Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini
Tampilkan postingan dengan label Author: Nadia Hashimi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Author: Nadia Hashimi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Januari 2020

The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi; Perjuangan Wanita-Wanita Afghanistan di Lingkungan Patriarki yang Kejam

Dari mana ya seharusnya mereview buku ini....

Pada dasarnya, kami bukan penggemar cerita-cerita yang menggambarkan kehidupan nyata seperti buku ini. Karena pengennya kalau baca buku itu terhibur, bukannya pilu karena sedih. Tapi, buku yang mendapatkan rating Goodreads 4.14/5.00 cukup menimbulkan pergulatan batin. Harusnya ceritanya pilu dan sedih, tapi sepilu-pilunya pembaca, tidak dalam pilunya dan ngga merasa sedih berlebihan. Harusnya, sebagai pembaca wanita, novel ini bisa mengaduk emosi, bikin marah-marah dan, mungkin...jadi membenci kaum pria. Tapi pada kenyataannya novel ini tidak bikin marah, ataupun jadi membenci pria. Jangan salah, kesel iya, tapi tidak ada emosi negatif yang berlebihan. Tapi, bagi yang beragama Islam, yang meyakini bahwa Islam itu sesungguhnya sangat memuliakan wanita mungkin akan merasa sedih ketika membaca novel ini. Apalagi ketika mengetahui bahwa...ya..inilah kehidupan yang harus dihadapi para wanita di Afghanistan sana...

Catatan:
- Latar belakang untuk cerita Shekiba adalah Afghanistan di masa pemerintahan Raja Habibullah Khan dan Raja Amanullah Khan. Diperkirakan sekitar tahun 1915an sampai 1920an.
- Untuk Rahima, berdasarkan web penulisnya, latar belakang ceritanya adalah di akhir masa pendudukan Taliban. Berarti cerita dimulai sekitar tahun 2001.

The Pearl That Broke Its Shell bercerita tentang kehidupan dua orang wanita tangguh Rahima dan Shekiba.

Rahima seorang anak perempuan Afghanistan yang lahir di keluarga yang semua saudaranya perempuan. Ini menjadi masalah, karena anak laki-laki sangat dihargai di sana. Ayah Rahima bukan ayah yang cakap. Ayahnya adalah seorang mantan prajurit perang dan sekali-sekali masih ikut perang bersama panglima perangnya. Kami menduga ayah Rahima terkena PTSD karena lama berperang. Juga terkena tumpukan kekecewaan karena tidak memiliki keturunan laki-laki. ayah Rahima pekerjaannya juga tidak jelas, serta kecanduan opium.

Banyaknya perempuan di rumah apalagi kakak-kakak Rahima yang mulai beranjak remaja mulai menimbulkan banyak masalah.Ibu mereka sibuk mengurus anak yang masih kecil, sedangkan tidak ada anak laki-laki yang bisa diandalkan, bahkan untuk sekedar berbelanja ke pasar. Khala Saima, sang bibi akhirnya memberikan ide untuk menjadikan Rahima yang masih kecil sebagai seorang bacha posh. Sebuah tradisi untuk mengubah peran Rahima menjadi anak laki-laki. Dengan merubah peran, Rahima bisa bersekolah dengan bebas, bisa membantu rumah tangga dengan melakukan hal-hal yang sebelumnya akan sangat terbatas dilakukan seorang anak perempuan.

Tapi semuanya berubah ketika Rahima menjadi terlalu angkuh sehingga menyebabkan pertengkaran di keluarganya. Rahima kembali menjadi perempuan, dia dan kakak-kakaknya akan dinikahkan. Rahima saat itu berumur 13 tahun, dia dinikahkan pada panglima perang ayahnya, Abdul Khaliq, yang usianya setara dengan ayahnya.

Memasuki keluarga seorang panglima perang tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Hidup Rahima sangat keras. Mertua yang selalu mencari-cari kesalahan sangat tidak mendamaikan hati. Dari ketiga istri Abdul Khaliq yang lain, hanya istri kedua yang baik pada Rahima. Tapi siapa sangka, masa-masa Rahima sebagai bacha posh justru akan menyelamatkannya di kemudian hari. Menyelamatkannya dari nasib mengerikan yang mungkin saja akan terjadi padanya.

Shekiba...pada awalnya hidupnya termasuk baik-baik saja, lahir di keluarga biasa yang terpisah dari keluarga besarnya yang lain. Suatu hari Shekiba kecil terkena musibah, wajahnya terkena minyak panas. Sebagian wajahnya meleleh...memberikan luka permanen yang harus ditanggungnya seumur hidup.

Hidup Shekiba mulai menjadi berat. Saat Shekiba 13 tahun, suatu hari wabah kolera menyerang desanya. Banyak yang tak bertahan. Saudara-saudara Shekiba pun menjadi korbannya. Ibunya menjadi gila karena depresi ditinggalkan oleh anak-anaknya. Setahun kemudian, ibu Shekiba meninggalkan Shekiba hanya berdua dengan ayahnya. Bertahun-tahun mereka hanya hidup berdua. Shekiba pun berusaha menyesuaikan diri. Kemalangan terjadi kembali ketika ayah Shekiba terkena serangan jantung. Kali ini...Shekiba ditinggal sendirian.

Perjuangan hidup Shekiba setelahnya sangat, sangat, sangaat berat. Berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain, hingga akhirnya Shekiba tiba di istana raja. Disinilah akhirnya Shekiba merubah perannya menjadi seorang laki-laki, sebagai penjaga harem raja. Kehidupan Shekiba jauh membaik, tapi Shekiba ingin nasibnya bisa menjadi lebih baik. Dia ingin menikah. Sayangnya, kemalangan masih ingin menyapa Shekiba. Perjuangan Shekiba berlanjut, kali ini Shekiba kembali lolos dari maut. Shekiba justru akan dinikahkan. Apakah kehidupan pernikahan akan menjadikannya lebih baik? Atau dia masih harus berjuang untuk hidupnya kembali?

Novel ini menggambarkan patriarki yang sangat ketat di Aghanistan sana. KDRT jadi hal yang lumrah. Mencoba menemukan keluarga bahagia menjadi seperti berusaha menemukan jarum di tumpukan jerami. Hak-hak perempuan sangatlah ditekan.

Tapi novel ini ditulis dengan sangat bagus sekali. Sangat apik, sehingga yang pembaca rasakan adalah semangat perjuangan Rahima, Shekiba, dan wanita-wanita lainnya, bukan kondisi menyedihkan yang terjadi. Setiap bab bisa berganti dari Rahima ke Shekiba. Kisah Shekiba diceritakan oleh Khala Saima kepada Rahima.

Novel ini memang bagus banget. Apalagi kalau kita ingin tahu seperti apa sih gambaran kehidupan wanita-wanita Afghanistan pada masa itu. Miris, sangat menyedihkan, sangat disayangkan, dan sangat berat untuk para wanita. Indonesia masih jauh lebih baik. Jadi, bersyukur banget bisa lahir sebagai orang Indonesia.

Novel ini merupakan novel International Best Seller. Ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana pendapatnya? Silahkan komentar di kolom komen yah.

Quote

Orang yang pernah ditimpa tragedi satu atau dua kali pasti akan berduka lagi. Takdir seolah lebih mudah menemukan jejak yang ditinggalkan tragedi sebelumnya.
~ The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Itulah masalahnya menjadi sebuah hadiah, Madar-jan. Hadiah selalu diberikan untuk orang lain.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Apakah satu perbedaan kecil dalam rangkaian kejadian akan mengubah jalan yang kami ambil.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

"Oh, persetan dengan nasib! Orang selalu menyalahkan nasib untuk semua yang tidak bisa mereka perbaiki."
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Si pembohong adalah pelupa.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Dengar, saat segala sesuatunya terasa begitu berat, orang selalu mencari pelampiasan. Mencari jalan keluar. Terkadang sulit menemukan jalan keluar yang benar.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Seperti yang dikatakan Khala Saima, semua orang membutuhkan jalan keluar.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Parwin mencoba bunuh diri. Satu-satunya yang bisa kubayangkan hanyalah senyumannya yang terlihat tidak meyakinkan, kata-katanya yang lemah bilang bahwa ia baik-baik saja, bahwa orang-orang di rumahnya memperlakukannya cukup baik. Kenapa aku tidak mengunjunginya pagi ini?
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Semakin banyak orang, semakin banyak pula masalah.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Lebih mudah membodohi seseorang yang tidak bisa mencari tahu sendiri.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

"Kau tahu apa yang mereka katakan tentang jiwa manusia? Jiwa manusia lebih keras dari batu, lebih lembut dari kelopak bunga."
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

"Kau bisa menyalahkan ibu kalian, tetapi tidak ada gunanya. Kau tidak tahu seperti apa rasanya berada di posisi itu. Bagi sekelompok semut, setetes embun bagaikan banjir."
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Mungkin nasibmu ada di sana dan menunggumu untuk mewujudkannya.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

"Zamarud mengambil risiko dan mungkin dia benar-benar gila, tetapi dia melakukan apa yang diinginkannya. Aku yakin dia tidak menyesal. Aku yakin dia akan tetap melakukannya. Itulah yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Untuk menjadi apa yang mereka inginkan."
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

"Aku tahu, Rahima-jan. Waktu berubah. Segalanya berubah. Burung-burung beterbangan pergi, satu persatu."
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Orang yang nyaris saja mati tidak akan takut kehilangan. Mereka bisa memikirkan dan melakukan segala sesuatu yang tidak akan dilakukan orang lain.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Kurasa terkadang seseorang harus bertindak di luar kebiasaan. Harus mengambil kesempatan jika sangat menginginkan sesuatu.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi

Hidup memang sulit. Kita kehilangan ayah, saudara, ibu, nyanyian burung, dan sebagian dari diri kita sendiri. Pukulan cambuk melecut orang yang tidak bersalah, kehormatan diberikan kepada orang yang bersalah. Ada terlalu banyak kesepian. Aku bodoh jika mengharapkan anak-anakku akan terlepas dari semua itu. Berharap terlalu banyak justru membuat segala sesuatu lebih buruk. Aku bisa berdoa untuk hal-hal kecil, seperti ladang yang subur, cinta seorang ibu, senyuman seorang anak.
The Pearl That Broke Its Shell by Nadia Hashimi


Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.