh-tokoh baru yang bisa dibilang diciptakan sendiri oleh Fenoglio. Menghilangnya tokoh-tokoh lama juga bisa saja menjadi penyebab berubahnya alur cerita di dalam dunia Inkheart.

Dibandingkan buku pertamanya, Inkheart, plot di novel Inkspell ini terasa sedikit lebih lambat, atau yah...lambat. Kami agak kesulitan menyelesaikan membacanya karena kayaknya alur ceritanya terasa lama. Jadi serasa pengen nyari spoiler biar bisa cepet tahu endingnya, hahaha...

Inkspell juga lebih mengaduk emosi karena tokoh-tokohnya juga penuh emosi terpendam. Mo lebih paranoid. Meggie mulai menunjukkan gejala pemberontakan dan egoisme remaja. Farid, antara jatuh cinta dan terlalu memuja Dustfinger. Fenoglio yang menurut kami serampangan dalam bersikap dan bertindak. Dan yang paling menggemaskan adalah, kecemburuan antara Farid dan Roxanne. Mungkin banyaknya permainan emosi inilah yang menyebabkan Inkspell alurnya terasa lamban.

Dibandingkan buku pertamanya, Inkspell juga bisa dibilang lebih gelap. Kemalangan yang tak berkesudahan.

Dibalik kekurangannya, Inkspell sebenarnya tetap bagus kok dan menarik untuk dibaca. Inkspell juga kan novel kedua dari trilogi Inkheart, jadi kalo ngga dibaca gimana gitu ya, penasaran juga khann. Ha3.

Di Inkspell kita melihat bagaimana para tokoh-tokohnya berkembang. Bagaimana para tokoh bisa bertahan hidup di dunia Inkheart yang sudah banyak berubah. Bagaimana sikap Fenoglio sendiri yang harus menghadapi kenyataan bahwa cerita karangannya jadi amburadul tidak seperti yang sudah dia buat.

Tapi satu hal yang saya suka dari Inkspell, di sini Dustfinger jadi lebih berani, lebih bisa diandalkan, jadi semacam pahlawan juga. Jadi, sementara yang lain awut-awutan, dia sendiri malah terlihat berjaya. Mungkin itu karena Dustfinger akhirnya bisa kembali ke dunianya sendiri, sedangkan yang lain, berada di dunia asing yang bukan dunia mereka.

Oya, novel ini juga sempat menuai kontroversi lho. Jadi, Inkspell ini kan novel yang berasal dari Jerman. Tintenblut itu kalau diterjemahkan harusnya jadi Inkblood, bukan Inkspell. Ini menuai kritikan karena di buku ketiganya justru terjemahannya menggunakan terjemahan langsung yang sebenarnya. Kalau terjemahannya sesuai maka akan sejalan dengan ceritanya dimana digunakan kata-kata heart, blood, dan death dalam ceritanya.

Jumat, 18 Mei 2018

Review Novel The Hunger Games by Suzanne Collins

Pasti teman-teman sudah banyak dong yang nonton film The Hunger Games? Yang pemeran utamanya Mystique...eh, salah...Jennifer Lawrence maksudnya. Kalau misalnya kalian suka sama film-nya, kalian pasti bakalan suka banget sama bukunya. Kalau kalian ngga suka sama film-nya...kalian harus baca bukunya karena kalian akan suka sama bukunya. Intinya...bukunya jauh...jauh...lebih bagus daripada film-nya.

Karena, itulah yang terjadi pada kami. Sebelumnya, kami ngga terlalu suka-suka banget sama film hunger games, tapi pas baca bukunya...huee...ngga bisa berhenti membaca lho.

Novel The Hunger Games ini menurut kami termasuk novel yang enak dan ringan dibaca. Ngga terlalu sadis menurut kami, tapi ya ada adegan kekerasan dan perkelahian pastinya, jadi ngga cocok-cocok amat untuk remaja. Alur ceritanya mengalir dengan lancar dan dinamis, jadi kita ngga bosan. Adegan mengharukan di sana sini, dan tentu saja ada sedikit bumbu humor yang menyegarkan.

Kalau di film-nya Katniss seolah-olah kayak gadis bingung, seperti ngga punya ekspresi lain selain muka bingung dan muka dingin. Padahal di bukunya, emosi Katniss lebih kaya dan beragam. Yang tentu saja akan menjadikan muka dia punya ekspresi yang cukup beragam.

Penggambaran Peeta kalau di film juga kok kayaknya lemah sekali, padahal Peeta bisa juga banyak akal dan bertarung. Dan sayangnya, adegan setelah hunger games berakhir sama sekali ngga ada di film, padahal bagus banget, sangat emosional.

Banyak adegan di film yang tentu saja ngga sesuai dengan bukunya. Ya wajar sih ya, karena ngga mungkin juga sama persis, nanti filmnya kepanjangan. Tapi kalau sudah baca bukunya duluan, hal ini tentu cukup mengganggu pikiran.

Buku The Hunger Games ini banyak adegan aksinya, jadi quote-nya juga ngga banyak. Kita tuliskan kembali di review ini saja ya...

Kau takkan pernah lupa pada wajah orang yang menjadi harapan terakhirmu.
Agar bisa terjadi pengkhianatan, sebelumnya harus ada kepercayaan.
Jangan pernah berjudi. Kau akan kehilangan semua hartamu.

Novel The Hunger Games ini bagus. Ceritanya jauh lebih dalam dan lebih memikat daripada film-nya. Kita sangat merekomendasikan novel ini sebagai salah satu koleksi teman-teman.

Rabu, 09 Mei 2018

Quote dari Novel The Blonde Lady by Maurice LeBlanc

Kita perlu tahu bagaimana cara menggunakan pikiran, dan hanya segelintir orang yang benar-benar tahu itu.

~~~

"Tidak ada situasi dan keberuntungan yang tak mungkin jika diusahakan oleh orang yang berkeinginan kuat dan keteguhan, Monsieur Lupin."

~~~

"Tidak ada kendala yang tak bisa diatasi, Monsieur Lupin."

~~~

Trik-trik akan tetap sama di mana pun kau membuatnya,

~~~

Sebesar apa pun pengaruh karakter seseorang terhadap lingkungannya--dan Shears termasuk orang yang keberuntungannya bisa membuat banyak orang iri--ada masa-masa ketika orang yang paling tak gentar sekalipun merasa perlu mengumpulkan kekuatan sebelum kembali menghadapi pertempuran.

~~~

Dalam hidup, ada saatnya kita lebih memilih kata-kata dibanding perbuatan.

~~~

Tidak ada seorang pun yang bisa menciptakan keajaiban. Aku tidak lebih dari orang biasa. Aku membuat beberapa pemikiran, mendeduksi, dan menyimpulkannya, tapi aku tidak membuat perkiraan-perkiraan.

~~~

Sangat mudah untuk berekspresi sedemikian rupa untuk mengelabui orang lain: teror, sukacita, kecemasan. Satu hal yang tak bisa dipalsukan adalah ketidakbahagiaan, dan tawa lebar.

~~~

Tapi, ada saatnya dalam hidup, kita berusaha melakukan sesuatu... tanpa alasan.


Baca juga:
Kata Mutiara dari Novel The Hollow Needle Karya Maurice Leblanc
Teror di Pulau Kematian oleh Maurice LeBlanc - Kisah Menegangkan, Horor yang Bertubi-Tubi
The Blonde Lady - Apakah Holmlock Shears = Sherlock Holmes?
Arsene Lupin versus Mafia Maffia oleh Maurice LeBlanc

Selasa, 08 Mei 2018

The Blonde Lady - Apakah Holmlock Shears = Sherlock Holmes?

The Blonde Lady merupakan salah satu novel karya Maurice LeBlanc yang sangat bagus dan seru. Mengisahkan petualangan sang gentleman thief, Arsene Lupin beserta seorang wanita berambut pirang. The Blonde Lady juga menceritakan bagaimana pertarungan seru antara Arsene Lupin dengan seorang detektif ternama dari Inggris, Holmlock Shears.
Selain ceritanya yang seru, kehadiran Holmlock Shears ini juga bisa membuat pembaca sedikit bertanya-tanya. Holmlock Shears ini mirip banget dengan Sherlock Holmes, detektif ciptaan Sir Arthur Conan Doyle. Jadi apakah Holmlock Shears ini sama dengan Sherlock Holmes?

Dari pencarian kami di Google ternyata... pada awalnya, Maurice LeBlanc memang ingin menggunakan Sherlock Holmes sebagai musuh Arsene Lupin. Tapi, karena diprotes oleh Sir Arthur Conan Doyle, akhirnya diciptakanlah Holmlock Shears sebagai pengganti Sherlock Holmes, lengkap dengan Wilson sebagai pengganti Watson. Holmlock Shears sendiri lebih ekstrem daripada Sherlock Holmes, lebih dingin dan tajam.

Di The Blonde Lady sendiri ada penegasan tersirat dari hal ini...

Selain itu, tentu saja, dia adalah Holmlock Shears, yang disebut-sebut sebagai keajaiban dalam intuisi, wawasan, kecerdasan, dan ketajaman otak. Seolah-olah alam sedang menghibur dirinya dengan menciptakan sendiri perpaduan dua tipe detektif paling luar biasa yang pernah ada dalam dunia fiksi, Dupin-nya Poe dan Lecoq ciptaan Gaboriau. Detektif yang diciptakan alam ini lebih luar biasa dan lebih tak nyata. Aku berani sumpah bahwa setiap orang yang pernah mendengar salah satu petualangan Holmlock Shears, yang membuat namanya terkenal di seluruh dunia, cenderung akan bertanya-tanya: apakah dia seorang legenda? Apakah dia pahlawan yang muncul langsung dari ide beberapa penulis novel besar, seperti Conan Doyle?

Hal ini juga mengingatkan kami dengan detektif Conan. Conan juga punya Kaito Kid yang merupakan Lupin di dunia Conan.

Baca juga: Arsene Lupin versus Mafia Maffia oleh Maurice LeBlanc
Baca juga: Teror di Pulau Kematian oleh Maurice LeBlanc - Kisah Menegangkan, Horor yang Bertubi-Tubi

Cerita The Blonde Lady ini sangat menarik sekali. Cerita pertarungan antara Arsene Lupin dan Holmlock Shears juga seru, menegangkan dan terkadang juga lucu karena pembawaan Arsene Lupin yang flamboyan dan seperti anak kecil.

Kalau ada kesempatan silahkan baca novel ini ya. Seru banget. ^o^

Baca juga: Quote dari Novel The Blonde Lady by Maurice LeBlanc
Baca juga: Kata Mutiara dari Novel The Hollow Needle Karya Maurice Leblanc


Rabu, 02 Mei 2018

Gone With the Wind: Novel Klasik yang Mendobrak Banyak Hal, Bagus, dan Sarat Hikmah

Adakah yang sudah membaca novel karangan Margareth Mitchell ini? Novel Gone With the Wind alias Lalu Bersama Angin ini masih merupakan novel paling tebal yang pernah kami baca. Ngga tanggung-tanggung, novel yang cukup besar ini punya 1124 halaman cerita. Hard cover pula. Karena ukurannya yang besar, lupakan keinginan untuk membaca novel ini sambil tidur telentang. Tidak baik juga sih sebenarnya buat mata, hahaha. Tapi sepanjang pantauan kami ada juga buku Gone With the Wind yang dipecah menjadi 4 seri. Jadi lumayanlah, ngga tebel-tebel banget.

Tapi, meskipun tebal begitu, Gone With the Wind sama sekali tidak membosankan. Alur ceritanya sangat dinamis dan dramatis. Gimana ngga dramatis, settingan ceritanya aja di jaman perang sipil Amerika Serikat di tahun 1861-1865. Masih kurang dramatis? Kisahnya sebagian besar bertempat di Amerika bagian selatan. Tepatnya di Georgia dan Atlanta. Wilayah yang kalah dalam perang sipil Amerika saat itu. Dengan latar belakang ini pula, Gone With the Wind digolongkan ke genre buku Historical Fiction (Fiksi Sejarah).

Tokoh utamanya juga menurut kami berbeda banget ya dengan novel-novel roman kebanyakan. Bayangkan, dua orang yang sangat-sangat menyebalkan jadi tokoh utamanya. Wakakakakak.

Bayangkan saja, Scarlett O'Hara itu genit, keras kepala, dan harus banget mendapatkan apa yang dia inginkan. Sepanjang cerita kita juga akan menemukan bahwa Scarlett itu lumayan licik dan culas. Rhett Butler? Sama juga, lumayan licin dan oportunis. Tokoh baik utama di novel ini pun kebangetan nge-gemesinnya. Melanie baiknya udah ngelebihin malaikat, sampai pelakor di depan mata aja malah di bela-belain. Ashley...hmmm...mungkin kalau orang sekarang bilangnya mencla mencle.

Tapi yaaaa, dibalik semua yang nyebelin itu, kami juga tidak bisa memungkiri kebaikan dan betapa luar biasanya tokoh-tokoh itu, khususnya Scarlett. Kami saja sampai kagum sama Scarlett. Bayangkan, di masa perang, perjuangan Scarlett tuh ngga main-main. Mati-matian (literally ya, bener-bener mati-matian), nolongin ibu hamil yang kehamilannya sangat beresiko. Yang mana si ibu hamil ini ya musuhnya sendiri, saingan cintanya Scarlett. Mati-matian supaya bisa kabur dari Atlanta yang saat itu sudah kalah perang dan kotanya mulai terbakar. Mati-matian pulang ke Tara, rumah masa kecilnya, hanya untuk menemukan Tara yang sudah habis dibakar, ibu yang tiada, ayah yang hampir gila, dan saudara-saudaranya yang sakit parah. Scarlett juga berjuang mati-matian membangkitkan lagi ekonomi keluarganya dan dirinya sendiri dari minus sampai akhirnya dia bisa jadi kaya raya kembali. Perjuangannya Scarlett itu benar-benar bukan main-main. Scarlett bisa dibilang sekokoh batu karang, mau dihempas kayak apa juga sama ombak, dia akan tetap tegak berdiri.

Rhett Butler juga tidak sepenuhnya buruk. Meskipun Rhett ini bisa dibilang oportunis berat, tapi dia sebenarnya punya cinta yang sangat mendalam dan sabar yang sangat luas, dan dia sebenarnya suka menolong dan melindungi tanpa pandang bulu. Walaupun yah, cinta yang dalam itu juga jadi kelemahan dia, karena akhirnya...spoiler banget sih ya ini kalau diterusin. Hahahahahaha.

Gone with the wind ini novel klasik, udah tua banget. Terbit pertama tahun 1936. Tapi hikmahnya, masih bisa ditarik banget sampai sekarang. Ada pelajaran menarik yang bisa dipetik dari setiap tokohnya. Bahkan tokoh yang kecil-kecil pun selalu ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil. Karena ini juga novel fiksi sejarah, kita juga jadi bisa belajar sedikit-sedikit tentang perang sipil di Amerika Serikat. Jenderal-jenderal perang yang disebutkan sama dengan aslinya. Dan beberapa perang juga jadi latar cerita di novel ini. Kita juga belajar tentang sistem perbudakan pada masa itu, di daerah Georgia khususnya.

Kalau misalnya teman-teman bisa dapetin buku ini, harus banget lah buat dibaca. Meskipun tebal, kita ngga akan kekurangan emosi ataupun rasa dramatis dalam membacanya.

Satu lagi kata-kata mutiara dari Scarlett. Kalau dia lagi mumet, biasanya dia akan bilang..."Akan aku pikirkan besok saja..." :p


Buku ini tersedia di:
1. BookDepository

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.