Di buku kedua ini, 7 kerajaan di Westeros mengalami perang sipil. Setelah Robert Baratheon mangkat, tiba-tiba banyak yang pengen jadi raja. Kakak beradik Baratheon sama-sama pengen jadi raja. Robb Stark jadi "King in the North", dan Balon Greyjoy ngga mau ketinggalan mendeklarasikan dirinya sebagai "King of the Iron Islands". Aksi kepengen jadi raja ini tentu saja kemudian akhirnya menjadi aksi perang dan saling menaklukkan. Sementara itu di utara, di balik dinding pertahanan, para Wildlings juga punya raja mereka sendiri, Mance Rayder, King-beyond-the-wall.
Di seberang lautan, Daenerys Targaryen melakukan perjalanan ke Timur bersama Jorah Mormont dan ketiga naganya yang baru menetas, mencari cara untuk pulang, dan mengklaim Iron Throne. Takhta yang seharusnya digenggam oleh keluarga Targaryen.
Buku ini memiliki 9 (sembilan) sudut pandang karakter, plus satu prolog. Jadi ada 10 sudut pandang cerita. Kita akan melihat prolog dari Maester Cressen, sudut pandang Tyrion Lannister, Lady Catelyn Stark, Ser Davos Seaworth, Sansa Stark, Arya Stark, Bran Strak, Jon Snow, Theon Greyjoy, dan Ratu Daenerys Targaryen. Jadi, pembaca siap-siap aja untuk melompat dari satu sudut pandang ke sudut pandang lainnya.
Banyak yang suka banget sama buku ini. Beberapa lebih suka buku pertamanya, tapi buku ini juga sangat bagus. Intrik-intrik dan strategi yang ada di dalamnya sangat menarik. Sampai review ini ditulis, 375.000an orang memberikan bintang 5 untuk buku ini. Perfect.
Tapi sisi negatif buku ini juga tentu saja ada. Buat teman-teman yang sudah nonton serial Game of Thrones, pasti tau kalau buku ini bakal penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Belum lagi di buku ini pembahasan utamanya adalah peperangan para raja-raja. Ya pastilah, kekerasan dimana-mana. Bahkan mungkin akan kearah sadistis. Sebuah buku yang menurut kita harus dibaca dengan hati-hati dan pikiran yang terbuka. Jangan sampai dimasukkan ke hati atau disimpan di alam bawah sadar. Dan, buat yang ngga suka dengan kekerasan, sebaiknya menghindari buku ini sama sekali. Cerita yang menjurus perkosaan juga cukup kental di buku ini.
Seri Game of Thrones menurut kami adalah salah satu seri yang mungkin akan sulit banget kita dapatkan buku terjemahannya di Indonesia. Kenapa? Tentu saja karena ceritanya yang penuh dengan kekerasan, sadisme, serta pelecehan dan perkosaan. Jangan salah, kalau hanya sadis, beberapa novel terjemahan ada kok yang sadis-sadis juga. Tapi secara keseluruhan buku ini termasuk buku yang moralnya cukup dipertanyakan. Kalau yang sudah nonton serial televisinya pasti bisa ngebayangin lah ya, bisa sesadis dan setidak moral apa buku ini. Walaupun pastinya plot dan jalan ceritanya bagus banget, strategi-strategi di dalamnya, serta intrik-intrik dan jalan cerita yang kompleks.
A Clash of Kings (Reissue)
`Nobody does fantasy quite like Martin' Sunday Times
Throughout Westeros, the cold winds are rising.
From the ancient citadel of Dragonstone to the forbidding lands of Winterfell, chaos reigns as pretenders to the Iron Throne of the Seven Kingdoms stake their claims through tempest, turmoil and war.
As a prophecy of doom cuts across the sky - a comet the colour of blood and flame - five factions struggle for control of a divided land. Brother plots against brother and the dead rise to walk in the night.
Against a backdrop of incest, fratricide, alchemy and murder, the price of glory is measured in blood.
Baca juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar