Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini

Kamis, 19 September 2019

Buku vs Film: A Time to Kill - Sama-Sama Bagus dengan Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing

Okay, sebelumnya kami sudah mereview buku A Time To Kill karangan John Grisham ini. Buat kami, buku ini bagus banget dan seru. Gaya berceritanya juga enak. Untuk review lengkapnya silahkan langsung ke postingan review bukunya yah. Nah, karena kami juga sudah menonton filmnya, sekarang saatnya membandingkan antara film dan bukunya. Manakah yang lebih bagus? Apa aja kelebihan dan kekurangannya? Tentu saja ini opini pribadi kami yaa.

A Time to Kill ini film lama. Film tahun 1996. Pemeran utamanya ada Sandra Bullock (sebagai Ellen Roark), Samuel L. Jackson (sebagai Carl Lee Hailey), dan Matthew McConaughey (sebagai Jack Brigance).

Okay, sampai di sini mari kita bahas dulu soal perannya Sandra Bullock sebagai Ellen Roark. Sejujurnya yah, kami tidak terlalu suka dengan tokoh Ellen Roark di novelnya. Kenapa? Menurut kami, tokoh Ellen Roark ini semacam tokoh pengganti untuk mengisi kekosongan tokoh wanita pendukung. Ellen Roark muncul setelah Carla, istri Jack Brigance, pergi mengungsi ke rumah orangtuanya karena situasi yang mulai membahayakan. Ellen Roark ini menurut kami memberikan plot sampingan yang tidak perlu, yaitu hampir terjadinya affair antara Ellen Roark dan Jack Brigance. Tokoh yang menurut kami sebenarnya krusial, yaitu salah satu juri yang menyebabkan terjadinya keputusan bulat, Wanda Womack, justru dihilangkan dari film. Ini menurut kami sangat disayangkan sekali. Di film, peran Wanda Womack ini dialihkan ke peran Jack Brigance.

Sekarang mari kita lihat dari sisi ceritanya. Secara garis besar, film dan bukunya sama kok. Menurut kami sih sudah sesuai antara novel dan film. Tapi secara detail, tentu saja novelnya lebih detail. Ada beberapa bagian di film yang menurut kami akan lebih jelas latar belakangnya kalau kita sudah baca novelnya. Soal ending, sama-sama ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Untuk keputusan pengadilannya, kita lebih suka yang di novel. Lebih detail dan rasanya lebih masuk akal. Tapi filmnya seperti menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ending di bukunya. Jadi lebih bulet lah ceritanya, lebih tuntas. Seperti pertanyaan "Kemanakah KKK pada akhirnya?" atau "Bagaimana dengan reaksi Carla?"

Film ini film lama banget, film tahun 1996. Kalau misalnya teman-teman bertanya-tanya, akankah film ini di remake? Kami tidak tahu juga sih, tapi kemungkinan sih tidak ya. Alasan utama kemungkinan adalah soal isu rasisme yang diangkat cerita A Time to Kill. Kalau di film, entah kenapa rasismenya terasa banget. Beda dibandingkan saat membaca bukunya. Kalau kita membaca buku, kita seperti bisa set mindset kita dulu. Bahwa ini kejadian di tahun sekian, saat masa-masa itu. Seperti itu kira-kira. Belum lagi masalah adanya KKK, ini bisa jadi topik yang sangat sensitif.

Kesimpulan kami, film dan novel A Time to Kill sama-sama bagus dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kami merekomendasikan dua-duanya.

Ada yang sudah nonton film dan baca bukunya juga? Gimana pendapatnya? Silahkan berikan komentarnya yah ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.