Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini

Kamis, 19 Maret 2020

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham - Misteri Sang Pemanen di Kota Salem

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham ini adalah buku kedua dari seri The Flynn Brothers Trilogy. Sebelumnya, kami juga sudah mereview buku pertamanya, Deadly Night (Malam Mematikan).

Di buku kedua ini kita akan mengikuti kisah Jeremy Flynn. Saudara kedua dari Flynn Bersaudara. Kisah dimulai setelah kejadian yang terjadi di novel Deadly Night. Oh ya, ngga masalah kok kalau belum baca yang Deadly Night, karena ceritanya ngga nyambung. Deadly Night itu kisah Aidan Flynn, saudara tertua dari Flynn Bersaudara. Oke, balik ke ceritanya...

Ceritanya...Jeremy ini mengadakan serangkaian acara penggalangan dana, nah salah satu acara yang dibuat adalah semacam acara debat di radio. Lawan debatnya adalah seorang sejarawan cantik bernama Rowenna Cavanough. Karena novel ini masuk ke genre Romantic Suspense yaa, pasti unsur romannya kuat ya di novel ini. Nah, roman antara Jeremy dan Rowenna ini khas roman banget. Awalnya saling menyangkal, bahkan kayak musuhan, lama-lama akhirnya gulat di ranjang juga. Wakakak. Ini khas roman banget.

Awalnya, setelah acara penggalangan dana selesai, Rowenna dan Jeremy akan berpisah. Rowenna akan kembali ke tempat tinggalnya di Salem. Yup, Salem, tempat yang terkenal banget dengan Salem Witch Trials-nya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Jeremy juga akan pergi ke Salem, karena dia akan membantu temannya mencari istrinya yang hilang di Salem pada malam Halloween.

Rowenna ini sebetulnya kayak punya indra keenam, dia sudah beberapa kali membantu kepolisian Salem dalam memecahkan kasus. Tapi Jeremy orangnya skeptis. Segalanya harus logis lengkap dengan bukti fisiknya. Padahal, tanpa disadari, Jeremy sendiri bisa melihat arwah. Rowenna khawatir Jeremy akan memandangnya buruk jika nanti kepolisian Salem meminta bantuannya pada kasus yang akan diusut oleh Jeremy.

Intuisi Rowenna, dan nasib buruknya, membawa Rowenna ke ladang jagung. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang menghantui mimpi-mimpinya. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang ternyata adalah mayat yang sudah membusuk dan disantap gagak. Penyelidikan pun menjadi lebih intens. Sekarang, mereka tidak hanya mencari orang yang hilang, tapi juga harus mencari pembunuh yang sedang berkeliaran. Pembunuh yang begitu kejam. Pembunuh yang begitu ahli menyamar dan menghilang. Pembunuh yang ingin membangkitkan legenda Sang Pemanen.

Seperti seri pertamanya, novel ini ada unsur supranatural, thriller, dan unsur romannya. Kalau dibandingkan buku pertama, unsur supranatural di novel kedua ini tidak sekuat novel pertama. Novel ini lebih ke thriller detektif sih menurut kami. Supranaturalnya yang hantu-hantuan gitu ada tapi tidak terlalu intens. Kalau unsur roman sih sudah pasti ada, tapi ngga terlalu berlebihan kok. Novel kedua ini titik beratnya lebih ke thrillernya sih menurut kami.

Buku kedua ini ada kesamaan sama buku pertamanya, sama-sama melibatkan pekuburan. Sayangnya, Flynn bersaudara yang lain tidak terlalu banyak terlibat. Paling cuman Zach aja di akhir-akhir cerita. Kalau Aidan ada sekilas di awal cerita.

Buku ini bagus sih. Seru ceritanya. Karena latar ceritanya di Salem, kesan misterinya jadi lebih kuat dan serem. Belum lagi cerita yang di ladang-ladang jagung dan orang-orangan sawah. Tapi thrillernya juga tidak terlalu berat karena ada unsur romannya.

Teman-teman ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di bawah yah.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami. Silahkan klik link di bawah ini yah:
https://www.tokopedia.com/olakalik/deadly-harvest-ladang-mematikan-by-heather-graham

Quote

Namun, masa depan tak bisa diketahui dan akan tetap begitu sampai dia mencapainya.
~ Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Tidak ada jaminan dalam hidup.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dunia mungkin tidak abadi, tapi dia akan selalu ada selama berjuta-juta tahun, sekalipun manusia tidak.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Namun, semua ciptaan alam kembali pada-Nya, menjadi bagian dari alam pada akhirnya.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Harapan adalah sesuatu yang kejam. Rasanya luar biasa bila terkabul. Namun, saat kau mengharapkan sesuatu dan tidak terwujud, harapan itu berubah menjadi sesuatu yang kejam.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dia membuat Dan marah. Orang marah menjadi sembrono. Mereka lalu membuat kesalahan.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Cinta lebih kuat dari kejahatan, dan ada hal yang lebih dari apa yang kauketahui di dunia ini...
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Senin, 16 Maret 2020

The Heart of Glass (Jantung Kaca) by Vivian French ; Kisah Petualangan Fantasi Yang Seru dan Kocak

The Heart of Glass (Jantung Kaca) karangan Vivian French ini adalah buku ketiga dari seri Tales From The Five Kingdoms. Tenang saja, meskipun buku ketiga, buku ini masih enak dibaca meskipun kita belum membaca buku-buku sebelumnya. Kayaknya sih setiap buku punya cerita sendiri-sendiri yah, jadi tidak terlalu masalah kalau kita bacanya lompat-lompat.

The Heart of Glass ini bercerita tentang Pangeran Marcus dan temannya Gracie Gillypot yang sedang berpetualang untuk mencari kurcaci. Ketika sampai di Rimba Muslihat, Gracie terkena jebakan kurcaci yang dibuat oleh para Troll Tua zaman dahulu. Gracie ditelan sebuah pohon! Marcus pun menjadi kebingungan dan panik.

Sementara itu, ditempat Raja Troll, seorang Kurcaci, Bestius, sedang membuat kesepakatan dengan sang Raja. Pesanan mahkota emas untuk pernikahan kerajaan terlalu banyak! Para kurcaci jadi kewalahan dan terpaksa datang meminta bantuan pada Raja Troll. Tanpa sengaja, Bestius membuat kesepakatan yang berbahaya dan mustahil. Seorang troll untuk membantu kurcaci dalam penggalian emas ditukar dengan seorang putri cantik.

Di istana keadaan tak kalah heboh. Putri Marigold menghilang. Dia mengambil gaun pengantin, meminjam kuda poni, dan kereta kuda kakaknya. Semua ini tentu saja membuat kakaknya murka, sedangkan ibunya, Ratu Kesta, menjadi panik. Saat Pangeran Vincent disuruh menjemput Marigold, keadaan bukannya tambah beres, tapi malah tambah kacau. Marcus "menjebak" Marigold untuk mau ikut dengannya, dengan harapan Marigold mau untuk sekedar minum teh dengan Raja Troll. Semuanya agar para kurcaci mau membantu Marcus membebaskan Gracie. Tapi tanpa Marcus ketahui, Gracie ternyata punya petualangannya sendiri di bawah tanah sana.

Novel fantasi ini novel fantasi yang ringan saja. Tapi cerita petualangannya seru dan kocak. Tokoh-tokohnya heboh-heboh banget. Menghibur banget deh bacanya. Cocok buat teman-teman yang sedang mencari bacaan yang menghibur.

Ada yang sudah membaca buku ini juga? Silahkan komen di kolom komentar di bawah yah.

Sabtu, 14 Maret 2020

Buku vs Film: One Shot by Lee Child vs Jack Reacher (Film) - Dua Makhluk Yang Berbeda

Oke...marilah kita bikin kesepakatan. Film Jack Reacher ini hanyalah...hanyalah...adaptasi dari salah satu novel karangan Lee Child, yang berjudul One Shot. Segala kemiripan ataupun ketidakmiripan dapat terjadi dalam bentuk apa saja, sebanyak apa pun. Agak lebay, tapi itulah kenyataannya.

Film Jack Reacher ini hadir di bioskop-bioskop tercinta pada tahun 2012, diadaptasi dari novel Lee Child yang berjudul One Shot yang terbit di tahun 2005. Lama juga kan ya adaptasinya. Kami kemarin baru bikin review si One Shot ini. Meskipun bukunya alurnya agak lambat, tapi ceritanya tetap seru, karena reacher berusaha memecahkan sebuah teka-teki kriminal. Lalu, untuk pembanding, kami menonton film adaptasinya.

Oke, sebelum masuk ke filmnya, mari kita gosipin Tom Cruise dulu, yang jadi tokoh Jack Reacher di film. Kami pernah menyinggung masalah ini sedikit di review novel Lee Child yang Die Trying. Secara fisik, Tom Cruise sebetulnya tidak pas untuk memerankan Jack Reacher. Kenapa? Karena di bukunya, Jack Reacher itu raksasa. Tinggi Jack Reacher itu seharusnya 190-an cm dengan berat sekitar 110kg. Bayangin segede apa coba yee kann orangnya. Buat gambaran, artis yang paling mendekati dengan fitur Jack Reacher, tiada lain tiada bukan adalah....Dwayne (The Rock) Johnson. Tapi kami ngebayangin Jack Reacher itu lebih lean sih, tanpa otot-otot berlebih ala The Rock. Tapi karakternya Tom Cruise memang cocok dengan tokoh Jack Reacher. Kalau The Rock, agak terlalu komedi. Ya ngga sih?

Oke, udahan dulu gosipnya. Sekarang mari kita membahas filmnya. Oh iya, Spoiler Warning! Review ini mengandung spoiler!

Dari awal film...sudah berasa bedanya. Makin ke tengah film, akhirnya kami menyerah. Buku dan film adalah dua makhluk yang berbeda. Cuman tokoh utama, dan cerita garis besarnya aja yang sama. Mari kita bahas beberapa perbedaannya.

Meteran Parkir
Ini sih trivial banget ya. Tidak penting tapi kelihatan banget. Di buku meteran parkir dibayar untuk per jam. Di film, hanya 30 menit saja.

Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Ini sih beda banget antara buku dan film. Kami sih menduganya karena mungkin produser tidak berhasil menemukan lokasi yang mirip. Di buku, lokasi penembakan adalah di sebuah gedung parkir baru yang masih dalam masa konstruksi tapi terbengkalai. Jarak dari gedung parkir lama tempat penembak parkir ke gedung parkir baru lokasi penembakan sekitar 35 langkah Jack Reacher. Di film? Lokasi Penembakan cuman paling 5 langkah dari lokasi parkir. Orang cuman di sebelah doang.

Jam penembakan juga beda. Di buku penembakan terjadi di sore hari saat jam rush hour, saat orang-orang pulang kantor dengan berbondong-bondong. Di film, hari masih terang. Suasana sepi.  Lokasi korban juga beda jauh. Di buku, korban terjebak di jalan sempit antara dinding kolam dengan alun-alun, menjadikan mereka seperti bebek target. Di film, korban-korban ada di taman luas, terpencar-pencar. Perbedaan lokasi korban ini menjadikan peristiwa penembakan juga berbeda antara buku dengan film. Di buku, penembakan terjadi dengan cepat, sedangkan di film, bahkan jedanya saja lama.

James Barr & Linsky
Ini paling ngeselin sih, beneran. Plot di awal film ini merusak segalanya. Merusak segala unsur teka-teki kriminal yang harusnya menjadikan film ini seru dan menegangkan. Masa iya, dari awal udah ketahuan kalau pelakunya bukan Barr? Di buku, kita benar-benar ngga tahu lho Barr itu bersalah atau tidak. Bukti-bukti menunjukkan Barr bersalah, bahkan Reacher sendiri yakin kalau Barr bersalah.

Satu lagi karakter yang bikin geleng-geleng kepala, Linsky. Linsky ini harusnya sudah tua, dan cacat tulang punggung. Tapi di film Linsky kemudaan.

Bosan
One shot itu cerita thriller detektif yang temponya slow banget, dibikin film kalau ngga hati-hati bisa bikin bosen. Sayangnya, inilah yang kami rasakan. Filmnya bikin bosen, hiks. Buat penggemar bukunya, segala perbedaan ini akan bikin capek bin gemes. Kurang oke. Banyak plot-plot yang sebetulnya tidak perlu. Plot yang seru di bukunya, di film malah tidak ada. Kemungkinan besar karena beberapa tokoh kunci dihilangkan. Satu-satunya adegan yang bisa dibilang menghibur adalah adegan kejar-kejaran mobil. Yah, lumayan lah buat menghilangkan kebosanan. Ada hiburannya tersendiri.

Rosemary Barr vs Helen Rodin
Di buku, Rosemary Barr ini adik James Barr, dan dia salah satu tokoh kunci di kisah ini. Tapi karena tokoh Rosemary ini dihilangkan, Helen Rodin lah yang menjadi korban penculikan.

Pertarungan Reacher vs Charlie
Wah, ini lumayan bikin kesel juga sih. Adegan pertarungan Reacher di film ini sangat tidak Reacher sekali. Tidak sesuai dengan karakter Reacher. Di novel, Reacher adalah orang yang sangat efisien dan berkepala dingin dalam menyingkirkan musuh. Dia selalu memastikan bahwa semuanya beres total. Jadi, adegan di film itu tidak masuk akal. Buat apa Reacher menantang Charlie dalam adu jotos sementara dia bisa menembak Charlie dengan diam-diam dan langsung beres?

Ending
Kita angkat tangan banget deh. Endingnya juga beda banget. Cukuplah kami bilang kalau kami lebih suka ending di bukunya.

Kesimpulannya. Jelas. Kami lebih memilih bukunya dibandingkan filmnya. Jauuh. Tapi rating IMDB film Jack Reacher ini lumayan bagus sih, 7. Kalau belum membaca bukunya, film ini mungkin lumayan oke sih. Walaupun buat kami pun film ini terlalu lambat temponya sebagai film action. Tapi kalau sudah baca bukunya...saran kami hanya satu. Film dan bukunya adalah dua makhluk yang berbeda...bedanya banyak.

Apa teman-teman ada yang sudah menonton film dan membaca bukunya juga? Gimana tanggapannya? Silahkan komen di bawah yah.

Pic film: By Source, Fair use, https://en.wikipedia.org/w/index.php?curid=37219725

Jumat, 13 Maret 2020

Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child - Memecahkan Teka-Teki Mematikan

Buku ini adalah buku kesembilan dari seri Jack Reacher. Kami sebelumnya sudah mereview buku kedua seri ini yang berjudul Die Trying. Buku ini berbeda banget sama Die Trying, makannya agak kaget juga awalnya. Di Die Trying, ceritanya berat di action-action fisik, pertarungan, dan tembak menembak. Di buku One Shot ini, pertarungan bisa dibilang cuman ada di awal dan akhir buku. Selebihnya, kita akan melihat bagaimana Reacher memecahkan teka-teki kriminalitas yang mematikan. Ini bukan berarti buku ini ngga seru lho, buku ini cukup menegangkan, ada adegan kucing-kucingan yang bisa bikin pembaca deg-deg-an. Buku ini juga sudah di filmkan, jadi nanti akan ada postingan Buku vs Film juga.

Kami tidak tahu kenapa buku ini diberi judul One Shot, karena di ceritanya justru ada enam tembakan yang menjadi sumber masalah. Tapi kalau di wikipedia sih katanya judul buku ini berdasarkan kepercayaan para penembak jitu di militer, "One Shot, One Kill".

Enam tembakan, lima orang tewas. Sang pembunuh yang seorang penembak jitu ternyata meninggalkan bukti dimana-mana. Bukti-bukti yang sempurna dan tak terbantahkan. Tetapi, ternyata sang tersangka berkata "Kau menangkap orang yang salah. Cari dan bawa Reacher padaku.".

Jack Reacher bukan orang yang mudah ditemukan. Dia hanya akan ditemukan kalau memang mau ditemukan. Jack Reacher datang dengan sendirinya, bukan karena dicari, tapi karena dia memang ada masalah lama dengan sang tersangka. Dan dia ingin menyelesaikannya. Tapi Reacher orang yang berkepala dingin, dan dia bisa melihat jika ada sesuatu yang tidak beres. Maka dimulailah pemecahan teka-teki penembakan berdarah dingin itu.

Masalah menjadi rumit karena tersangka koma, dan amnesia, tak bisa mengingat apapun yang terjadi seminggu belakangan, saat dia dituduh melakukan penembakan. Masalah menjadi lebih rumit ketika ada orang-orang yang berusaha menyingkirkan Reacher, dengan berbagai cara. Ketika seorang gadis yang tidak bersalah terbunuh, Reacher pun memutuskan untuk tinggal dan mencari siapa dalang di balik semua kejahatan keji ini.

Di novel One Shot ini Reacher karakternya tenang banget, waspada, penuh perhitungan, cerdik, dan mengendap-endap. Kami agak lupa sih karakternya Reacher di Die Trying, tapi kayaknya sih tidak setenang di buku ini. Mungkin karena ceritanya juga beda jauh sih. Kalau Die Trying memang banyak adegan fisiknya, kalau di One Shot ini lebih ke permainan otak. Karakter Reacher di buku ini mengingatkan kami pada karakter Charlie Parker di buku The Killing Kind karya John Connolly.

Menurut kami buku ini seru, serasa melihat permainan kecerdasan. Memang pertarungan fisiknya tidak banyak, tapi tetap seru dan menegangkan. Di Goodreads buku ini juga ratingnya bagus banget, 4.21 bintang dari 5 bintang.

Ada yang sudah baca buku ini juga? Silahkan komen di bawah yah.



Quote

Detail dan konteks akan memudar dan tidak bisa dikembalikan dengan utuh, namun perasaan dan pengalaman akan terus terjalin sepanjang waktu menjadi sebuah permadani yang penuh dengan masa-masa indah sekaligus buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Karena ketika seseorang mengambil pilihan B yang jelek dan bukannya pilihan A yang bagus, maka pasti ada alasan di baliknya. Dan semua alasan mengandung arti.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Seseorang yang menyesal akan menunggu kesempatan untuk bisa mengaku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Motivasi manusia itu sangat rumit. Kebanyakan orang tidak tahu kenapa mereka melakukan hal-hal yang mereka lakukan.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Sesuatu memiliki arti, bergantung siapa yang melihatnya
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Lebih sering aku waspada, lebih beruntung diriku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Kau tidak pernah punya alibi ketika kau membutuhkannya. Itu hukum alam.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Semua orang selalu bicara.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Pada akhirnya, semuanya adalah tentang menunggu. Menunggulah, dan hal-hal yang baik akan datang padamu. Dan juga hal-hal yang buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Selasa, 10 Maret 2020

Friends - Ghost Hunter by Pyo Young-pil, Jeong Bo-ram - Kisah Hantu yang Bukan Hantu

Akhirnya...setelah sekian lama, kami ngereview komik lagi. Kali ini komik Friends - Ghost Hunter by Pyo Young-pil, Jeong Bo-ram. Ini Manhwa ya (komik Korea).

Secara fisik bukunya, buku ini cakep banget. Berwarna, dan kertas bukunya juga tebal dan bagus banget. Karena kertasnya tebal, bukunya menurut kami lumayan berat meskipun bukan komik yang tebal-tebal banget. Kalau dari model gambar komiknya, ini model yang gambarnya imut-imut gitu.

Kalau dari segi ceritanya...hmm... Ini kan judulnya, Ghost Hunter, tapi kalau misalnya teman-teman mencari komik horor, bukan ini bukunya. Komik ini menceritakan seorang Paman Dungu Penangkap Hantu yang memiliki kantor detektif pemburu hantu. Tujuannya mendirikan kantor pemburu hantu lebih untuk membuktikan bahwa hantu itu tidak ada dan bisa dibuktikan dengan sains. Karena jalan ceritanya seperti ini, jujur ini komik ngga ada serem-seremnya. Tapi, ya cukup menghibur kok.

Cerita-ceritanya sederhana banget. Komik ini biarpun kelihatannya berat tapi sebetulnya ringan banget. Menurut kami ini cocok untuk pembaca komik pemula. Mungkin cocok juga untuk anak-anak karena full color juga kan ya, jadi makin menarik.

Ada yang sudah baca komik ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di kolom komentar yah.

Senin, 09 Maret 2020

Buku vs Film: The Lord of The Rings - Return of The King. Banyak Yang Berbeda.

Di postingan sebelum ini kami sudah mereview novel terakhir dari trilogi The Lord of The Rings ini. Sekarang, mari kita bandingkan dengan filmnya. Secara umum sih ya, menurut kami, bedanya banyak banget ya. Jangan salah, film-nya tetep epic, bagus banget, keren. Tapi memang sama bukunya lumayan banyak yang berbeda, banyak tokoh yang hilang, bahkan ada pertempuran yang hilang, yaa...memang sih, kalau mau nurut sama bukunya biaya produksinya mungkin bisa bengkak banget. Dengan adanya perubahan-perubahan, maka bakal ada adegan tambahan di filmnya. Perubahan-perubahan ini ada yang menurut kita oke-oke aja, ada juga yang menurut kami kurang oke. Tapi ini pendapat pribadi kami aja yaa. 
Okay, marilah yuk kita bahas beberapa.

Awal Cerita
Di film, cerita diawali dengan adegan yang menceritakan siapa sebenarnya Smeagol, alias Gollum. Diteruskan dengan adegan Pippin dan Merry setelah penghancuran Isengard. Tapi seperti kita ketahui, kisah di Isengard ini sebenarnya ada di buku kedua, The Two Towers.

Kematian Saruman
Kematian Saruman antara buku dan film bedanya jauh banget. Tapi ini ada hubungannya dengan dihilangkannya kisah pembersihan begundal di Shire. Sama-sama dibunuh sama Grima Wormtongue, tapi adegannya beda. Kalau di film, Saruman dibunuh di Isengard. Kalau di buku, Saruman masih hidup, bahkan jauh setelah Perang Cincin selesai. Saruman sempat mengacau di Shire. Baru setelah para Hobbit kembali ke Shire dan setelah pertempuran di Bywater, akan terjadi peristiwa pembunuhan Saruman di Shire.

Palantir Isengard
Kisah Palantir ini juga berbeda antara film dan buku. Kalau di film, Palantir ikut jatuh bersama tubuh Saruman yang jatuh dari menara. Kalau di buku, Palantir jatuh karena dilempar Grima yang mengiranya sebagai batu yang tidak berharga.

Adu Domba Gollum
Ini adalah murni plot tambahan di film...yang menurut kami...benar-benar tidak perlu. Di buku Gollum tidak mengadu domba Sam dan Frodo, sehingga Sam dan Frodo masuk ke sarang Shelob bersama-sama. Kami tidak terlalu suka dengan plot tambahan ini, menurut kami plot aslinya lebih seru. Kami memang tidak terlalu suka cerita adu domba begini sih.

Denethor (ayah Boromir dan Faramir)
Jujur, kami lebih suka karakter tokoh Denethor yang ada di buku. Karena kalau di buku, Denethor masih ada wibawanya. Dia baru menggila ketika Faramir pulang dengan sekarat. Kalau di filmnya, kayaknya dari awal ya dia memang sudah sinting. Di film Denethor jadi tokoh yang menyebalkan. Bukan berarti di buku menyenangkan yaa. Tapi kalau di buku karakternya masih bisa diterima dan cukup ada wibawanya, sebelum dia menggila tentunya. Kisah kematian Denethor juga berbeda antara buku dengan film. 

Kenapa Denethor bisa sesinting itu? Kalau mau analisis sedikit, mengambil gambaran dari buku dan filmnya, sebenarnya Denethor cukup haus akan kekuasaan. Dia hanyalah Pejabat Gondor, pengganti sementara karena ketiadaan seorang raja. Tapi ketika terlihat datangnya seorang pewaris raja, dia justru berusaha menyangkalnya. Kalau di buku, kegilaan Denethor juga terjadi akibat seringnya dia melihat ke dalam Palantir dan beradu kekuatan dengan Sauron. Lama kelamaan dia pun disetir oleh Sauron.

Jalan Orang-Orang Mati
Dengan dihilangkannya peran kaum Dunedain yang membantu Aragorn, maka Aragorn masuk ke Jalan Orang-Orang Mati ini hanya bertiga dengan Gimli dan Legolas. Perjalanannya lebih seru yang di buku sih. Tapi adegan yang di film juga punya pesonanya sendiri. Gimli kocak banget di sini. Tiup aja terus hantunya, wakakakakak.

Ending
Ini paling berasa sih ya. Tapi ya ngga salah juga sih, karena ending paling lengkap itu ada di apendiks, bukan di cerita utamanya. Kami juga sangat menyesalkan adegan di Shire yang dihapus sama sekali. Padahal kisah pembersihan di Shire ini seru lho. Merry dan Pippin disini punya peran besar.

Secara keseluruhan, sejujurnya, kami lebih memilih cerita di bukunya. Tapi filmnya juga bagus dan keren. Kalau teman-teman bagaimana? Lebih suka buku atau filmnya? Silahkan komen di kolom komentar di bawah yah.

Pic: Wikipedia

Jumat, 06 Maret 2020

The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien - Perang Cincin, Perjalanan Berat, dan Ending yang Mengharu Biru

Akhirnya...sampai juga ke buku ketiga dari seri The Lord of the Rings. Di buku ini tentu saja kita akan tahu peristiwa apa saja yang terjadi selama Perang Cincin berlangsung, bagaimana nasib para pembawa cincin, dan bagaimana ending mereka masing-masing. Ssst...kita bakal ngespoiler ending masing-masing tokoh Pembawa Cincin, jadi buat yang ga mau baca spoiler, boleh di skip aja nanti spoilernya. Bakal kita kasih tau kok. Kita akan ngasih review awal dulu soal buku The Lord of the Rings - The Return  of the King ini.

Oh iya jangan lupa baca review kita tentang novel The Lord of the Rings - The Fellowship of the Ring dan The Lord of the Rings: The Two Towers yah.

Novel ini terdiri atas beberapa bagian, cerita perjalanan Pippin dan Gandalf; cerita rombongan Aragorn, Gimli, Legolas, dan tidak lupa Merry; kisah rombongan Theoden; peperangan-peperangan; serta yang terpenting (walaupun sebenarnya semuanya sama pentingnya), cerita perjuangan Frodo dan Sam untuk membuang Cincin Utama di Gunung Maut. Di novel ini juga ada apendiks. Di Apendiks ini ada penjelasan yang lebih detail lagi. Tentang sejarah dan raja-raja di masa lampau, bahasa-bahasa yang digunakan dalam kisah ini, penanggalan-penanggalan, silsilah, kisah-kisah penting, tulisan-tulisan yang digunakan di sana, serta peta-peta.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di novel ini sebenarnya terjadi pada waktu yang bersamaan. Tapi kisahnya diceritakan per bagian tokoh-tokohnya. Misalnya nih, pada awalnya kita akan membaca kisah Pippin dan Gandalf dahulu yang terpaksa pergi lebih dulu dan berpisah dari rombongan yang lain. Nanti di bab berikutnya kita baru akan membaca kisah rombongan Aragorn. Jadi timeline-nya akan maju mundur.

Novel ini full action. Ada perjalanan-perjalanan yang terburu-buru, banyak peperangan pastinya, perjalanan menyeramkan melintasi jalan orang-orang mati, dan perjuangan keras Sam dan Frodo untuk memusnahkan sang cincin utama yang semakin mengganas. Bahkan setelah Perang Cincin berakhir, masih ada satu perang lagi yang harus dihadapi oleh para Hobbit di kampung halaman mereka di Shire.

Menurut kami, buku ini banyak hikmah yang bisa diambil. Terutama soal kerja keras dan sifat pantang menyerah. Apalagi kalau sudah membaca bagian kisah Frodo dan Sam. Gila sih, mereka meskipun sudah kepayahan banget, dan tahu bahwa mereka hanya akan berjalan satu arah dan mungkin tak akan kembali, tapi tekad mereka tak pernah padam. Meskipun harus merangkak, tugas harus diselesaikan. Dari Pippin dan Merry kita bisa belajar untuk memelihara kesetiaan sampai akhir, mereka juga meskipun terlihat seperti anak yang main-main, tapi jiwa kesatrianya sangat tinggi. Mereka juga sangat pemberani. Kita juga sedikit banyak akan diajarkan mengenai intuisi. Karena di buku ini tokoh-tokohnya terutama Gandalf, banyak banget menggunakan intuisi. Tapi penggunaan intuisi paling ketara ketika Sam tidak jadi membunuh Gollum di Gunung Maut. Siapa sangka, inilah kunci keberhasilan tugas mereka dalam menghancurkan Cincin Utama.

Ending di buku ini sebetulnya belum betul-betul ending. Kita harus membaca apendiksnya untuk mendapatkan ending yang selengkap-lengkapnya. Apendiks ini berisi informasi yang detail banget. Saking detailnya kadang serasa kayak lagi belajar sejarah. Pas bagian bahasa-bahasa, dan penanggalan, ya ampun bisa puyeng banget karena ribet, wakakakak. Tapi yah, kami sebetulnya agak penasaran. Versi bahasa Inggrisnya apakah akan lebih sulit dibaca, atau justru lebih mudah dipahami? Kalau ada kesempatan, kami akan mereview juga versi bahasa Inggrisnya yah.

Buku ini seru dan bagus banget. Film-nya juga seru banget kan yaa. Kita akan bahas film vs buku ini di postingan selanjutnya.

Nah, sekarang masuk ke spoiler ending nih. Buat yang ngga mau baca spoiler skip aja, langsung scroll ke bagian Quote. Kita menulis ending para tokoh-tokoh ini sebenarnya untuk bahan perbandingan juga nantinya sama film-nya. Sekaligus karena ending di film itu sebenarnya jauh dari kata lengkap. Jadi ini buat catatan aja biar kami ingat ending di buku ini.

Para Pembawa Cincin

Frodo Baggins
Setelah perang cincin usai, Frodo akhirnya pulang ke Shire dan ikut berperan dalam pertempuran di Bywater. Frodo tinggal di Shire dan sempat menjadi wakil walikota selama beberapa waktu.

Sayangnya luka yang didapatkan Frodo dalam perjalanan membaca cincin tidak benar-benar sembuh. Frodo beberapa kali sakit. Setelah menyelesaikan penulisan Buku Merah, Frodo menyerahkan Buku Merah kepada Sam. Akhirnya Sam dan Frodo pergi dari Hobitton. Frodo ingin bertemu Bilbo lagi. Di tengah jalan mereka bertemu dengan rombongan peri, Elrond, Galadriel, dan Bilbo. Mereka akan berangkat ke Havens dan naik kapal ke barat, tidak akan kembali lagi ke Dunia Tengah. Frodo pun ikut rombongan Bilbo dan Pergi ke Havens. Sam menemani sampai ke Havens.

Di Havens, Gandalf sudah menunggu. Di saat-saat terakhir, Marry dan Pippin tiba-tiba datang. Mereka bertiga mengantarkan kepergian Frodo ke Barat.

Samwise Gamgee (Sam)
Setelah para Hobbit pulang kembali ke Shire dan membersihkan Shire dari para begundal yang mengacau, Sam berkeliling Shire untuk menanam kembali pohon-pohon yang ditebang dengan bantuan hadiah yang diberikan Galadriel. Sam pun pada akhirnya menikah dan punya anak.

Setelah kepergian Frodo, Sam meneruskan kehidupannya di Shire bersama keluarganya. Saat Will Whitfoot pensiun dari jabatannya sebagai Wali Kota, Sam dipilih untuk menggantikannya. Sam menjadi walikota selama tujuh periode. Ia pensiun saat ia sudah berusia 96 tahun.

Saat istrinya meninggal, tak lama Sam keluar dari Bag End. Ia pergi ke Bukit-Bukut Menara dan menyerahkan Buku Merah kepada anaknya Elanor. Dikabarkan bahwa Sam pada akhirnya pergi ke Grey Havens, lalu pergi mengarungi samudra. Mungkin untuk menyusul Frodo.

Meriadoc Brandybuck (Merry)
Merry, bersama dengan Pippin, punya peran besar dalam pembersihan Shire dari para begundal. Setelah Frodo pergi dan Sam menjadi Wali Kota, Merry menjadi Master Buckland.

Saat Marry sudah menua (102 tahun), Merry berembuk dengan Pippin. Mereka akhirnya memutuskan untuk melepaskan segala jabatan mereka dan menyerahkannya kepada anak-anak mereka. Mereka pergi melewati Sarn Ford dan tak pernah terlihat lagi di Shire.

Merry dan Pippin tiba di Edoras dan mendampingi Raja Eomer di saat-saat terakhirnya. Lalu mereka pergi ke Gondor untuk menghabiskan sisa waktu mereka di sana. Saat mereka meninggal mereka dibaringkan di Rath Dinen di antara petinggi Gondor. Kabarnya, pembaringan mereka ditempatkan di samping Raja Elessar (Aragorn)

Peregrin Took (Pippin)
Setelah kepergian Frodo, pada tahun yang sama ketika Samwise dipilih menjadi Wali Kota, Pippin akhirnya menikah. Enam tahun kemudian, Pippin menjadi sang Took sekaligus menjadi Thain. Raja Elessar menjadikan Thain, Penguasa Buckland. Salah satu putra Pippin, Faramir Took, menikah dengan Goldilocks, putri Samwise.

Saat mereka sudah tua, Marry dan Pippin sepakat untuk melepaskan jabatan mereka dan menyerahkannya kepada putra-putra mereka. Mereka pun pergi bersama ke Edoras, untuk mendampingi Eomer. Selanjutnya mereka pun pergi ke Gondor dan menghabiskan waktu yang tersisa di sana. Saat mereka meninggal mereka dibaringkan di Rath Dinen di antara petinggi Gondor. Kabarnya, pembaringan mereka ditempatkan di samping Raja Elessar (Aragorn)

Gandalf
Setelah Perang Cincin selesai, dan acara-acara lain juga selesai, Gandalf pergi bersama para Hobbit ke Shire. Tetapi di dekat Shire Gandalf berpisah dengan para Hobbit. Gandalf berbelok ke Barrow-downs untuk bertemu dengan Bombadil. Gandalf tidak diceritakan lagi. Kali berikutnya, para Hobbit bertemu kembali dengan Gandalf di Havens, sebelum ia ikut pergi mengarungi samudra ke barat.

Aragorn
Setelah Perang Cincin usai, Aragorn pun dinobatkan menjadi raja, untuk selanjutnya disebut dengan nama Raja Elessar. Elessar pun menikah dengan Arwen, putri Elrond. Elessar memerintah dengan penuh kebijakan dan kegemilangan.

Tapi saat Aragorn merasa waktunya telah tiba, Ia pun menceritakannya pada Arwen. Maka Aragorn pergi ke Rumah Para Raja di Jalan Sunyi, membaringkan diri di pembaringan panjang yang sudah disiapkan untuknya. Di sana, Aragorn berpamitan kepada Eldarion, putranya. Ia menyerahkan mahkota bersayap dari Gondor dan tongkat kekuasaan dari Arnor kepadanya. Mereka semua pun meninggalkannya kecuali Arwen. Arwen tetap mendampinginya hingga Aragorn akhirnya tertidur untuk selamanya.

Ini beneran deh, kisah akhir Aragorn dan Arwen ini pilu banget perpisahannya. Hiks... Harus baca, beneran deh. Kisah akhir mereka ada di bagian apendiks dari buku ini.

Legolas putra Thranduil
Legolas adalah putra dari Raja Peri Mirkwood, Thranduil. Setelah perjalanan dan Perang Cincin usai, Legolas dan Gimli sang kurcaci meneruskan persahabatan mereka. Mereka memenuhi janji-janji yang sudah dibuat selama perjalanan membawa cincin. Legolas pergi bersama Gimli ke Gua-Gua Kemilau. Setelahnya, Legolas membawa Gimli ke hutan Fangorn.

Legolas kemudian membawa  Peri-Peri dari Greenwood ke selatan. Kemudian mereka berdiam di Ithilien. Pada masa inilah, daerah ini sekali lagi menjadi negeri paling indah di wilayah barat.

Saat Aragorn akhirnya berpulang, Legolas akhirnya mengikuti panggilan hatinya untuk berlayar menyeberangi samudra. Ia membangun kapal kelabu di Ithilien. Kapal itu kemudian berlayar mengarungi Anduin, lalu ke Samudra. Gimli pun ikut bersamanya.

Gimli putra Gloin
Gimli adalah putra dari Gloin dan keponakan Oin. Gloin dan Oin sebelumnya pergi bersama-sama dengan Bilbo dalam petualangannya. Gimli menjadi perwakilan dari kaum kurcaci dalam tugas mendampingi pembawa cincin.

Saat Perang Cincin akhirnya berakhir Gimli sudah bersahabat dekat dengan Legolas, sang peri. Mereka pun melakukan perjalanan-perjalanan bersama ke Gua-Gua Kemilau dan ke Fangorn.

Gimli membawa sebagian bangsa Kurcaci dari Erebor ke selatan, dan ia pun menjadi Penguasa Gua-Gua Cemerlang. Karya-karya besar dihasilkan di Gondor dan Rohan. Mereka pun mengganti gerbang Minas Tirith yang rusak dengan gerbang baru dari mithril dan baja.

Saat akhirnya Aragorn mangkat, Gimli pun pergi bersama Legolas mengarungi samudra. Ini menjadi sesuatu yang luar biasa di kalangan para Kurcaci. Karena ternyata ada Kurcaci yang bersedia meninggalkan Dunia Tengah demi rasa sayangnya kepada sahabatnya, sang Peri. Atau karena bangsa peri mengizinkannya. Tapi mungkin memang ada pengecualian untuk Gimli.

Boromir
Boromir adalah putra dan ahli waris dari Pejabat Gondor, Denethor II. Perjalanan Boromir bersama para persekutuan cincin bisa dibilang singkat, karena dia yang paling dulu tewas. Dia merupakan Kapten yang cakap, bisa dibilang juga cukup berdarah panas dengan kekuatan dan stamina yang tinggi.

Sayangnya, sebagai manusia, Boromir tergoda dengan kekuatan cincin, dan menginginkan cincin utama demi kejayaan Gondor. Hal ini mendorongnya untuk berkhianat dan berusaha merebut cincin dari Frodo. Tapi Boromir segera menyadari kesalahannya. Ketika Frodo menghilang karena ketakutan akan Boromir, seluruh rombongan mencari Frodo. Aragorn memerintahkan Boromir untuk melindungi Merry dan Pippin. Tanpa diduga rombongan diserang oleh segerombolan Orc. Boromir sempat membunyikan terompetnya. Sayangnya, Aragorn datang terlambat. Merry dan Pippin sudah diculik, Boromir pun sekarat.

Boromir mengakui kesalahan dan kelemahannya kepada Aragorn, dan memintanya menyelamatkan Minas Tirith. Aragorn menenangkan Boromir, dan menyatakan bahwa dia tidak gagal dan sudah melakukan perbuatan terhormat dengan berusaha melindungi Merry dan Pippin. Ketika Boromir akhirnya tewas, Aragorn, Legolas, dan Gimli melakukan penghormatan terakhir dengan mengarungkan jenazah Boromir di atas perahu buatan para peri. Boromir, beserta seluruh perlengkapan dan senjata musuh-musuh yang ditaklukkannya dihanyutkan menuju air terjun Rauros. Tiga hari kemudian, Faramir, adik Boromir menemukan perahu yang membawa Boromir.


Tokoh lainnya

Arwen Undomiel
Arwen adalah putri dari Elrond, Lord of Rivendell. Saat Arwen memutuskan untuk menikah dengan Aragorn, dia melepaskan keistimewaan kehidupan peri yang dimilikinya dan menjadi manusia fana.

Arwen mendampingi Aragorn sebagai Ratu Peri dan Manusia dan mereka hidup penuh kegemilangan dan kebahagiaan. Ketika waktu Aragorn akhirnya tiba, Arwen mendampinginya hingga saat terakhirnya.

Perpisahan mereka sangat sedih. Setelah Aragorn wafat, Arwen pun berpamitan kepada Eldarion putranya dan kepada putri-putrinya. Arwen juga berpamitan kepada semua yang dicintainya. Arwen pergi dari Minas Tirith dan pergi ke Lorien, tinggal sendirian di sana. Para peri lain sudah pergi mengarungi samudra dan negeri itu sudah sunyi senyap. Pada akhirnya, saat waktunya tiba, Arwen membaringkan dirinya di Cerin Amroth.

Hiks...ini sedih banget sih...kenapa juga Arwen memilih pergi dan wafat dalam kesendirian. Kenapa tidak berbaring di samping Aragorn kan ya. Kan pilu banget jadinya. T_T

Saruman
Ketika Saruman dikalahkan dan dikurung di Isengard dia sudah lemah dan kehilangan kekuatannya, serta kekayaannya. Tapi Saruman belumlah tewas. Meskipun kekuatan sihirnya sudah hilang, Saruman masih mempunyai satu kekuatan yang tersisa, suaranya, kemampuannya untuk membujuk dan melakukan perbuatan jahat. Dengan modal kekuatan inilah Saruman meloloskan diri dari Orthanc yang dijaga oleh para Ent.

Ketika rombongan Gandalf dan para Hobbit bertemu lagi dengan Saruman dan pengikut setianya, Wormtongue, kondisi Saruman sangat mengenaskan bagai pengemis. Tanpa mereka sadari Saruman sesungguhnya mengincar Shire. Maka Saruman dan Wormtongue pergi ke Shire dan menancapkan kuku-kuku jahatnya di Shire. Menebarkan teror pada seluruh penduduk Shire.

Ketika Frodo dan rombongan Hobbit akhirnya kembali ke Shire, kondisinya sudah menyedihkan dan mencekam. Tapi tidak ada yang bisa menghalangi jiwa kesatria Merry dan Pippin yang sudah ditempa di medan pertempuran. Mereka memimpin pemberontakan rakyat Shire dan terjadilah Pertempuran Bywater. Rakyat Shire melawan para begundal anak buah Saruman.

Saruman sebetulnya saat itu hanya diusir pergi dari Shire. Tapi perbuatan jahat memang pada akhirnya harus dibayar mahal. Perlakuannya yang selalu kasar pada Wormtongue, pada akhirnya mendorong Wormtongue untuk membunuh Saruman dengan kejam. Wormtongue sendiri tewas di tangan rakyat Shire atas tindakan tiba-tibanya yang kejam.

-----

Tentu saja masih banyak kisah latar belakang ataupun akhir dari tokoh-tokoh yang lain. Yang kalau kami tulis disini kayaknya bakal panjang banget.

Buku ini pertama kali terbit tahun 1954, 1966 (Buku ini sebenarnya gabungan dari 2 buku. Buku Lima dan Buku Enam.), sudah lebih dari 50 tahun yang lalu. Kami saja belum lahir. Tapi seri Lord of The Rings ini luar biasa banget. Selain ceritanya yang memukau, segala aspek di dalam kisah ini sangat detail sekali. Bayangin, segitu detailnya sampai ada penjelasan detail tentang bahasa, lengkap dengan penulisan dan panduan pengucapannya. Bukan hanya satu bahasa, tapi juga pembahasan bahasa-bahasa dari berbagai bangsa di Dunia Tengah. Ada juga penjelasan detail tentang sistem penanggalan yang dipakai masing-masing bangsa. Belum lagi urutan sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sangat detail. Juga peta-peta.

Seri The Lord Of The Rings ini memang seri yang benar-benar layak banget untuk dikoleksi.

Teman-teman ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana kesan-kesannya? Silahkan komen di kolom komentar yah.

Buku ini masih tersedia di:
1. BookDepository

Quote

Bodoh kiranya kalau keangkuhan membuat orang meremehkan bantuan dan nasihat yang dibutuhkannya
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Aku tidak menghalanginya, sebab perbuatan baik tak boleh dihambat oleh nasihat dari hati yang dingin.
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Pukulan yang tergesa-gesa sering meleset
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Ingat saja bahwa seorang pengkhianat bisa mengkhianati dirinya sendiri dan berbuat suatu kebaikan tanpa sengaja.
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Sebaiknya memang mencintai apa yang pantas kita cintai
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Sering harapan lahir ketika semua sudah hilang
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Sering kali begitulah yang terjadi, Sam, bila sesuatu berada dalam bahaya: harus ada yang rela melepaskannya, agar orang lain bisa memeliharanya.
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Tidak akan kukatakan: jangan menangis, sebab tidak semua air mata itu jelek.
The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.