Cari Review Buku

Sabtu, 21 September 2019

Agatha Mystery 2: Misteri Hilangnya Mutiara Benggala - Serial Detektif Remaja yang Ringan

Waktu kami pertama kali membaca judul buku ini, kami langsung terpikir satu nama, Agatha Christie. Iya dong, Agatha mana lagi yang terhubung erat dengan kasus-kasus misterius? Awalnya kami kira buku ini semacam spin off Agatha Christie, tapi kayaknya sih bukan ya. Tapi kalau terinspirasi mungkin iya.

Seri Agatha Mystery ini menceritakan tentang petualangan saudara sepupu Agatha dan Larry Mystery. Yes...Mystery itu nama keluarga mereka. Larry ingin menjadi seorang detektif, dan dia belajar di sebuah sekolah khusus untuk para calon detektif. Sedangkan Agatha, dia ingin menjadi seorang penulis cerita misteri (kaan, kemungkinan besar inspirasinya dari Agatha Christie). Di buku kedua ini, Larry ceritanya mendapatkan tugas dari sekolahnya untuk memecahkan misteri hilangnya sebuah mutiara keramat dari salah satu kuil di India.

Agatha Mystery ini menurut kami ceritanya lumayan bagus dan enak membacanya. Memang, untuk ukuran novel detektif remaja sekalipun, ceritanya agak terlalu ringan sih menurut kami. Kalau dibandingkan dengan serial lima sekawan, novel ini jauh lebih lebih sederhana ceritanya. Novel ini cocok untuk teman-teman yang sedang mencari bacaan ringan yang menghibur. Atau sebagai bacaan untuk para remaja yang senang cerita detektif yang tidak terlalu kompleks ceritanya.

Apa ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar yah.

Quote

"Kalian jangan sampai lupa betapa pentingnya orangtua kalian, teman-temanku sekalian," bisiknya. "Dan indahkan selalu nasihat mereka, kadang-kadang memang benar!"
~Agatha Mystery 2: Misteri Hilangnya Mutiara Benggala by Sir Steve Stevenson


Kamis, 19 September 2019

Buku vs Film: A Time to Kill - Sama-Sama Bagus dengan Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing

Okay, sebelumnya kami sudah mereview buku A Time To Kill karangan John Grisham ini. Buat kami, buku ini bagus banget dan seru. Gaya berceritanya juga enak. Untuk review lengkapnya silahkan langsung ke postingan review bukunya yah. Nah, karena kami juga sudah menonton filmnya, sekarang saatnya membandingkan antara film dan bukunya. Manakah yang lebih bagus? Apa aja kelebihan dan kekurangannya? Tentu saja ini opini pribadi kami yaa.

A Time to Kill ini film lama. Film tahun 1996. Pemeran utamanya ada Sandra Bullock (sebagai Ellen Roark), Samuel L. Jackson (sebagai Carl Lee Hailey), dan Matthew McConaughey (sebagai Jack Brigance).

Okay, sampai di sini mari kita bahas dulu soal perannya Sandra Bullock sebagai Ellen Roark. Sejujurnya yah, kami tidak terlalu suka dengan tokoh Ellen Roark di novelnya. Kenapa? Menurut kami, tokoh Ellen Roark ini semacam tokoh pengganti untuk mengisi kekosongan tokoh wanita pendukung. Ellen Roark muncul setelah Carla, istri Jack Brigance, pergi mengungsi ke rumah orangtuanya karena situasi yang mulai membahayakan. Ellen Roark ini menurut kami memberikan plot sampingan yang tidak perlu, yaitu hampir terjadinya affair antara Ellen Roark dan Jack Brigance. Tokoh yang menurut kami sebenarnya krusial, yaitu salah satu juri yang menyebabkan terjadinya keputusan bulat, Wanda Womack, justru dihilangkan dari film. Ini menurut kami sangat disayangkan sekali. Di film, peran Wanda Womack ini dialihkan ke peran Jack Brigance.

Sekarang mari kita lihat dari sisi ceritanya. Secara garis besar, film dan bukunya sama kok. Menurut kami sih sudah sesuai antara novel dan film. Tapi secara detail, tentu saja novelnya lebih detail. Ada beberapa bagian di film yang menurut kami akan lebih jelas latar belakangnya kalau kita sudah baca novelnya. Soal ending, sama-sama ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Untuk keputusan pengadilannya, kita lebih suka yang di novel. Lebih detail dan rasanya lebih masuk akal. Tapi filmnya seperti menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ending di bukunya. Jadi lebih bulet lah ceritanya, lebih tuntas. Seperti pertanyaan "Kemanakah KKK pada akhirnya?" atau "Bagaimana dengan reaksi Carla?"

Film ini film lama banget, film tahun 1996. Kalau misalnya teman-teman bertanya-tanya, akankah film ini di remake? Kami tidak tahu juga sih, tapi kemungkinan sih tidak ya. Alasan utama kemungkinan adalah soal isu rasisme yang diangkat cerita A Time to Kill. Kalau di film, entah kenapa rasismenya terasa banget. Beda dibandingkan saat membaca bukunya. Kalau kita membaca buku, kita seperti bisa set mindset kita dulu. Bahwa ini kejadian di tahun sekian, saat masa-masa itu. Seperti itu kira-kira. Belum lagi masalah adanya KKK, ini bisa jadi topik yang sangat sensitif.

Kesimpulan kami, film dan novel A Time to Kill sama-sama bagus dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kami merekomendasikan dua-duanya.

Ada yang sudah nonton film dan baca bukunya juga? Gimana pendapatnya? Silahkan berikan komentarnya yah ^_^

Senin, 16 September 2019

Xi You #5: Cerita Perjalanan Ke Barat - Akhirnya Selesai Juga Perjalanan yang Berat Itu

Akhirnya....perjalanan Biksu Tang dan murid-muridnya bisa selesai di buku Xi You yang ke lima ini. Perjalanan yang berat dan lama, 14 tahun lho, lama banget kan. Sepanjang perjalanan banyak banget rintangan yang menghadang, terutama dari serangan siluman-siluman yang pengen banget memakan daging Biksu Tang, kalau silumannya perempuan, malah pengennya menikahi Biksu Tang. Rintangan dari sesama manusia biasa juga ada, bentuknya biasanya berhubungan dengan para penyamun. Tapi akhirnya semua bisa berakhir bahagia.

Kita tidak akan terlalu banyak membahas dari segi ceritanya, karena sebenarnya sama saja dengan buku-buku sebelumnya. Kebanyakan yang dilawan siluman, lalu bisa selesai dengan kecerdikan Wukong dan pertolongan para Dewa. Karena ini buku terakhir, kita mau bahas secara keseluruhan secara umum saja.

Oke, pertama, mari kita bahas dari segi cerita. Xi You ini bercerita tentang perjalanan Biksu Tang serta murid-muridnya untuk mengambil kitab suci ke barat (India). Berbagai rintangan menghadang. Nah, 90% dari rintangan-rintangan yang ada berhubungan dengan siluman, dan jujur saja, agak repetitif. Rumusannya kira-kira begini: Biksu Tang diculik siluman → Wukong berusaha menolong → Kalau tidak berhasil, minta bantuan Dewa → Biksu Tang selamat...Horee... Hal inilah yang sempet bikin kami susah banget menyelesaikan buku keempat dari novel ini. Di buku keempat udah mulai bosen dong, masa iya masalahnya itu-itu terus? Tapi jangan salah sangka, ceritanya berbeda kok (walaupun dengan rumus masalah yang sama), dengan siluman yang berbeda tentunya. Tapi buku kelima ini justru lebih mudah dinikmati. Meskipun problemnya masih sama ya, tapi lebih enak aja baca ceritanya, mungkin juga karena pengen cepat-cepat tahu gimana endingnya kali ya.

Kedua, mari kita bahas tokoh-tokohnya. Enaknya ngulik satu-satu kali ya...

Biksu Tang Sanzang
Biksu Tang melambangkan roh manusia yang harus mengendalikan empat sifat manusia yang dilambangkan oleh murid-muridnya. Jujur, sepanjang empat buku kami merasa Biksu Tang itu tidak banyak perkembangan karakternya. Naif banget, dan gampang terhasut sama Bajie. Di buku kelima ini bahkan Wukong sampai berkata begini...

"Memang sungguh mengherankan, perjalanan kita sudah sebegini jauhnya. Padahal Guru sendiri juga sudah sering jatuh ke tangan siluman yang jahat. Tapi kenapa Guru masih belum juga sadar akan adanya bahaya? Sedangkan aku, entah berapa banyak siluman jahat yang kubunuh karena ingin menyelamatkan Guru dari bahaya maut. Sekarang kenapa pula kita harus menolong siluman jahat itu, Guru?"
~ Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

See...muridnya saja bisa bilang begitu. Apa mungkin, beginilah sifat roh manusia? Naif, tanpa rasa curiga. Tapi di buku kelima ini ada perkembangan karakternya kok, meskipun sedikit. Biksu Tang mulai bisa cemas kalau misalnya ada potensi bahaya, mulai bisa galak sama Bajie, juga mulai bisa menuruti apa kata-kata Wukong. Ada perkembangannya, tidak signifikan, tapi cukup berarti.

Sun Wukong
Sun Wukong itu melambangkan otak atau kecerdasan manusia yang selalu digunakan untuk mencari jalan atau akal guna memecahkan suatu masalah. Kami paling suka dengan tokoh Sun Wukong ini karena dia lah yang perkembangan karakternya paling signifikan. Dari yang nakal, kejam, tanpa pandang bulu, berubah menjadi tokoh yang banyak akal, bijaksana dan bahkan bisa bersabar. Perkembangannya bagus banget. Jadi kita senang membaca cerita kisah Sun Wukong ini.

Zhu Bajie
Zhu Bajie melambangkan keserakahan dan hawa nafsu manusia, sehingga sering terjerumus. Kalau misalnya harus ada tokoh menyebalkan dalam sebuah cerita, nah Zhu Bajie inilah tokohnya. Tidak ada yang berubah dari Bajie. Bahkan di buku kelima ini Bajie seperti anak kecil banget. Gampang ngambek dan mengeluh. Bajie baru berubah ketika perjalanan sudah berakhir dan dia sudah disucikan. Itupun dia masih bisa mengeluh pada Buddha. Memang kocak-kocak menyebalkan tokoh yang satu ini.

Sha Wujing
Sha Wujing melambangkan kelemahan manusia. Ia mempunyai keinginan baik, tetapi tak sanggup menghadapi godaan. Sha Wujing ini sayangnya tokoh yang mudah dilupakan. Waktu dulu nonton serial televisinya saja, kami paling tidak ingat namanya Wujing. Perannya kurang signifikan, sifatnya pun biasa saja. Baik... Sudah, itu saja. Dalam pertarungan melawan siluman pun Wujing kurang luar biasa. Memang yang paling mudah diingat kan tokoh yang ekstrem gitu kan ya. Wukong nakal banget, Bajie rese banget, gampang diingat kan ya karena memberi kesan tersendiri. Agak disayangkan sebetulnya, karena Wujing ini sebenarnya pekerja keras yang jarang mengeluh.

Kuda Putih
Kuda Putih tunggangan Biksu Tang ini melambangkan tubuh manusia. Karena dia kuda, ya tidak ada perkembangan karakternya lah ya. Cuman asyik juga kalau pas membaca cerita dimana sang kuda putih menunjukkan kalau dia bukanlah kuda biasa.

Terlepas dari beberapa kekurangannya, novel Xi You ini novel klasik yang bersejarah. Ceritanya sudah diadaptasi kemana-mana dengan berbagai variasi cerita. Psst...Sekali ini kita bisa bilang, adaptasi layar kaca dan layar lebarnya lebih seru. Heran kan? Wakakakak. Tapi kalau mau tahu bagaimana cerita asli dari serial Kera Sakti, buku inilah yang wajib dibaca. Novelnya termasuk novel yang ringan dibaca. Siapa pun bisa menikmati membaca novel ini. Pesan moralnya banyak banget. Buku bagus kok ini.

Gimana? Teman-teman ada yang sudah membaca buku ini? Gimana kesan-kesannya?

Buku ini masih tersedia yah di Tokopedia kami. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/xi-you-5-cerita-perjalanan-ke-barat-by-wu-cheng-en

Quote

"Cukup kalau yang mulia mengurangi kesukaan pada paras elok dan melakukan kebaikan, marabahaya tentu tak akan datang,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Apa Guru lupa, sejak zaman dahulu gunung tak pernah merintangi perjalanan, jalanlah yang melintasi pegunungan."
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Tenang, Guru, tak usah mengkhawatirkan apa pun. Bukankah orang zaman dahulu mengatakan: Barang siapa yang ingin hidup senang, ia harus bekerja keras?"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"... Tapi karena kau tak merasakan sulitnya petani itu menanam padi, kau jadi membuang-buang nasi seenaknya. Padahal, nasi ataupun makanan tak boleh kau sia-siakan begitu saja! ... "
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En

"Siapa yang lemah lembut, dialah yang bisa mengembara di muka bumi. Tapi siapa yang bersikap kasar, maka ia akan sulit melangkah,"
Xi You #5: Cerita Perjalanan ke Barat by Wu Cheng En


-----------


Senin, 09 September 2019

A Time To Kill karangan John Grisham - Saat Rasa Keadilan dan Moral Diuji

Novel A Time To Kill ini pertama kali terbit di tahun 1989. Novel ini adalah novel pertamanya John Grisham, dan termasuk novel yang pada awalnya sulit mendapatkan penerbit. Wynwood Press akhirnya mau menerbitkan novel ini dan mencetaknya sebanyak 5000 kopi saja. Tapi, saat penerbit Doubleday menerbitkan novel Grisham yang lain, The Firm, Wynwood Press merilis lagi novel ini yang kemudian malah menjadi best seller. Pada tahun 1996, A Time To Kill diadaptasi ke layar lebar dan dibintangi oleh Sandra Bullock, Matthew McConaughey, dan Samuel L. Jackson. Kita belum nonton filmnya, jadi saat ini belum bisa kasih perbandingan antara film dan bukunya. Tapi kalau nanti sudah nonton, review ini akan kita update yah.

Yang perlu banget digarisbawahi soal novel ini antara lain adalah, satu, genre novel ini adalah legal thriller. Ceritanya akan ada di sekitar dunia hukum dan pengadilan. Seputar proses pengadilan, pengacara, hakim, dan juri. Sistem pengadilannya tentunya sistem pengadilan Amerika Serikat yah. Kedua, latar belakang novel ini adalah di kota Clanton, Mississippi di tahun 1980an. Tahun dimana ketegangan rasial masih tinggi. Jadi ini buat pegangan kita buat membaca buku ini yah.

A Time To Kill ini bercerita tentang Carl Lee Hailey, seorang ayah berkulit hitam yang membunuh dua orang kriminal kulit putih yang telah memperkosa dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap anak perempuan Carl Lee yang masih berusia 10 tahun. Pemerkosaan brutal dan percobaan pembunuhan yang tanpa ampun terhadap anak perempuannya ini menjadikan Carl Lee gelap mata dan merencanakan pembunuhan kepada kedua kriminal ini. Pembunuhan pun terlaksana, tepat di gedung pengadilan tempat kedua kriminal diadili. Hal ini tentu saja menimbulkan kehebohan. Bukan hanya karena terjadi pembunuhan di gedung pengadilan, tapi juga karena seorang kulit hitam membunuh dua orang kulit putih.

Kasus ini jadi kasus besar. Media banyak yang meliput. Sang Jaksa, Buckley, sangat bernafsu untuk memenangkan kasus ini demi keuntungan pribadi dia sendiri, bukan sekedar rasa keadilan. Pengacara berebutan untuk mendapatkan kasus ini, bahkan Jake Brigance sendiri awalnya cukup menikmati sorotan media dan sempat bermain lempar-lemparan perhatian media dengan Buckley. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan kasus ini demi kepentingan pribadi mereka.

Sayangnya, perhatian ini tidak hanya berasal dari media. Kasus ini juga sangat serius hingga mengancam keselamatan Jake dan keluarganya. Rumahnya nyaris di bom, keluarganya harus mengungsi, para calon juri diancam, bahkan pegawai Jake diserang hingga memakan korban jiwa. Belum lagi percobaan pembunuhan terhadap Jake dan pembakaran rumah pribadinya.

Buku ini menurut kami sangat bagus. Meskipun tentang dunia hukum dan pengadilan, jangan khawatir, karena gaya menulis dan bercerita di novel ini sangat ringan sekali. Kita tinggal menikmati saja ceritanya. Novel ini pun selera humornya cukup bagus. Jadi meskipun tegang, ya ngga tegang-tegang banget. Enak banget bacanya.

Novel ini bisa kita bilang cukup menggelitik moralitas dan rasa keadilan para pembacanya. Jujur ya, kalau kita logis banget orangnya, akan sangat sulit untuk memilih siapa yang salah dan siapa yang benar. Kalau pilih A mungkin kita benar dan adil, tapi apakah ada empati dan rasa kemanusiaannya? Tapi kalau berdasarkan rasa kemanusiaan dan empati, kita akan mudah banget memilih pihak, tapi di sisi lain, kita akan bertanya-tanya, apakah ini keadilan yang benar? Hal ini lah yang menurut kami diaduk-aduk banget di novel ini. Belom lagi masalah moralitas para tokoh-tokohnya. Jangan salah, semua tokoh di novel ini manusia biasa semua, wakakak. Hampir semua tokoh kuncinya memanfaatkan kasus Carl Lee untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Bahkan Jake dan tokoh Pendeta Agee punya perannya masing-masing dalam hal ini.

Meskipun novel ini novel yang bertemakan hukum, tapi cerita pengadilan Carl Lee Hailey baru dimulai di sepertiga terakhir buku. Ini buku yang tebal lho, 759 halaman. Ceritanya runut dan prosesnya kalau menurut kami cukup detail. Proses menuju sidang diceritakan dengan bagus banget, apa saja yang terjadi, apa saja yang dilakukan para tokoh-tokoh di buku ini, dan segala macam persiapannya. Oh iya, novel ini adalah novel yang cukup bersih dari bumbu-bumbu vulgar.

Kekurangan novel ini tidak banyak kalau menurut kami yah. Ada beberapa tokoh yang menurut kami kurang signifikan. Sebagai pemanis dan penambah ketegangan saja, terkesan memberikan kontribusi padahal sebetulnya tidak perlu-perlu amat. Bahkan kayaknya, hanya seperti pengisi kekosongan saja. Endingnya bagus tapi masih menyisakan beberapa pertanyaan di beberapa aspek. Seperti apa yang kemudian terjadi pada keluarga para juri setelah sidang?; Kemanakah KKK setelah sidang? Apakah mereka membubarkan diri atau balas dendam?; Bagaimana kabarnya Roark? Bagaimana reaksi Carla begitu tahu rumahnya sudah terbakar habis?

Teman-teman sendiri ada yang sudah membaca buku ini? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar ya.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami yah. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/a-time-to-kill-saat-untuk-membunuh-by-john-grisham

Quote

"Sistem kita mencerminkan masyarakat kita. Tidak selalu adil, namun sama adilnya seperti sistem di New York, atau Massachusetts, atau California. Bisa seadil atau sebisa yang dikehendaki oleh emosi manusia."
~ A Time To Kill by John Grisham

"Sayang, Jagoan. Seharusnya kau tidak bicara terlalu banyak. Mulut besar bisa terbakar."
A Time To Kill by John Grisham

"Dan kalau kau kalah?"
"Itu masih tanda tanya. Tapi aku tak bisa kalah dalam sesuatu yang tak kumiliki."
A Time To Kill by John Grisham

Lucien sudah mengajarinya bahwa rasa takut itu baik; rasa takut adalah sekutu; bahwa setiap pengacara tentu ketakutan ketika ia berdiri di hadapan dewan juri baru dan mengajukan kasusnya. Bukan masalah untuk merasa takut, cuma jangan perlihatkan.
A Time To Kill by John Grisham

Bersahabatlah dengan perasaan takut, kata Lucien selalu, sebab ia takkan pergi, dan ia akan menghancurkanmu kalau dibiarkan tak terkendali.
A Time To Kill by John Grisham

Rabu, 04 September 2019

Skyward karangan Brandon Sanderson - Saat Impian Terhalang Pengkhianatan Masa Lalu

Skyward ini merupakan salah satu novel fiksi ilmiah yang mengangkat tema perang antar planet. Jadi buat yang suka sama novel-novel tema ini, siap-siap aja nih buat punya koleksi baru. Kabarnya, Skyward ini akan menjadi tetralogi. Skyward ini baru terbit November 2018 kemaren, tapi reaksi pembacanya udah bagus banget. Rating Goodreads-nya 4.5 bintang dari 5 bintang. 20ribuan orang (apa akun? ha3) ngasih bintang 5. Jadi buku ini oke banget lah ya buat dilirik.

Skyward bercerita tentang Spensa, gadis berumur 17 tahun yang tinggal bersama sekelompok orang lainnya di dunia yang sudah menjadi puing yang diberi nama Detritus. Mereka ini selalu diserang alien dari bangsa Krell. Spensa punya impian untuk menjadi pilot pesawat tempur dan bergabung dengan DDF, pasukan pertahanan, sama seperti ayahnya dulu.

Tapi impian tinggallah impian. Ayahnya dulu berkhianat dan meninggalkan pasukannya di tengah-tengah peperangan. Kenyataan ini menjadikan peluang Spensa untuk menjadi pilot pesawat tempur sangat kecil. Bahkan, meskipun punya nilai tes yang hampir sempurna, Spensa tentap tidak lulus tes masuk akademi. Untungnya, mantan kopilot ayahnya, Cobb, yang sekarang menjadi pengajar di akademi melihat usaha dan nilai Spensa. Spensa pun diberikan kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan Cobb.

Meskipun sudah bisa masuk ke akademi, hidup Spensa tidak menjadi lebih mudah. Dia tidak boleh tinggal ataupun makan di asrama. Spensa terpaksa tinggal di sebuah gua yang kebetulan sudah ada penghuninya...sebuah bangkai pesawat tempur canggih yang punya kecerdasan artifisial. Bersama temannya Rodge, Spensa mulai memperbaiki pesawat itu.

Pesawat tempur itu ternyata bernama M-Bot, dia sengaja ditinggal di gua oleh pemilik sebelumnya. Sayangnya memorinya sudah rusak, jadi M-Bot tidak tahu kenapa dia bisa berada di sana dan siapa pemilik sebelumnya. Yang M-Bot tahu hanya bahwa dia harus diam dan tidak menunjukkan dirinya ke publik.

Sementara itu pasukan Krell masih terus menyerang. Teman sekelas Spensa pun beberapa berguguran. Sayangnya, pada akhirnya Spensa dikeluarkan dari akademi karena dia melontarkan diri keluar pesawat saat perang berlangsung. Tapi, dia justru berhasil menyelamatkan koloninya menggunakan M-Bot. Dengan bantuan M-Bot, Spensa akhirnya mengetahui siapa sebenarnya para alien itu, kenapa mereka menyerang, apa yang terjadi pada ayahnya, dan tentang bakat khusus yang dimilikinya.

Banyak yang suka dengan buku ini, plotnya menarik dan asik, pengembangan karakternya bagus, gaya menulisnya juga menghibur dan lucu.

Yang tidak suka dengan buku ini rata-rata sepertinya tidak suka dengan tokoh utamanya Spensa. Spensa dinilai terlalu menyebalkan dan kekanak-kanakan. Hmm...tapi ini mengingatkan kami pada novel Gone With the Wind. Scarlett itu tokoh yang luar biasa menyebalkan lho, udah genit, licik, cinta sama suami orang, apa yang bagus coba? Wakakak, tapi di balik itu semua Scarlett adalah seorang pekerja keras yang cerdas, pemberani, dan rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Sepertinya, untuk membaca buku ini kita perlu mencoba membuka pikiran dan menyelami apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan Spensa, bagaimana dia berkembang, dan apa yang kemudian dia capai.

Ada yang sudah baca buku ini? Gimana menurut teman-teman? Silahkan diskusi di kolom komen di bawah yah.

---

Buku ini tersedia di:

1. BookDepository

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.