Akhirnya...sampai juga ke buku ketiga dari seri The Lord of the Rings. Di buku ini tentu saja kita akan tahu peristiwa apa saja yang terjadi selama Perang Cincin berlangsung, bagaimana nasib para pembawa cincin, dan bagaimana ending mereka masing-masing. Ssst...kita bakal ngespoiler ending masing-masing tokoh Pembawa Cincin, jadi buat yang ga mau baca spoiler, boleh di skip aja nanti spoilernya. Bakal kita kasih tau kok. Kita akan ngasih review awal dulu soal buku The Lord of the Rings - The Return of the King ini.
Oh iya jangan lupa baca review kita tentang novel The Lord of the Rings - The Fellowship of the Ring dan The Lord of the Rings: The Two Towers yah.
Novel ini terdiri atas beberapa bagian, cerita perjalanan Pippin dan Gandalf; cerita rombongan Aragorn, Gimli, Legolas, dan tidak lupa Merry; kisah rombongan Theoden; peperangan-peperangan; serta yang terpenting (walaupun sebenarnya semuanya sama pentingnya), cerita perjuangan Frodo dan Sam untuk membuang Cincin Utama di Gunung Maut. Di novel ini juga ada apendiks. Di Apendiks ini ada penjelasan yang lebih detail lagi. Tentang sejarah dan raja-raja di masa lampau, bahasa-bahasa yang digunakan dalam kisah ini, penanggalan-penanggalan, silsilah, kisah-kisah penting, tulisan-tulisan yang digunakan di sana, serta peta-peta.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di novel ini sebenarnya terjadi pada waktu yang bersamaan. Tapi kisahnya diceritakan per bagian tokoh-tokohnya. Misalnya nih, pada awalnya kita akan membaca kisah Pippin dan Gandalf dahulu yang terpaksa pergi lebih dulu dan berpisah dari rombongan yang lain. Nanti di bab berikutnya kita baru akan membaca kisah rombongan Aragorn. Jadi timeline-nya akan maju mundur.
Novel ini full action. Ada perjalanan-perjalanan yang terburu-buru, banyak peperangan pastinya, perjalanan menyeramkan melintasi jalan orang-orang mati, dan perjuangan keras Sam dan Frodo untuk memusnahkan sang cincin utama yang semakin mengganas. Bahkan setelah Perang Cincin berakhir, masih ada satu perang lagi yang harus dihadapi oleh para Hobbit di kampung halaman mereka di Shire.
Menurut kami, buku ini banyak hikmah yang bisa diambil. Terutama soal kerja keras dan sifat pantang menyerah. Apalagi kalau sudah membaca bagian kisah Frodo dan Sam. Gila sih, mereka meskipun sudah kepayahan banget, dan tahu bahwa mereka hanya akan berjalan satu arah dan mungkin tak akan kembali, tapi tekad mereka tak pernah padam. Meskipun harus merangkak, tugas harus diselesaikan. Dari Pippin dan Merry kita bisa belajar untuk memelihara kesetiaan sampai akhir, mereka juga meskipun terlihat seperti anak yang main-main, tapi jiwa kesatrianya sangat tinggi. Mereka juga sangat pemberani. Kita juga sedikit banyak akan diajarkan mengenai intuisi. Karena di buku ini tokoh-tokohnya terutama Gandalf, banyak banget menggunakan intuisi. Tapi penggunaan intuisi paling ketara ketika Sam tidak jadi membunuh Gollum di Gunung Maut. Siapa sangka, inilah kunci keberhasilan tugas mereka dalam menghancurkan Cincin Utama.
Ending di buku ini sebetulnya belum betul-betul ending. Kita harus membaca apendiksnya untuk mendapatkan ending yang selengkap-lengkapnya. Apendiks ini berisi informasi yang detail banget. Saking detailnya kadang serasa kayak lagi belajar sejarah. Pas bagian bahasa-bahasa, dan penanggalan, ya ampun bisa puyeng banget karena ribet, wakakakak. Tapi yah, kami sebetulnya agak penasaran. Versi bahasa Inggrisnya apakah akan lebih sulit dibaca, atau justru lebih mudah dipahami? Kalau ada kesempatan, kami akan mereview juga versi bahasa Inggrisnya yah.
Buku ini seru dan bagus banget. Film-nya juga seru banget kan yaa. Kita akan bahas film vs buku ini di postingan selanjutnya.
Nah, sekarang masuk ke spoiler ending nih. Buat yang ngga mau baca spoiler skip aja, langsung scroll ke bagian Quote. Kita menulis ending para tokoh-tokoh ini sebenarnya untuk bahan perbandingan juga nantinya sama film-nya. Sekaligus karena ending di film itu sebenarnya jauh dari kata lengkap. Jadi ini buat catatan aja biar kami ingat ending di buku ini.
Para Pembawa Cincin
Frodo Baggins
Setelah perang cincin usai, Frodo akhirnya pulang ke Shire dan ikut berperan dalam pertempuran di Bywater. Frodo tinggal di Shire dan sempat menjadi wakil walikota selama beberapa waktu.
Sayangnya luka yang didapatkan Frodo dalam perjalanan membaca cincin tidak benar-benar sembuh. Frodo beberapa kali sakit. Setelah menyelesaikan penulisan Buku Merah, Frodo menyerahkan Buku Merah kepada Sam. Akhirnya Sam dan Frodo pergi dari Hobitton. Frodo ingin bertemu Bilbo lagi. Di tengah jalan mereka bertemu dengan rombongan peri, Elrond, Galadriel, dan Bilbo. Mereka akan berangkat ke Havens dan naik kapal ke barat, tidak akan kembali lagi ke Dunia Tengah. Frodo pun ikut rombongan Bilbo dan Pergi ke Havens. Sam menemani sampai ke Havens.
Di Havens, Gandalf sudah menunggu. Di saat-saat terakhir, Marry dan Pippin tiba-tiba datang. Mereka bertiga mengantarkan kepergian Frodo ke Barat.
Samwise Gamgee (Sam)
Setelah para Hobbit pulang kembali ke Shire dan membersihkan Shire dari para begundal yang mengacau, Sam berkeliling Shire untuk menanam kembali pohon-pohon yang ditebang dengan bantuan hadiah yang diberikan Galadriel. Sam pun pada akhirnya menikah dan punya anak.
Setelah kepergian Frodo, Sam meneruskan kehidupannya di Shire bersama keluarganya. Saat Will Whitfoot pensiun dari jabatannya sebagai Wali Kota, Sam dipilih untuk menggantikannya. Sam menjadi walikota selama tujuh periode. Ia pensiun saat ia sudah berusia 96 tahun.
Saat istrinya meninggal, tak lama Sam keluar dari Bag End. Ia pergi ke Bukit-Bukut Menara dan menyerahkan Buku Merah kepada anaknya Elanor. Dikabarkan bahwa Sam pada akhirnya pergi ke Grey Havens, lalu pergi mengarungi samudra. Mungkin untuk menyusul Frodo.
Meriadoc Brandybuck (Merry)
Merry, bersama dengan Pippin, punya peran besar dalam pembersihan Shire dari para begundal. Setelah Frodo pergi dan Sam menjadi Wali Kota, Merry menjadi Master Buckland.
Saat Marry sudah menua (102 tahun), Merry berembuk dengan Pippin. Mereka akhirnya memutuskan untuk melepaskan segala jabatan mereka dan menyerahkannya kepada anak-anak mereka. Mereka pergi melewati Sarn Ford dan tak pernah terlihat lagi di Shire.
Merry dan Pippin tiba di Edoras dan mendampingi Raja Eomer di saat-saat terakhirnya. Lalu mereka pergi ke Gondor untuk menghabiskan sisa waktu mereka di sana. Saat mereka meninggal mereka dibaringkan di Rath Dinen di antara petinggi Gondor. Kabarnya, pembaringan mereka ditempatkan di samping Raja Elessar (Aragorn)
Peregrin Took (Pippin)
Setelah kepergian Frodo, pada tahun yang sama ketika Samwise dipilih menjadi Wali Kota, Pippin akhirnya menikah. Enam tahun kemudian, Pippin menjadi sang Took sekaligus menjadi Thain. Raja Elessar menjadikan Thain, Penguasa Buckland. Salah satu putra Pippin, Faramir Took, menikah dengan Goldilocks, putri Samwise.
Saat mereka sudah tua, Marry dan Pippin sepakat untuk melepaskan jabatan mereka dan menyerahkannya kepada putra-putra mereka. Mereka pun pergi bersama ke Edoras, untuk mendampingi Eomer. Selanjutnya mereka pun pergi ke Gondor dan menghabiskan waktu yang tersisa di sana. Saat mereka meninggal mereka dibaringkan di Rath Dinen di antara petinggi Gondor. Kabarnya, pembaringan mereka ditempatkan di samping Raja Elessar (Aragorn)
Gandalf
Setelah Perang Cincin selesai, dan acara-acara lain juga selesai, Gandalf pergi bersama para Hobbit ke Shire. Tetapi di dekat Shire Gandalf berpisah dengan para Hobbit. Gandalf berbelok ke Barrow-downs untuk bertemu dengan Bombadil. Gandalf tidak diceritakan lagi. Kali berikutnya, para Hobbit bertemu kembali dengan Gandalf di Havens, sebelum ia ikut pergi mengarungi samudra ke barat.
Aragorn
Setelah Perang Cincin usai, Aragorn pun dinobatkan menjadi raja, untuk selanjutnya disebut dengan nama Raja Elessar. Elessar pun menikah dengan Arwen, putri Elrond. Elessar memerintah dengan penuh kebijakan dan kegemilangan.
Tapi saat Aragorn merasa waktunya telah tiba, Ia pun menceritakannya pada Arwen. Maka Aragorn pergi ke Rumah Para Raja di Jalan Sunyi, membaringkan diri di pembaringan panjang yang sudah disiapkan untuknya. Di sana, Aragorn berpamitan kepada Eldarion, putranya. Ia menyerahkan mahkota bersayap dari Gondor dan tongkat kekuasaan dari Arnor kepadanya. Mereka semua pun meninggalkannya kecuali Arwen. Arwen tetap mendampinginya hingga Aragorn akhirnya tertidur untuk selamanya.
Ini beneran deh, kisah akhir Aragorn dan Arwen ini pilu banget perpisahannya. Hiks... Harus baca, beneran deh. Kisah akhir mereka ada di bagian apendiks dari buku ini.
Legolas putra Thranduil
Legolas adalah putra dari Raja Peri Mirkwood, Thranduil. Setelah perjalanan dan Perang Cincin usai, Legolas dan Gimli sang kurcaci meneruskan persahabatan mereka. Mereka memenuhi janji-janji yang sudah dibuat selama perjalanan membawa cincin. Legolas pergi bersama Gimli ke Gua-Gua Kemilau. Setelahnya, Legolas membawa Gimli ke hutan Fangorn.
Legolas kemudian membawa Peri-Peri dari Greenwood ke selatan. Kemudian mereka berdiam di Ithilien. Pada masa inilah, daerah ini sekali lagi menjadi negeri paling indah di wilayah barat.
Saat Aragorn akhirnya berpulang, Legolas akhirnya mengikuti panggilan hatinya untuk berlayar menyeberangi samudra. Ia membangun kapal kelabu di Ithilien. Kapal itu kemudian berlayar mengarungi Anduin, lalu ke Samudra. Gimli pun ikut bersamanya.
Gimli putra Gloin
Gimli adalah putra dari Gloin dan keponakan Oin. Gloin dan Oin sebelumnya pergi bersama-sama dengan Bilbo dalam petualangannya. Gimli menjadi perwakilan dari kaum kurcaci dalam tugas mendampingi pembawa cincin.
Saat Perang Cincin akhirnya berakhir Gimli sudah bersahabat dekat dengan Legolas, sang peri. Mereka pun melakukan perjalanan-perjalanan bersama ke Gua-Gua Kemilau dan ke Fangorn.
Gimli membawa sebagian bangsa Kurcaci dari Erebor ke selatan, dan ia pun menjadi Penguasa Gua-Gua Cemerlang. Karya-karya besar dihasilkan di Gondor dan Rohan. Mereka pun mengganti gerbang Minas Tirith yang rusak dengan gerbang baru dari mithril dan baja.
Saat akhirnya Aragorn mangkat, Gimli pun pergi bersama Legolas mengarungi samudra. Ini menjadi sesuatu yang luar biasa di kalangan para Kurcaci. Karena ternyata ada Kurcaci yang bersedia meninggalkan Dunia Tengah demi rasa sayangnya kepada sahabatnya, sang Peri. Atau karena bangsa peri mengizinkannya. Tapi mungkin memang ada pengecualian untuk Gimli.
Boromir
Boromir adalah putra dan ahli waris dari Pejabat Gondor, Denethor II. Perjalanan Boromir bersama para persekutuan cincin bisa dibilang singkat, karena dia yang paling dulu tewas. Dia merupakan Kapten yang cakap, bisa dibilang juga cukup berdarah panas dengan kekuatan dan stamina yang tinggi.
Sayangnya, sebagai manusia, Boromir tergoda dengan kekuatan cincin, dan menginginkan cincin utama demi kejayaan Gondor. Hal ini mendorongnya untuk berkhianat dan berusaha merebut cincin dari Frodo. Tapi Boromir segera menyadari kesalahannya. Ketika Frodo menghilang karena ketakutan akan Boromir, seluruh rombongan mencari Frodo. Aragorn memerintahkan Boromir untuk melindungi Merry dan Pippin. Tanpa diduga rombongan diserang oleh segerombolan Orc. Boromir sempat membunyikan terompetnya. Sayangnya, Aragorn datang terlambat. Merry dan Pippin sudah diculik, Boromir pun sekarat.
Boromir mengakui kesalahan dan kelemahannya kepada Aragorn, dan memintanya menyelamatkan Minas Tirith. Aragorn menenangkan Boromir, dan menyatakan bahwa dia tidak gagal dan sudah melakukan perbuatan terhormat dengan berusaha melindungi Merry dan Pippin. Ketika Boromir akhirnya tewas, Aragorn, Legolas, dan Gimli melakukan penghormatan terakhir dengan mengarungkan jenazah Boromir di atas perahu buatan para peri. Boromir, beserta seluruh perlengkapan dan senjata musuh-musuh yang ditaklukkannya dihanyutkan menuju air terjun Rauros. Tiga hari kemudian, Faramir, adik Boromir menemukan perahu yang membawa Boromir.
Tokoh lainnya
Arwen Undomiel
Arwen adalah putri dari Elrond, Lord of Rivendell. Saat Arwen memutuskan untuk menikah dengan Aragorn, dia melepaskan keistimewaan kehidupan peri yang dimilikinya dan menjadi manusia fana.
Arwen mendampingi Aragorn sebagai Ratu Peri dan Manusia dan mereka hidup penuh kegemilangan dan kebahagiaan. Ketika waktu Aragorn akhirnya tiba, Arwen mendampinginya hingga saat terakhirnya.
Perpisahan mereka sangat sedih. Setelah Aragorn wafat, Arwen pun berpamitan kepada Eldarion putranya dan kepada putri-putrinya. Arwen juga berpamitan kepada semua yang dicintainya. Arwen pergi dari Minas Tirith dan pergi ke Lorien, tinggal sendirian di sana. Para peri lain sudah pergi mengarungi samudra dan negeri itu sudah sunyi senyap. Pada akhirnya, saat waktunya tiba, Arwen membaringkan dirinya di Cerin Amroth.
Hiks...ini sedih banget sih...kenapa juga Arwen memilih pergi dan wafat dalam kesendirian. Kenapa tidak berbaring di samping Aragorn kan ya. Kan pilu banget jadinya. T_T
Saruman
Ketika Saruman dikalahkan dan dikurung di Isengard dia sudah lemah dan kehilangan kekuatannya, serta kekayaannya. Tapi Saruman belumlah tewas. Meskipun kekuatan sihirnya sudah hilang, Saruman masih mempunyai satu kekuatan yang tersisa, suaranya, kemampuannya untuk membujuk dan melakukan perbuatan jahat. Dengan modal kekuatan inilah Saruman meloloskan diri dari Orthanc yang dijaga oleh para Ent.
Ketika rombongan Gandalf dan para Hobbit bertemu lagi dengan Saruman dan pengikut setianya, Wormtongue, kondisi Saruman sangat mengenaskan bagai pengemis. Tanpa mereka sadari Saruman sesungguhnya mengincar Shire. Maka Saruman dan Wormtongue pergi ke Shire dan menancapkan kuku-kuku jahatnya di Shire. Menebarkan teror pada seluruh penduduk Shire.
Ketika Frodo dan rombongan Hobbit akhirnya kembali ke Shire, kondisinya sudah menyedihkan dan mencekam. Tapi tidak ada yang bisa menghalangi jiwa kesatria Merry dan Pippin yang sudah ditempa di medan pertempuran. Mereka memimpin pemberontakan rakyat Shire dan terjadilah Pertempuran Bywater. Rakyat Shire melawan para begundal anak buah Saruman.
Saruman sebetulnya saat itu hanya diusir pergi dari Shire. Tapi perbuatan jahat memang pada akhirnya harus dibayar mahal. Perlakuannya yang selalu kasar pada Wormtongue, pada akhirnya mendorong Wormtongue untuk membunuh Saruman dengan kejam. Wormtongue sendiri tewas di tangan rakyat Shire atas tindakan tiba-tibanya yang kejam.
-----
Tentu saja masih banyak kisah latar belakang ataupun akhir dari tokoh-tokoh yang lain. Yang kalau kami tulis disini kayaknya bakal panjang banget.
Buku ini pertama kali terbit tahun 1954, 1966 (Buku ini sebenarnya gabungan dari 2 buku. Buku Lima dan Buku Enam.), sudah lebih dari 50 tahun yang lalu. Kami saja belum lahir. Tapi seri Lord of The Rings ini luar biasa banget. Selain ceritanya yang memukau, segala aspek di dalam kisah ini sangat detail sekali. Bayangin, segitu detailnya sampai ada penjelasan detail tentang bahasa, lengkap dengan penulisan dan panduan pengucapannya. Bukan hanya satu bahasa, tapi juga pembahasan bahasa-bahasa dari berbagai bangsa di Dunia Tengah. Ada juga penjelasan detail tentang sistem penanggalan yang dipakai masing-masing bangsa. Belum lagi urutan sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sangat detail. Juga peta-peta.
Seri The Lord Of The Rings ini memang seri yang benar-benar layak banget untuk dikoleksi.
Teman-teman ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana kesan-kesannya? Silahkan komen di kolom komentar yah.
Buku ini masih tersedia di:
1. BookDepository
Quote
Bodoh kiranya kalau keangkuhan membuat orang meremehkan bantuan dan nasihat yang dibutuhkannya
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Aku tidak menghalanginya, sebab perbuatan baik tak boleh dihambat oleh nasihat dari hati yang dingin.
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Pukulan yang tergesa-gesa sering meleset
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Ingat saja bahwa seorang pengkhianat bisa mengkhianati dirinya sendiri dan berbuat suatu kebaikan tanpa sengaja.
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Sebaiknya memang mencintai apa yang pantas kita cintai
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Sering harapan lahir ketika semua sudah hilang
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Sering kali begitulah yang terjadi, Sam, bila sesuatu berada dalam bahaya: harus ada yang rela melepaskannya, agar orang lain bisa memeliharanya.
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Tidak akan kukatakan: jangan menangis, sebab tidak semua air mata itu jelek.
~ The Lord of the Rings - The Return of the King by J.R.R. Tolkien
Cari Review Buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Amazon Associates Disclaimer
Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar