Tintenblut - Inkspell adalah buku kedua dari trilogi Inkheart karangan Cornelia Funke. Seperti buku pertamanya, Inkheart, Inkspell ini juga sama-sama tebal, bahkan lebih tebal kalau menurut kami.
Kali ini Inkspell mengisahkan Mo, Meggie, Resa, Farid, Dustfinger dan beberapa tokoh lain yang akhirnya masuk dan berpetualang ke dalam buku Inkheart. Dunia Inkheart bisa dibilang berubah banyak sekali dari kisah aslinya yang ditulis oleh Fenoglio. Ada tokoh-tokoh baru yang bisa dibilang diciptakan sendiri oleh Fenoglio. Menghilangnya tokoh-tokoh lama juga bisa saja menjadi penyebab berubahnya alur cerita di dalam dunia Inkheart.
Dibandingkan buku pertamanya, Inkheart, plot di novel Inkspell ini terasa sedikit lebih lambat, atau yah...lambat. Kami agak kesulitan menyelesaikan membacanya karena kayaknya alur ceritanya terasa lama. Jadi serasa pengen nyari spoiler biar bisa cepet tahu endingnya, hahaha...
Inkspell juga lebih mengaduk emosi karena tokoh-tokohnya juga penuh emosi terpendam. Mo lebih paranoid. Meggie mulai menunjukkan gejala pemberontakan dan egoisme remaja. Farid, antara jatuh cinta dan terlalu memuja Dustfinger. Fenoglio yang menurut kami serampangan dalam bersikap dan bertindak. Dan yang paling menggemaskan adalah, kecemburuan antara Farid dan Roxanne. Mungkin banyaknya permainan emosi inilah yang menyebabkan Inkspell alurnya terasa lamban.
Dibandingkan buku pertamanya, Inkspell juga bisa dibilang lebih gelap. Kemalangan yang tak berkesudahan.
Dibalik kekurangannya, Inkspell sebenarnya tetap bagus kok dan menarik untuk dibaca. Inkspell juga kan novel kedua dari trilogi Inkheart, jadi kalo ngga dibaca gimana gitu ya, penasaran juga khann. Ha3.
Di Inkspell kita melihat bagaimana para tokoh-tokohnya berkembang. Bagaimana para tokoh bisa bertahan hidup di dunia Inkheart yang sudah banyak berubah. Bagaimana sikap Fenoglio sendiri yang harus menghadapi kenyataan bahwa cerita karangannya jadi amburadul tidak seperti yang sudah dia buat.
Tapi satu hal yang saya suka dari Inkspell, di sini Dustfinger jadi lebih berani, lebih bisa diandalkan, jadi semacam pahlawan juga. Jadi, sementara yang lain awut-awutan, dia sendiri malah terlihat berjaya. Mungkin itu karena Dustfinger akhirnya bisa kembali ke dunianya sendiri, sedangkan yang lain, berada di dunia asing yang bukan dunia mereka.
Oya, novel ini juga sempat menuai kontroversi lho. Jadi, Inkspell ini kan novel yang berasal dari Jerman. Tintenblut itu kalau diterjemahkan harusnya jadi Inkblood, bukan Inkspell. Ini menuai kritikan karena di buku ketiganya justru terjemahannya menggunakan terjemahan langsung yang sebenarnya. Kalau terjemahannya sesuai maka akan sejalan dengan ceritanya dimana digunakan kata-kata heart, blood, dan death dalam ceritanya.
Cari Review Buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Amazon Associates Disclaimer
Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar