Cari Review Buku

Selasa, 12 Mei 2020

As Red As Blood by Salla Simukka - Lumikki yang Dingin dan Penuh Perhitungan

Pada awalnya, kami agak ragu-ragu sama novel yang satu ini. Alasannya, rating Goodreads-nya hanya 3.4 dari 5 bintang. Yaa...lumayan menengah lah menurut kami. Tapi gimana dong, waktu itu packing novel ini cukup unik, alih-alih segel plastik biasa, novel ini dipacking lagi di dalam amplop karton khusus dengan gambar cover bukunya. Jadi beda sendiri kan yaa sama buku yang lain. Belum lagi tulisan "The SNOW WHITE Trilogy"-nya. Makin bikin penasaran. Sebelumnya, kami pernah membaca novel paranormal romance yang diadaptasi dari cerita dongeng populer. Lumayan menarik juga lho membaca kisah adaptasi begini. Kita dibikin penasaran akan dibawa kemana arahnya dongeng ini.

Tapi sebenarnya novel As Red As Blood ini bukan adaptasi dongeng. Kisah Snow White-nya lebih ke arah sebuah perumpamaan. Genre novel ini pun Misteri dan Thriller. Novel ini juga agak beda dari novel terjemahan kebanyakan karena ini adalah novel nordic noir, novel kriminal skandinavian. Jadi alih-alih berlatar belakang negara Amerika atau Eropa yang sudah umum banget di kalangan novel terjemahan yang beredar di Indonesia, novel ini berlatar negara-negara di Eropa Utara, Finlandia, Swedia, bahkan Rusia. Lokasi latar belakang novel ini sendiri bertempat di Tampere, Finlandia. Buat yang mencari latar novel yang fresh, novel ini pas banget.

As Red As Blood mengisahkan cerita seorang Lumikki Anderson. Seorang gadis 18 tahun yang bersekolah di salah satu sekolah seni di Tampere. Masa lalu yang keras memaksa Lumikki mengembangkan kemampuan seperti seorang mata-mata. Berbaur, tidak tampak, tidak menarik perhatian, lengkap dengan fisik yang lincah dan kuat, serta otak yang mampu berpikir taktis.  Kehidupan damainya terusik ketika suatu hari, kebiasaannya "menyendiri" di Kamar Gelap sekolah membawanya kepada suatu kasus. Kasus yang melibatkan uang puluhan ribu euro bernoda darah yang dijemur di kamar gelap.

Awalnya Lumikki tidak mau tahu dan tidak mau ikut campur. Tapi rasa keingintahuan seringnya mengalahkan akal sehat. Lumikki pun pelan-pelan terseret lebih dalam. Latar belakang uang berdarah pun mulai terkuak: pesta gila-gilaan yang berujung penemuan uang berdarah. Alih-alih ketakutan, di bawah pengaruh narkoba dan alkohol, Elisa, Tuukka, dan Kasper justru mengambil uang itu, menyelinap ke sekolah, lalu mencuci dan menjemur uang tersebut di Kamar Gelap sekolah. Mereka pun membagi 3 uang temuan itu.

Tapi puluhan ribu euro tentu saja tak mungkin tak bertuan. Puluhan ribu euro yang tersasar tak mungkin tak dicari orang. Lumikki terpaksa menyelidiki. Kami rasa sih setengah karena Elisa yang memohon, setengahnya lagi karena rasa penasaran Lumikki sendiri. Temuan demi temuan semakin mengejutkan. Puncaknya, ketika Lumikki menyamar bak Putri Salju, membuntuti ayah Elisa ke pesta besar seorang...atau dua orang...bos mafia.

Berbeda dengan beberapa review Goodreads, kami merasa novel ini bagus dan seru. Gaya bahasanya cukup sederhana. Yah, walaupun bab-bab awalnya agak susah dipahami sih. Tapi kalau dibaca terus, gaya bahasanya cukup sederhana dan mudah dinikmati. Ketegangan dan aksi-aksi yang terjadi cukup membuat penasaran sehingga kita pengen baca buku ini terus menerus. Tokoh Lumikki menurut kami cukup keren ya, dingin, dan penuh perhitungan. Persis mata-mata. Oh ya, meskipun novel ini adalah sebuah trilogi, tapi buku ini sudah ending kok kasusnya, jadi bukan yang bersambung gitu.

Kalau ada kekurangan di novel ini, menurut kami sih di bagian endingnya. Dibilang gantung sih ngga juga ya, cuman berasa antiklimaks aja sih. Jadi Lumikki ditembak, melarikan diri, trus terkapar di salju sambil berdarah-darah, trus di bab berikutnya pokoknya dia sudah tertolong aja. Bagaimana proses dia bisa ditemukan dan selamat itu yang bikin penasaran.

Sebetulnya ya, review jelek di Goodreads kalau kita baca-baca sih rata-rata karena sepertinya terjemahan bahasa Inggrisnya kurang bagus. Novel ini aslinya dalam bahasa Finlandia, saat diterjemahkan ke bahasa Inggris jadinya kayak ada miss translation gitu. Tapi menurut kami sih terjemahan bahasa Indonesianya oke kok, bagus. Kelemahan novel terjemahan memang begini sih, kalau penerjemahnya kurang bagus, atau mungkin kurang bisa memahami gaya bahasa novelnya, bisa ada miss translation, ujung-ujungnya bukunya jadi jelek dan ngga enak dibaca. Ada yang ngga suka karena berharapnya ini kayak spin off -nya Snow White. Tapi seperti yang kami bilang di awal, Snow White di sini lebih ke perumpamaan dibandingkan kisah adaptasi Snow White.

Kesimpulannya, kami suka sih novel As Red As Blood ini. Thriller misteri yang ringan, tapi tetap menegangkan dan seru. Tokoh Lumikkinya juga cukup keren.

Teman-teman ada yang sudah baca novel ini juga? Silahkan komen di bawah yah.

Quote

Cara termudah untuk menjalani hidup adalah dengan tidak ikut campur dalam masalah apa pun.
~ As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah melompat pada kesimpulan.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah memuja kepandaianmu sendiri.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah berikan orang lain pilihan, cukup berikan mereka arahan. Jangan memohon atau meminta, cukup katakan apa adanya.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan mencari kekuatan untuk membalas dendam. Carilah kekuatan untuk menghindari situasi yang akan membuatmu ingin membalas dendam.
As Red As Blood by Salla Simukka

Lebih baik sendirian dibandingkan dikelilingi oleh lingkungan yang buruk.
As Red As Blood by Salla Simukka

Janji seorang pria yang dimabuk cinta tidak akan pernah dipenuhi.
As Red As Blood by Salla Simukka

Rabu, 06 Mei 2020

Review Novel Stealing Phoenix by Joss Stirling - Ringan Tapi Seru dan Menghibur

Selamat datang di review buku kedua dari seri Benedict-Savant, Stealing Phoenix. Dari awal kami bisa bilang bahwa, buku ini lebih bagus dan menarik dibandingkan buku pertamanya, Finding Sky. Mungkin karena udah jauh banget kali ya dari kesan Twilight. Plot ceritanya juga menurut kami cukup fresh. Seperti buku pertamanya, Stealing Phoenix ini juga buku bacaan paranormal romance remaja yang ringan. Tapi, meskipun ringan, buku ini juga cukup seru.

Stealing Phoenix menceritakan kehidupan seorang gadis, Phoenix Corrigan, atau biasa dipanggil Phee. Phee ini hidup di sebuah komunitas savant penjahat yang dikepalai oleh seorang savant yang disebut sebagai Sang Peramal. Suatu hari, Phee ditugaskan untuk mencuri dari sebuah rombongan pelajar. Targetnya tak lain dan tak bukan adalah...Yves Benedict.

Berbeda dengan Sky yang tak tahu kalau dirinya savant, Phee ini sudah memahami dirinya savant, dan biasa memanfaatkan talentanya untuk memuluskan aksi pencuriannya. Phee bisa membekukan momen untuk sesaat, dan itulah yang dia lakukan saat mencuri barang-barang Yves. Tapi tanpa disangka oleh Phee, Yves yang juga seorang savant tidak sepenuhnya membeku. Yves melihat Phee beraksi dan dia murka. Phee yang panik langsung kabur dengan barang jarahannya. Sedangkan Yves yang murka langsung membakar barang-barangnya yang dijarah oleh Phee, meninggalkan Phee tanpa barang jarahan apapun dan tangan yang terluka.

Phee pulang dengan tangan kosong dan harus menghdapi konsekuensinya. Ternyata mencuri dari Yves adalah sesuatu yang penting, sehingga meskipun gagal, Phee harus sekali lagi mencoba mencuri darinya. Kali ini Phee menyamar sebagai salah satu peserta seminar dan membuntuti Yves. Ketika akan melancarkan aksinya, Phee lagi-lagi gagal. Kali ini lebih parah, dia tertangkap oleh Yves.

Yang tidak disadari oleh Phee tapi disadari oleh Yves adalah bahwa mereka ternyata adalah pasangan jiwa. Sementara Yves sangat gembira, Phee justru bahagia sekaligus sedih. Phee yang merasa asal usulnya tidak jelas dan berasal dari komunitas savant penjahat tidak pantas untuk Yves. Phee juga tidak mungkin bisa lolos begitu saja dari komunitas. Belum lagi ternyata Sang Peramal punya alasan tersendiri kenapa dia mengincar Yves.

Ujian Yves dan Phee sebagai pasangan jiwa cukup berat. Bagaimana nasib Phee yang dijadikan umpan oleh Sang Peramal untuk mendapatkan Yves? Bagaimana cara Yves dan Phee untuk lolos dari cengkeraman Sang Peramal serta komunitas savant penjahat?

Kami merekomendasikan banget buku ini, karena selain seru, buku ini juga ringan dan humornya cukup menghibur.

Buku ini saat ini masih tersedia di tokopedia kami. Untuk yang ingin link shopee, bisa menghubungi kami terlebih dahulu ya.
Link Tokopedia: https://www.tokopedia.com/olakalik/stealing-phoenix-by-joss-stirling

Quote

Orang bisa banyak belajar asalkan mau.
~ Stealing Phoenix by Joss Stirling

Tidak cemas itu lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan.
Stealing Phoenix by Joss Stirling

Kurasa pencipta kita cerdas karena memikirkan urusan pasangan jiwa ini, karena dia menjodohkan kita bukan dengan apa yang kita inginkan melainkan apa yang kita butuhkan.
Stealing Phoenix by Joss Stirling

Lebih baik mendengar jawabannya walaupun buruk daripada dibiarkan bertanya-tanya.
Stealing Phoenix by Joss Stirling

Minggu, 03 Mei 2020

Review Komik Oneshot Skenario by Chikako Kikukawa - Seputar Jimat

Chikako Kikukawa adalah salah satu mangaka serial misteri favorit kami. Gambar tokoh-tokohnya selalu rupawan, cantik dan tampan. Tidak hanya karena gambarnya yang cakep, cerita-cerita dari Chikako Kikukawa juga cukup seram dan penuh misteri supernatural yang mendebarkan. Kali ini kami akan mereview salah satu komik oneshot Chikako Kikukawa berjudul Skenario.

Komik Skenario ini punya beberapa cerita di dalamnya. Mari kita lihat satu per satu. Tenang saja, kami usahakan spoiler free.

Skenario
Skenario menceritakan tentang Eri, seorang anak gadis yang bunuh diri karena dirundung oleh ketiga temannya. Surat wasiat yang memberatkan ketiga temannya itu hilang, dibakar oleh mereka. Tetapi, tanpa mereka sangka, Eri belum benar-benar pergi, dan sekarang dia ingin membalas dendam kepada mereka.

Misteri Kalung
Ada sebuah peristiwa memilukan di masa lalu. Tapi ada juga sebuah kalung misterius yang katanya adalah sebuah kalung keberuntungan. Tapi ternyata, kalung ini awalnya saja membawa keberuntungan. Buntutnya, kalung ini justru membawa petaka.

Cerita di Musim Salju
Aida dan ibunya baru saja pindah rumah ke sebuah kota kecil. Mereka melarikan diri dari ayah tiri yang kejam. Tetapi, mereka punya tetangga yang aneh. Laki-laki hidung belang bertamu pada malam hari, tidak pernah keluar lagi, hanya ada kotak kardus besar yang digotong keluar. Tapi di saat keadaan menjadi genting, tetangga anehnya ini justru jadi penolongnya.

Misteri Batu Kuarsa
Shoko menghadiahkan batu kuarsa yang indah dan katanya akan membawa keberuntungan kepada Masako, sahabat karibnya. Shoko juga memiliki batu yang sama. Tapi mengapa saat Shoko memiliki kehidupan yang semakin beruntung, kehidupan Masako justru semakin sial?

Misteri Kalung dan Misteri Batu Kuarsa ceritanya tentang seputar barang bertuah yang katanya membawa keberuntungan. Sayangnya, dalam cerita itu, pemiliknya malah mendapatkan malapetaka. Jadi di dalam cerita komik ini, jimat-jimatan itu tiadalah artinya.

Kami suka semua cerita misteri di komik ini. Ceritanya memang bukan yang serem banget, tapi cukup menegangkan dan misterius. Satu kekurangan dari gambarnya Chikako Kikukawa adalah, gambar tokohnya seringnya mirip-mirip banget dari satu cerita ke cerita lainnya. Jadi agak kurang variasi aja.

Ada yang sudah baca komik ini juga? Silahkan komen di kolom komentar yah.

Komik ini masih tersedia yah di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:


Baca Juga:

Rabu, 29 April 2020

Buku vs Film: The 5th Wave - Favorit, Detailnya Bagus

Setelah kemarin sempat menulis review bukunya, sekarang saatnya membandingkan buku dengan filmnya. Film The 5th Wave ini keluar di tahun 2016, sekitar tiga tahun setelah bukunya terbit. Tokoh Cassie diperankan oleh Chloƫ Grace Moretz, dan tokoh Evan diperankan oleh Alex Roe (ini ganteng banget sih ya, wakakakak). Sayangnya nih...sayangnya...ini jadi satu-satunya film seri The 5th Wave. Padahal, novel The 5th Wave sendiri adalah sebuah trilogi. Film The 5th Wave sendiri sebetulnya masih open ending. Jadi memang sepertinya sih sudah direncanakan akan dibikin sekuelnya. Sayangnya, film ini ngga terlalu sukses di pasaran, ngga terlalu bagus juga ratingnya. Sepertinya hal ini yang akhirnya membuat film ini ngga akan ada sekuelnya lagi. Sayang banget, padahal kami termasuk penggemar film ini.

Kami tidak akan cerita banyak soal plotnya karena secara garis besar sama kok antar buku dan filmnya. Sudah pasti ada penyesuaian dan penyederhanaan di sana sini, tapi menurut kami cukup bisa ditoleransi kok. Kami akan membahas beberapa perbedaannya yang cukup terlihat.

Ibu Cassie
Di buku, ibunya Cassie seingat kami ibu rumah tangga. Di film, ibunya Cassie adalah seorang perawat dan ikut membantu saat gelombang ketiga, wabah, melanda. Kami lebih suka peran yang di film ini di bandingkan dengan bukunya.

Dr. Pam/Reznik
Dr. Pam dan Reznik harusnya adalah dua tokoh yang berbeda, tapi film The 5th Wave mampu menggabungkan kedua tokoh ini dengan mulus, wakakak. Muka dr. Pam tapi nama Reznik. Kisah tewasnya pun menggunakan skenario tewasnya dr. Pam. Kami rasa sih, karena durasi film yang terbatas, tokoh asli Reznik tidak bisa benar-benar ditampilkan di film.

Hubungan antara Cassie dengan Ben
Di buku Cassie dengan Ben itu sebenarnya hanya cinta bertepuk sebelah tangan. Ini menurut kami yah. Ben juga sebenarnya tidak terlalu tahu siapa Cassie. Tapi di film, seolah-olah mereka kayak saling kenal dan ada sedikit flirting-flirting di awal-awal. Jujur, kami lebih suka skenario yang di buku. Kayak lebih masuk akal aja gitu.

Saat Ben mengetahui aslinya Vosch dkk
Skenario pengungkapan ini sama sekali berubah. Kalau di buku, Ringer lah yang menginisiasi ide tentang siapa sebetulnya Vosch dan para militer di Kamp Haven. Kondisinya pun Ringer dan Ben sedang berdua saja, mereka akan menyergap orang yang menembaki mereka, yang ternyata adalah Reznik.

Di film, karena tokoh Reznik dan dr. Pam menjadi satu, skenario pengungkapan ini berubah banyak. Ringer memberontak dan melepaskan alat pelacak yang ditanam padanya, menyebabkan dia terlihat diinvestasi oleh alien jika dipindai dengan kacamata buatan militer Vosch. Hal ini membuat Ben sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Kami sih lebih suka skenario di buku ya, karena Ringer itu sangat taktis dan cerdas orangnya. Ringer berani mengambil resiko, tapi bisa mengukur kapan resiko harus diambil dan bisa mengukurnya dengan baik. Mungkin ini salah satu alasan kenapa Ringer suka main catur.

Skenario penjemputan Sam
Skenario ini juga banyak berubah. Di buku, Sam tidak ikut lulus bersama anggota regunya yang lain. Jadi saat pasukan Ben diutus untuk bertugas di lapangan, Sam otomatis tidak ikut mereka. Di film, Sam sengaja ditinggal oleh Ben. Ben mengikat Sam ke shower kamar mandi agar dia tidak ikut terjun ke lapangan.

Skenario penjemputan Sam oleh Cassie maupun Ben jauh lebih seru dan menegangkan di bukunya. Cassie bekerja dengan petunjuk-petunjuk Evan agar bisa masuk ke Kamp Haven. Pertarungan dan ketegangannya juga lebih seru di buku. Sedangkan Ben, berusaha setengah mati untuk lolos dr ruang medis untuk menjemput Sam. Ben masih terluka parah akibat luka tembakan Ringer yang belum sembuh.

Kami rasa sih itu beberapa perubahan yang cukup mencolok antara buku dan filmnya. Selebihnya kebanyakan berupa penyederhanaan cerita. Biasanya sih karena masalah durasi. Yang mengejutkan sebenarnya adalah detail di film ini sangat bagus, cukup mirip dengan bukunya.

Antara buku dengan film kami rasa dua-duanya bagus. Tapi tentu saja bukunya lebih oke karena ceritanya lebih detail. Banyak adegan-adegan yang lebih seru di bukunya daripada di film. Seperti adegan lolosnya Cassie dari Kamp Lubang Abu, itu lebih seru di buku. Hubungan asmara antara Cassie dan Evan juga sebetulnya lebih dalam di buku. Aksi penyelamatan Sam juga lebih seru di bukunya.

Kesimpulannya, kami suka sih dua-duanya, filmnya bagus, bukunya juga bagus dan lebih detail dari filmnya. Menurut teman-teman gimana? Ada yang sudah nonton dan baca bukunya juga? Silahkan komentar di kolom komen di bawah yah.

Sabtu, 25 April 2020

Pasangan Traveling by Pasangantraveling.com - Jalan-Jalan Romantis Lewat Buku

Apa kabar semua? Sayang banget artikel ini terbit di masa-masa dimana kita semua tidak bisa bebas traveling. Tapi ada hikmahnya juga, karena setidaknya, kita bisa mencicipi traveling lewat buku saja. Lalu, saat nanti semua wabah ini sudah berlalu, kita bisa jalan-jalan lagi ke tempat-tempat yang kita inginkan. Semoga semua segera pulih kembali. Aamiin...

Sekarang mari kita review buku traveling yang satu ini. Buku Pasangan Traveling ini berisi catatan perjalanan Jeff dan Diana ke 22 destinasi, ada yang domestik, ada juga yang ke benua Asia, Australia, dan Eropa. Buku ini menekankan bahwa banyak sisi positifnya kalau kita traveling bersama pasangan, yang memang, sedikit banyak kami setuju juga sih. Traveling sendiri mungkin akan berasa sepi. Kalau orangnya terlalu banyak biasanya suka muncul konflik-konflik yang tidak perlu. Jadi traveling berdua, idealnya sih sama pasangan, biasanya adalah solusi traveling yang paling pas.

Di buku ini, Jeff dan Diana mengajak kita ke 22 Destinasi. Kemana saja? Ini dia daftarnya.

  1. Lombok
    • Ke Pantai Senggigi
    • Gili Trawangan
    • Mataram dan Lingsar
    • Pantai Kuta dan Tanjung Aan 
    • serta ke Gili Nanggu.
  2. Bali
    • Pengalaman menginap di Ayana Resort & Spa 
    • main ke Pantai Kuta dan Tanah Lot
    • makan seafood di Jimbaran
    • serta ke Pantai Nusa Dua
  3. Minangkabau
    • Menikmati perjalanan ke Bukittinggi dan mampir ke Lembah Anai 
    • Mampir ke Ngarai Sianok dan Lubang Jepang
    • Bukittinggi dan Pasar Atas-Bawah 
    • Danau Maninjau
    • Payakumbuh dan Lembah Harau 
    • Menginap di Aie Angek Cottage
    • Danau Singkarak
    • Sawahlunto
    • Danau Atas-Bawah
    • Pengalaman makan seafood di Padang
    • Pantai Malin Kundang dan Teluk Bayur
    • Kota Padang 
  4. Belitung
    • Jelajah pantai
    • Belitung Timur
    • Kampoeng Ahok dan Museum Kata Andrea Hirata
    • Tanjung Pandan
    • Island Hopping 
  5. Garut
    • Menikmati menginap di Kampung Sampireun
  6. Pulau Sepa, Kepulauan Seribu
  7. Osaka dan Nara, Jepang
    • Osaka Castle
    • Shinsaibashi, Namba, dan Dotonburi
    • Nara
    • Todaiji Temple
  8. Kyoto, Jepang
    • Fushimi Inari
    • Higashiyama: Gion, Kiyomizudera Temple, dan Maruyama Park
    • Shinkansen: Osaka-Kyoto
    • Arashiyama
    • Love Hotel
    • Imperial Palace
    • Nijo Castle
    • Kinkakuji atau Golden Temple
    • Kyoto Station
  9. Tokyo, Jepang
    • Shibuya dan Harajuku
    • Disneysea
    • Capsule Hotel
    • Akihabara
    • Ueno
    • Asakusa dan Tokyo Sky Tree
    • Odaiba
    • Kimi Ryokan
    • Nippori-Narita
  10. Hong Kong
    • Avenue of Stars
    • The Peak
    • Mid Level Escalator
    • Symphony of Light
    • Ladies Market dan Temple Street
    • Disneyland
  11. Shenzen, RRT
    • Windows of the World
  12. Macau
    • Shenzen-Macau
    • City of Macau
    • Senado Square
    • Venetian Macao
  13. Maladewa
    • Penerbangan ke Maladewa
    • Bandara Internasional Maladewa
    • Adaaran Club Rannalhi
    • Over Water Bungalow
    • Snorkeling Bersama Hiu
  14. Perth, Australia
    • Pinnacles Desert Tour
    • Caversham Wildlife Park
    • Cervantes
    • Pinnacles Desert
    • Sand Dunes, Lancelin
    • Perth
    • Kings Park and Botanic Garden
    • Freemantle
  15. Sydney, Australia
    • Circular Quay dan The Rocks
    • Opera House dan Mrs. Macquire's Chair
    • Darling Harbour
    • Paddy's Market dan Queen Victoria Building
    • Suburb St. Leonards
    • Bondi Beach
    • Manly
    • Suburb Seven Hills
    • Blue Mountain
    • Chocolate Company
    • Scenic World
  16. Melbourne, Australia
    • Pusat Kota Melbourne
    • Fitzroy Garden
    • Menyusuri Yarra River
    • Mt. Dandenong
    • Tesselaar Tulip Festival
    • Queen Victoria Market
    • St. Kilda
    • Acland Street
  17. Belanda
    • Den Haag
    • Keukenhof, Lisse
    • Volendam
    • Delft
    • Rotterdam
    • Amsterdam
  18. Belgia
    • Antwerp
    • Brussels
  19. Paris
    • Gare du Nord dan Gare du Lyon
    • Louvre dan Jardins des Tuilaries
    • LaFayette dan Eiffel from Trocadero
    • Arc de Triomphe dan Notre-Dame Cathedral
  20. Venesia
    • Kereta Malam: Paris-Venesia
    • Grand Canal dan Rialto Bridge
    • Piazza San Marco
    • Bridge of Sighs dan Arsenale
  21. Eropa Tengah dan Timur
    • Austria
      • Wina
      • Salzburg
      • Tur The Sound of Music
      • Innsbruck
    • Bratislava, Slovakia
  22. Swiss
    • Engelberg dan Mount Titlis
    • Panoramic Golden Pass (Lucerne-Interlaken)
    • Interlaken, Murren dan Lauterbrunnen
    • Montreux
    • Bern
    • Mount Rigi: Vitznau dan Weggis
    • Lucerne
Banyak juga kan destinasinya. Siapa tahu ini bisa mengobati kerinduan teman-teman akan traveling, atau jadi inspirasi untuk tujuan traveling di masa yang akan datang.

Buku ini masih ada di tokopedia kami yah. Silahkan ke link di bawah ini:

Quote

Jadi, perbedaan mimpi dan impian terletak pada usaha untuk membuat perencanaan. Semua dimulai dari perencanaan.
Pasangan Traveling by Pasangantraveling.com

Minggu, 12 April 2020

The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey - Alien yang Bukan Alien, Manusia yang Bukan Manusia

Sebelum membaca buku The 5th Wave ini, kami sudah lebih dulu menonton filmnya. Kami tertarik membaca novelnya karena memang suka sama filmnya. Sayangnya, film The 5th Wave kurang berhasil di pasaran, jadi sampai sekarang belum ada sekuelnya. Padahal ya, novelnya ini trilogi lho. Oh iya, kami juga agak lompat sih baca novelnya, kami baca buku keduanya dulu, The Infinite Sea (Lautan Tak Bertepi), baru deh baca novel ini.

Kalau bisa dibilang ya, Buku pertama ini tidak seintens buku keduanya. Alurnya menurut kami lumayan slow. Oh iya, ini model plotnya maju-mundur, dan ganti sudut pandang yah. Contohnya bisa dicek ke review The Infinite Sea. Banyak adegan menegangkan, tapi slow paced, dan terukur. Paling pas di bab-bab terakhir aja yang fast paced. Kalau di Infinite Sea kan lumayan ya, tegang, fast paced, dan adrenalin rush gitu kan ya.

The 5th Wave ini langsung diawali pada saat Gelombang 4, saat Cassie sudah sendirian. Seiring cerita, kita akan dibawa mundur ke awal-awal Gelombang 1 sampai tiba di masa Cassie sekarang. Di buku ini kita akan melihat cerita dari sudut pandang Cassie, Sam, Ben Parish, dan tentu saja Evan Walker. Sudut pandang Sam sama Evan ga banyak sih, hanya beberapa saja, kalau tidak salah ingat masing-masing hanya satu bab besar.

Kami mau ngespoiler plot sedikit, tapi karena alurnya yang tidak biasa, jadi agak susah juga nih ceritainnya. Wakakak. Jadi, kami akan sedikit menceritakan plotnya secara sederhana yah.

Cerita berawal saat Cassie sudah sendirian di hutan. Ibunya sudah tiada, ikut tewas oleh wabah sampar di Gelombang 3. Setelah ibunya tewas, Cassie, bersama dengan ayahnya, dan juga adiknya, Sam, akhirnya mengungsi. Tadinya, mereka berencana mengungsi ke pangkalan militer terdekat. Tapi di tengah jalan, mereka akhirnya bergabung dengan pengungsi-pengungsi lain di Kamp Lubang Abu. Kehidupan berjalan sedikit normal untuk beberapa saat. Hingga, tiba-tiba datanglah drone-drone pengintai.

Drone-drone pengintai ini pada akhirnya membawa sepasukan militer dan bis-bis sekolah ke Kamp Lubang Abu. Sepasukan Militer yang terlihat seperti manusia tapi ternyata bukan manusia. Lupakan alien-alien dengan bentuk yang aneh-aneh. Karena di buku ini alien berwujud manusia normal, tapi dengan kesadaran alien. Alien yang bukan alien, manusia yang bukan manusia. Hal yang akhirnya disadari Cassie ketika semua sudah terlambat. Ketika Sam dibawa pergi di dalam bis sekolah, ke pangkalan militer mereka. Ketika dia menyaksikan ayahnya ditembak oleh sang Komandan Alien, Vosch. Cassie nyaris tidak selamat ketika mereka memutuskan untuk membumihanguskan Kamp Lubang Abu.

Tapi Cassie berhasil bertahan hidup untuk beberapa lama di hutan, sendirian. Tanpa Cassie sadari, dia sebetulnya tidak sepenuhnya sendirian, karena Gelombang 4, Para Peredam, sudah dimulai. Para peredam adalah para penembak jitu yang bisa dibilang punya kekuatan manusia super juga. Tugas mereka hanya 1, menghabisi manusia-manusia yang berkeliaran. Evan Walker adalah salah satu Peredam.

Evan gagal sebagai peredam ketika dia tidak sanggup menghabisi Cassie. Dia malah membuntuti Cassie di hutan, dan puncaknya, ketika dia mencoba membunuh Cassie, dia justru membawa Cassie pulang dan merawatnya. Kisah 'asmara' antara Evan dan Cassie tidak bertahan lama, Cassie bukan yang bodoh-bodoh banget, dia pun mencurigai kalau Evan adalah seorang peredam. Tapi, pada akhirnya, mereka bisa saling mengerti dan saling menerima satu sama lain.

Cassie punya janji pada Sam, dan dia harus pergi mencari Sam. Evan membantu Cassie menyusup ke pangkalan militer. Di sini dia bertemu kembali dengan Ben, yang sama-sama mau menjemput Sam. Apa yang terjadi kemudian? Bagaimana kisah infiltrasi Cassie ke sarang musuh? Silahkan dibaca langsung di bukunya yah.

Kisah Ben, Sam, dan Evan juga bisa dibaca langsung di bukunya. He3.

Tokoh Cassie mengingatkan kami kepada tokoh Katniss dari The Hunger Games. Sama-sama di usia remaja, dan sama-sama survivor ulung. Insting bertahan hidupnya kuat banget, berani, dan pengambil keputusan yang baik. Kalau misalnya jatuh cinta sama alien bisa disebut kelemahan, yah kami pikir itu justru sisi kemanusiaan yang masih bertahan. Lagipula, Cassie pun sedikit memanfaatkan pengetahuan Evan untuk bisa masuk ke dalam markas musuh.

Buku ini bagus, cocok untuk yang mau baca cerita tentang invasi alien, tapi tidak terlalu suka dengan penggambaran alien yang aneh-aneh. Karena di buku ini aliennya ya 'manusia'. Plotnya cukup menantang dan gaya bahasanya cukup sederhana. Ga ada yang rumit. Masih lebih rumit buku keduanya nanti. Wehehehe.

Sebaliknya, kalau teman-teman justru sukanya alien yang alien banget, yang bentuknya aneh-aneh, ngga manusia gitu, yaa buku ini mungkin kurang pas sih. Karena memang, kurangnya khas alien ini bikin kita merasa ini bukan buku tentang invasi alien.

Saat review ini ditulis, buku ini punya skor 4.06 bintang dari 5 bintang di Goodreads. Bagus nih skornya. Top.

Apa ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di bawah yah.

Oh iya, saat ini, buku ini masih tersedia di tokopedia kami ya. Silahkan klik link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/the-5th-wave-gelombang-5-by-rick-yancey

Quote

Kau baru bisa menyebut seseorang gila jika ada orang lain yang normal. Seperti kebaikan dan kejahatan. Kalau semuanya baik, pasti tidak ada kebaikan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kau tidak tahu apakah kau mampu melakukannya sampai kau melakukannya.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kata Daddy, dunia terbagi menjadi dua kelompok: mereka yang lari dan mereka yang bersarang.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Hanya karena sesuatu bisa terjadi, bukan berarti itu akan terjadi.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Sulit untuk merencanakan apa yang akan terjadi kemudian ketika yang terjadi kemudian bukanlah sesuatu yang kaurencanakan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Dan manusia berpikir. Mereka membuat rencana. Mereka bermimpi, kemudian membuat mimpi itu jadi nyata.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kadang-kadang kau mengucapkan sesuatu untuk meredakan ketakutanmu
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Tapi cepat atau lambat kau harus memilih antara lari atau menghadapi sesuatu yang kaupikir tak mampu kauhadapi.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Bahkan orang yang paling sensitif pun dapat terbiasa pada hal yang paling tidak sensitif.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kekejaman bukanlah sifat. Kekejaman adalah kebiasaan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Tekanan bisa terasa begitu berat, dan kau hancur. Terkadang kau menyerang orang lain. Terkadang kau menyerang diri sendiri.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Ada beberapa hal yang takkan pernah bisa kautinggalkan. Hal-hal yang bukan milik masa lalu. Melainkan milikmu.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kau tidak tahu arti kesepian yang sebenarnya sampai kau mengenal lawan dari kesepian.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Seribu cara. Konsentrasi pada satu cara saja.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Jika dunia telah melanggar satu juta satu janji, bisakah kau memercayai janji yang kesatu juta dua?
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Apa yang tidak membunuh kami memperkuat kami. Memperteguh kami. Mengajari kami.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kita ada di sini, lalu kita mati, dan yang penting bukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kamis, 19 Maret 2020

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham - Misteri Sang Pemanen di Kota Salem

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham ini adalah buku kedua dari seri The Flynn Brothers Trilogy. Sebelumnya, kami juga sudah mereview buku pertamanya, Deadly Night (Malam Mematikan).

Di buku kedua ini kita akan mengikuti kisah Jeremy Flynn. Saudara kedua dari Flynn Bersaudara. Kisah dimulai setelah kejadian yang terjadi di novel Deadly Night. Oh ya, ngga masalah kok kalau belum baca yang Deadly Night, karena ceritanya ngga nyambung. Deadly Night itu kisah Aidan Flynn, saudara tertua dari Flynn Bersaudara. Oke, balik ke ceritanya...

Ceritanya...Jeremy ini mengadakan serangkaian acara penggalangan dana, nah salah satu acara yang dibuat adalah semacam acara debat di radio. Lawan debatnya adalah seorang sejarawan cantik bernama Rowenna Cavanough. Karena novel ini masuk ke genre Romantic Suspense yaa, pasti unsur romannya kuat ya di novel ini. Nah, roman antara Jeremy dan Rowenna ini khas roman banget. Awalnya saling menyangkal, bahkan kayak musuhan, lama-lama akhirnya gulat di ranjang juga. Wakakak. Ini khas roman banget.

Awalnya, setelah acara penggalangan dana selesai, Rowenna dan Jeremy akan berpisah. Rowenna akan kembali ke tempat tinggalnya di Salem. Yup, Salem, tempat yang terkenal banget dengan Salem Witch Trials-nya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Jeremy juga akan pergi ke Salem, karena dia akan membantu temannya mencari istrinya yang hilang di Salem pada malam Halloween.

Rowenna ini sebetulnya kayak punya indra keenam, dia sudah beberapa kali membantu kepolisian Salem dalam memecahkan kasus. Tapi Jeremy orangnya skeptis. Segalanya harus logis lengkap dengan bukti fisiknya. Padahal, tanpa disadari, Jeremy sendiri bisa melihat arwah. Rowenna khawatir Jeremy akan memandangnya buruk jika nanti kepolisian Salem meminta bantuannya pada kasus yang akan diusut oleh Jeremy.

Intuisi Rowenna, dan nasib buruknya, membawa Rowenna ke ladang jagung. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang menghantui mimpi-mimpinya. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang ternyata adalah mayat yang sudah membusuk dan disantap gagak. Penyelidikan pun menjadi lebih intens. Sekarang, mereka tidak hanya mencari orang yang hilang, tapi juga harus mencari pembunuh yang sedang berkeliaran. Pembunuh yang begitu kejam. Pembunuh yang begitu ahli menyamar dan menghilang. Pembunuh yang ingin membangkitkan legenda Sang Pemanen.

Seperti seri pertamanya, novel ini ada unsur supranatural, thriller, dan unsur romannya. Kalau dibandingkan buku pertama, unsur supranatural di novel kedua ini tidak sekuat novel pertama. Novel ini lebih ke thriller detektif sih menurut kami. Supranaturalnya yang hantu-hantuan gitu ada tapi tidak terlalu intens. Kalau unsur roman sih sudah pasti ada, tapi ngga terlalu berlebihan kok. Novel kedua ini titik beratnya lebih ke thrillernya sih menurut kami.

Buku kedua ini ada kesamaan sama buku pertamanya, sama-sama melibatkan pekuburan. Sayangnya, Flynn bersaudara yang lain tidak terlalu banyak terlibat. Paling cuman Zach aja di akhir-akhir cerita. Kalau Aidan ada sekilas di awal cerita.

Buku ini bagus sih. Seru ceritanya. Karena latar ceritanya di Salem, kesan misterinya jadi lebih kuat dan serem. Belum lagi cerita yang di ladang-ladang jagung dan orang-orangan sawah. Tapi thrillernya juga tidak terlalu berat karena ada unsur romannya.

Teman-teman ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di bawah yah.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami. Silahkan klik link di bawah ini yah:
https://www.tokopedia.com/olakalik/deadly-harvest-ladang-mematikan-by-heather-graham

Quote

Namun, masa depan tak bisa diketahui dan akan tetap begitu sampai dia mencapainya.
~ Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Tidak ada jaminan dalam hidup.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dunia mungkin tidak abadi, tapi dia akan selalu ada selama berjuta-juta tahun, sekalipun manusia tidak.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Namun, semua ciptaan alam kembali pada-Nya, menjadi bagian dari alam pada akhirnya.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Harapan adalah sesuatu yang kejam. Rasanya luar biasa bila terkabul. Namun, saat kau mengharapkan sesuatu dan tidak terwujud, harapan itu berubah menjadi sesuatu yang kejam.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dia membuat Dan marah. Orang marah menjadi sembrono. Mereka lalu membuat kesalahan.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Cinta lebih kuat dari kejahatan, dan ada hal yang lebih dari apa yang kauketahui di dunia ini...
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Senin, 16 Maret 2020

The Heart of Glass (Jantung Kaca) by Vivian French ; Kisah Petualangan Fantasi Yang Seru dan Kocak

The Heart of Glass (Jantung Kaca) karangan Vivian French ini adalah buku ketiga dari seri Tales From The Five Kingdoms. Tenang saja, meskipun buku ketiga, buku ini masih enak dibaca meskipun kita belum membaca buku-buku sebelumnya. Kayaknya sih setiap buku punya cerita sendiri-sendiri yah, jadi tidak terlalu masalah kalau kita bacanya lompat-lompat.

The Heart of Glass ini bercerita tentang Pangeran Marcus dan temannya Gracie Gillypot yang sedang berpetualang untuk mencari kurcaci. Ketika sampai di Rimba Muslihat, Gracie terkena jebakan kurcaci yang dibuat oleh para Troll Tua zaman dahulu. Gracie ditelan sebuah pohon! Marcus pun menjadi kebingungan dan panik.

Sementara itu, ditempat Raja Troll, seorang Kurcaci, Bestius, sedang membuat kesepakatan dengan sang Raja. Pesanan mahkota emas untuk pernikahan kerajaan terlalu banyak! Para kurcaci jadi kewalahan dan terpaksa datang meminta bantuan pada Raja Troll. Tanpa sengaja, Bestius membuat kesepakatan yang berbahaya dan mustahil. Seorang troll untuk membantu kurcaci dalam penggalian emas ditukar dengan seorang putri cantik.

Di istana keadaan tak kalah heboh. Putri Marigold menghilang. Dia mengambil gaun pengantin, meminjam kuda poni, dan kereta kuda kakaknya. Semua ini tentu saja membuat kakaknya murka, sedangkan ibunya, Ratu Kesta, menjadi panik. Saat Pangeran Vincent disuruh menjemput Marigold, keadaan bukannya tambah beres, tapi malah tambah kacau. Marcus "menjebak" Marigold untuk mau ikut dengannya, dengan harapan Marigold mau untuk sekedar minum teh dengan Raja Troll. Semuanya agar para kurcaci mau membantu Marcus membebaskan Gracie. Tapi tanpa Marcus ketahui, Gracie ternyata punya petualangannya sendiri di bawah tanah sana.

Novel fantasi ini novel fantasi yang ringan saja. Tapi cerita petualangannya seru dan kocak. Tokoh-tokohnya heboh-heboh banget. Menghibur banget deh bacanya. Cocok buat teman-teman yang sedang mencari bacaan yang menghibur.

Ada yang sudah membaca buku ini juga? Silahkan komen di kolom komentar di bawah yah.

Sabtu, 14 Maret 2020

Buku vs Film: One Shot by Lee Child vs Jack Reacher (Film) - Dua Makhluk Yang Berbeda

Oke...marilah kita bikin kesepakatan. Film Jack Reacher ini hanyalah...hanyalah...adaptasi dari salah satu novel karangan Lee Child, yang berjudul One Shot. Segala kemiripan ataupun ketidakmiripan dapat terjadi dalam bentuk apa saja, sebanyak apa pun. Agak lebay, tapi itulah kenyataannya.

Film Jack Reacher ini hadir di bioskop-bioskop tercinta pada tahun 2012, diadaptasi dari novel Lee Child yang berjudul One Shot yang terbit di tahun 2005. Lama juga kan ya adaptasinya. Kami kemarin baru bikin review si One Shot ini. Meskipun bukunya alurnya agak lambat, tapi ceritanya tetap seru, karena reacher berusaha memecahkan sebuah teka-teki kriminal. Lalu, untuk pembanding, kami menonton film adaptasinya.

Oke, sebelum masuk ke filmnya, mari kita gosipin Tom Cruise dulu, yang jadi tokoh Jack Reacher di film. Kami pernah menyinggung masalah ini sedikit di review novel Lee Child yang Die Trying. Secara fisik, Tom Cruise sebetulnya tidak pas untuk memerankan Jack Reacher. Kenapa? Karena di bukunya, Jack Reacher itu raksasa. Tinggi Jack Reacher itu seharusnya 190-an cm dengan berat sekitar 110kg. Bayangin segede apa coba yee kann orangnya. Buat gambaran, artis yang paling mendekati dengan fitur Jack Reacher, tiada lain tiada bukan adalah....Dwayne (The Rock) Johnson. Tapi kami ngebayangin Jack Reacher itu lebih lean sih, tanpa otot-otot berlebih ala The Rock. Tapi karakternya Tom Cruise memang cocok dengan tokoh Jack Reacher. Kalau The Rock, agak terlalu komedi. Ya ngga sih?

Oke, udahan dulu gosipnya. Sekarang mari kita membahas filmnya. Oh iya, Spoiler Warning! Review ini mengandung spoiler!

Dari awal film...sudah berasa bedanya. Makin ke tengah film, akhirnya kami menyerah. Buku dan film adalah dua makhluk yang berbeda. Cuman tokoh utama, dan cerita garis besarnya aja yang sama. Mari kita bahas beberapa perbedaannya.

Meteran Parkir
Ini sih trivial banget ya. Tidak penting tapi kelihatan banget. Di buku meteran parkir dibayar untuk per jam. Di film, hanya 30 menit saja.

Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Ini sih beda banget antara buku dan film. Kami sih menduganya karena mungkin produser tidak berhasil menemukan lokasi yang mirip. Di buku, lokasi penembakan adalah di sebuah gedung parkir baru yang masih dalam masa konstruksi tapi terbengkalai. Jarak dari gedung parkir lama tempat penembak parkir ke gedung parkir baru lokasi penembakan sekitar 35 langkah Jack Reacher. Di film? Lokasi Penembakan cuman paling 5 langkah dari lokasi parkir. Orang cuman di sebelah doang.

Jam penembakan juga beda. Di buku penembakan terjadi di sore hari saat jam rush hour, saat orang-orang pulang kantor dengan berbondong-bondong. Di film, hari masih terang. Suasana sepi.  Lokasi korban juga beda jauh. Di buku, korban terjebak di jalan sempit antara dinding kolam dengan alun-alun, menjadikan mereka seperti bebek target. Di film, korban-korban ada di taman luas, terpencar-pencar. Perbedaan lokasi korban ini menjadikan peristiwa penembakan juga berbeda antara buku dengan film. Di buku, penembakan terjadi dengan cepat, sedangkan di film, bahkan jedanya saja lama.

James Barr & Linsky
Ini paling ngeselin sih, beneran. Plot di awal film ini merusak segalanya. Merusak segala unsur teka-teki kriminal yang harusnya menjadikan film ini seru dan menegangkan. Masa iya, dari awal udah ketahuan kalau pelakunya bukan Barr? Di buku, kita benar-benar ngga tahu lho Barr itu bersalah atau tidak. Bukti-bukti menunjukkan Barr bersalah, bahkan Reacher sendiri yakin kalau Barr bersalah.

Satu lagi karakter yang bikin geleng-geleng kepala, Linsky. Linsky ini harusnya sudah tua, dan cacat tulang punggung. Tapi di film Linsky kemudaan.

Bosan
One shot itu cerita thriller detektif yang temponya slow banget, dibikin film kalau ngga hati-hati bisa bikin bosen. Sayangnya, inilah yang kami rasakan. Filmnya bikin bosen, hiks. Buat penggemar bukunya, segala perbedaan ini akan bikin capek bin gemes. Kurang oke. Banyak plot-plot yang sebetulnya tidak perlu. Plot yang seru di bukunya, di film malah tidak ada. Kemungkinan besar karena beberapa tokoh kunci dihilangkan. Satu-satunya adegan yang bisa dibilang menghibur adalah adegan kejar-kejaran mobil. Yah, lumayan lah buat menghilangkan kebosanan. Ada hiburannya tersendiri.

Rosemary Barr vs Helen Rodin
Di buku, Rosemary Barr ini adik James Barr, dan dia salah satu tokoh kunci di kisah ini. Tapi karena tokoh Rosemary ini dihilangkan, Helen Rodin lah yang menjadi korban penculikan.

Pertarungan Reacher vs Charlie
Wah, ini lumayan bikin kesel juga sih. Adegan pertarungan Reacher di film ini sangat tidak Reacher sekali. Tidak sesuai dengan karakter Reacher. Di novel, Reacher adalah orang yang sangat efisien dan berkepala dingin dalam menyingkirkan musuh. Dia selalu memastikan bahwa semuanya beres total. Jadi, adegan di film itu tidak masuk akal. Buat apa Reacher menantang Charlie dalam adu jotos sementara dia bisa menembak Charlie dengan diam-diam dan langsung beres?

Ending
Kita angkat tangan banget deh. Endingnya juga beda banget. Cukuplah kami bilang kalau kami lebih suka ending di bukunya.

Kesimpulannya. Jelas. Kami lebih memilih bukunya dibandingkan filmnya. Jauuh. Tapi rating IMDB film Jack Reacher ini lumayan bagus sih, 7. Kalau belum membaca bukunya, film ini mungkin lumayan oke sih. Walaupun buat kami pun film ini terlalu lambat temponya sebagai film action. Tapi kalau sudah baca bukunya...saran kami hanya satu. Film dan bukunya adalah dua makhluk yang berbeda...bedanya banyak.

Apa teman-teman ada yang sudah menonton film dan membaca bukunya juga? Gimana tanggapannya? Silahkan komen di bawah yah.

Pic film: By Source, Fair use, https://en.wikipedia.org/w/index.php?curid=37219725

Jumat, 13 Maret 2020

Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child - Memecahkan Teka-Teki Mematikan

Buku ini adalah buku kesembilan dari seri Jack Reacher. Kami sebelumnya sudah mereview buku kedua seri ini yang berjudul Die Trying. Buku ini berbeda banget sama Die Trying, makannya agak kaget juga awalnya. Di Die Trying, ceritanya berat di action-action fisik, pertarungan, dan tembak menembak. Di buku One Shot ini, pertarungan bisa dibilang cuman ada di awal dan akhir buku. Selebihnya, kita akan melihat bagaimana Reacher memecahkan teka-teki kriminalitas yang mematikan. Ini bukan berarti buku ini ngga seru lho, buku ini cukup menegangkan, ada adegan kucing-kucingan yang bisa bikin pembaca deg-deg-an. Buku ini juga sudah di filmkan, jadi nanti akan ada postingan Buku vs Film juga.

Kami tidak tahu kenapa buku ini diberi judul One Shot, karena di ceritanya justru ada enam tembakan yang menjadi sumber masalah. Tapi kalau di wikipedia sih katanya judul buku ini berdasarkan kepercayaan para penembak jitu di militer, "One Shot, One Kill".

Enam tembakan, lima orang tewas. Sang pembunuh yang seorang penembak jitu ternyata meninggalkan bukti dimana-mana. Bukti-bukti yang sempurna dan tak terbantahkan. Tetapi, ternyata sang tersangka berkata "Kau menangkap orang yang salah. Cari dan bawa Reacher padaku.".

Jack Reacher bukan orang yang mudah ditemukan. Dia hanya akan ditemukan kalau memang mau ditemukan. Jack Reacher datang dengan sendirinya, bukan karena dicari, tapi karena dia memang ada masalah lama dengan sang tersangka. Dan dia ingin menyelesaikannya. Tapi Reacher orang yang berkepala dingin, dan dia bisa melihat jika ada sesuatu yang tidak beres. Maka dimulailah pemecahan teka-teki penembakan berdarah dingin itu.

Masalah menjadi rumit karena tersangka koma, dan amnesia, tak bisa mengingat apapun yang terjadi seminggu belakangan, saat dia dituduh melakukan penembakan. Masalah menjadi lebih rumit ketika ada orang-orang yang berusaha menyingkirkan Reacher, dengan berbagai cara. Ketika seorang gadis yang tidak bersalah terbunuh, Reacher pun memutuskan untuk tinggal dan mencari siapa dalang di balik semua kejahatan keji ini.

Di novel One Shot ini Reacher karakternya tenang banget, waspada, penuh perhitungan, cerdik, dan mengendap-endap. Kami agak lupa sih karakternya Reacher di Die Trying, tapi kayaknya sih tidak setenang di buku ini. Mungkin karena ceritanya juga beda jauh sih. Kalau Die Trying memang banyak adegan fisiknya, kalau di One Shot ini lebih ke permainan otak. Karakter Reacher di buku ini mengingatkan kami pada karakter Charlie Parker di buku The Killing Kind karya John Connolly.

Menurut kami buku ini seru, serasa melihat permainan kecerdasan. Memang pertarungan fisiknya tidak banyak, tapi tetap seru dan menegangkan. Di Goodreads buku ini juga ratingnya bagus banget, 4.21 bintang dari 5 bintang.

Ada yang sudah baca buku ini juga? Silahkan komen di bawah yah.



Quote

Detail dan konteks akan memudar dan tidak bisa dikembalikan dengan utuh, namun perasaan dan pengalaman akan terus terjalin sepanjang waktu menjadi sebuah permadani yang penuh dengan masa-masa indah sekaligus buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Karena ketika seseorang mengambil pilihan B yang jelek dan bukannya pilihan A yang bagus, maka pasti ada alasan di baliknya. Dan semua alasan mengandung arti.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Seseorang yang menyesal akan menunggu kesempatan untuk bisa mengaku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Motivasi manusia itu sangat rumit. Kebanyakan orang tidak tahu kenapa mereka melakukan hal-hal yang mereka lakukan.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Sesuatu memiliki arti, bergantung siapa yang melihatnya
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Lebih sering aku waspada, lebih beruntung diriku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Kau tidak pernah punya alibi ketika kau membutuhkannya. Itu hukum alam.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Semua orang selalu bicara.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Pada akhirnya, semuanya adalah tentang menunggu. Menunggulah, dan hal-hal yang baik akan datang padamu. Dan juga hal-hal yang buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.