Oh iya, review kali ini mungkin akan banyak spoilernyanya yah, bukan plotnya sih, tapi kami akan banyak membahas para tokoh-tokohnya. Mereka ini asyik banget buat digosipin...eh...dibahas lebih dalam. Banyak banget hikmah yang bisa dipetik dan pelajaran yang bisa diambil dari sebuah buku yang menceritakan kehidupan ibu-ibu TK. Mungkin, akan ada beberapa ibu-ibu muda di sini yang bisa relate sama cerita di buku ini.
Oke, sebelum kita membahas para ibu-ibu...eh...para tokoh. Mari kita melihat dulu plot di buku ini.
Semua berawal dari hari orientasi anak-anak TK di Pirriwee Public School, dan mungkin serangkaian takdir yang sedang menjalankan tugasnya. Madeline, seorang ibu yang punya semangat ikut campur tinggi terkilir di lampu merah setelah memperingatkan seorang remaja yang menyetir sambil bermain handphone. Jane yang berhenti tepat di belakang mobil Madeline pun mau tak mau membantu Madeline. Tapi ternyata mereka sebetulnya sama-sama mau pergi ke hari orientasi anak TK di Pirriwee Public School.
Kepribadian Madeline yang sangat ceriwis membuat ia dan Jane menjadi cepat akrab. Ketika Jane sedang membantu Madeline mengompres kakinya yang terkilir di cafe Blue Blues, Celeste yang cantik, si ibu dari anak kembar ikut bergabung dengan mereka.
Hari orientasi sayangnya berakhir dengan tidak enak. Ziggy dituduh melakukan perisakan (bullying) kepada Amabella. Amabella menuduh Ziggy mencekiknya hingga meninggalkan bekas. Hal ini membuat ibu Amabella, Renata, menjadi berang dan menuntut Ziggy untuk meminta maaf. Tapi Ziggy dengan kukuh mengatakan bahwa dia tidak melakukan itu, dan Jane tentu saja lebih percaya kepada anaknya. Hal ini menjadi ketegangan awal di antara para ibu TK di Pirriwee Public. Madeline tentu saja tidak percaya kalau Ziggy melakukan perisakan, karena dia melihat Ziggy adalah anak yang manis. Jadi terbagi dua lah kubu di sekolah itu, kubu yang mendukung Madeline, dan kubu yang mendukung Renata.
Tapi, banyak cerita kehidupan di luar TK Pirriwee Public. Kehidupan rumah tangga Madeline yang sedang sibuk dengan anak remaja yang sedang memberontak-memberontaknya. Ditambah lagi sang mantan suami yang membawa keluarga barunya ke Pirriwee Peninsula. Praktis menjadikan anak mereka sama-sama satu sekolah di TK Pirriwee Public. Mantan suami dan istrinya sama-sama orangtua murid di sekolah yang sama? Bagai luka koreng gatal yang akan terus berdarah kalau digaruk. Jane punya masalahnya sendiri sebagai ibu tunggal. Selain tuduhan kepada Ziggy yang membuatnya cemas, Jane harus menghadapi masa lalu yang masih menggerogoti dirinya. Rahasia kelahiran dan siapa ayah Ziggy menggerogoti jiwanya dari dalam. Celeste? Kehidupannya dari luar, yang dilihat orang-orang merupakan kehidupan yang luar biasa. Cantik, kaya raya, punya suami yang sukses dan tampan, serta anak lelaki kembar yang menceriakan hari-harinya. Tapi, dibalik kulit yang gemerlap, tidak ada yang tahu kalau dalamnya sungguh rusak. Celeste mengalami KDRT di hari-hari ketika suaminya ada di rumah. Satu saja kata yang salah, satu saja respons yang salah, maka habislah dia.
Ketika Ziggy dituduh untuk kedua kalinya karena merisak Amabella, keadaan di TK Pirriwee semakin kacau. Harper ikut campur secara kelewatan dengan membuat petisi untuk mengeluarkan Ziggy, ia ingin menunjukkan solidaritasnya kepada Renata. Padahal kali ini Amabella tidak menuduh Ziggy, Ziggy juga mengatakan bukan dia yang melakukannya. Tapi Ziggy punya rahasia, dan para orang dewasa hanya menanyakan pertanyaan yang tidak tepat, dengan cara yang juga tidak tepat. Ketika semuanya terungkap, kehebohan-kehebohan lain juga mulai terjadi. Puncaknya terjadi di malam kuis Pirriwee Public, yang bertema Elvis dan Audrey Hepburn. Para orangtua mabuk karena cocktail yang terlalu enak dan terlalu keras, ada yang adu jotos karena sama-sama selingkuh dengan pengasuh anak cantik dari Perancis, dan ada kebenaran-kebenaran yang terungkap. Tapi sayangnya, ada juga kekerasan yang terjadi, kekerasan yang lepas kendali di depan umum yang akhirnya berujung kepada kematian seseorang.
Wow...buku ini luar biasa...
Sebenarnya yah, mungkin akan ada yang merasa kalau ceritanya biasa saja. Menurut kami bukan biasa aja, tapi sangat dekat dengan keseharian. Hal-hal yang bisa saja terjadi sama kita atau di dekat kita. Ada Madeline yang berurusan dengan keluarganya dan keluarga mantan suaminya, ada Jane yang single mother, ada Celeste yang terlihat sempurna tapi sangat tidak sempurna. Semua ibu-ibu yang heboh kalau berkumpul tapi punya masalah keluarganya sendiri-sendiri.
Buku ini ditulis dengan apik banget. Gaya bahasanya modern, lucu dan sangat asyik buat dibaca. Bikin kita ngga bosen buat baca buku ini sampai akhir. Padahal buku ini lumayan tebal lho. Recommended banget deh bukunya.
Sekarang kami mau ngebahas beberapa tokoh di buku ini. Mereka enak sih buat digosipin...eh...dibahas...
Madeline
Madeline ini tipe ibu-ibu rempong yang heboh tapi asyik buat dijadikan teman. Sebenarnya di antara Madeline, Jane, dan Celeste, Madeline adalah tipikal ibu-ibu TK pada umumnya. Tapi yang membuat Madeline berbeda adalah kehidupan rumah tangganya yang serumit benang kusut. Madeline punya suami, tapi dia juga punya mantan suami yang cukup rese karena pindah kembali ke Pirriwee Peninsula sambil membawa keluarga barunya bersama. Belum lagi anak Madeline dan mantan suaminya yang sudah remaja sekarang sedang heboh-hebohnya memberontak dari Madeline dan lebih memilih keluarga ayahnya. Menyebabkan Madeline sakit hati berat. Anak yang ia besarkan sendirian, dengan perjuangan mati-matian, sekarang menentangnya dan malah lebih memilih ayah yang meninggalkan mereka ketika ia masih kecil. Madeline memang sekarang sudah punya keluarga kecilnya sendiri, tapi kenangan pahit dan perjuangan membesarkan Abigail tetaplah menjadi bagian dari dirinya yang sangat melekat.
Meskipun kelihatannya heboh dan rempong banget, Madeline ini merupakan teman yang setia banget. Madeline bisa dibilang sangat membela dan melindungi Jane dan Ziggy. Madeline juga sedih dan sempat menyalahkan dirinya sendiri karena tidak tahu kalau Celeste mengalami KDRT sehingga tidak bisa menolongnya. Tapi Celeste menenangkannya karena bagaimana Madeline bisa tahu kalau Celeste tidak memberitahunya. Celeste memang menyembunyikannya rapat-rapat.
Tapi kita ngga akan mau cari ribut sama Madeline, repot. Wakakak. Kami suka sama karakter Madeline ini, heboh dan asyik, hari-hari bersama Madeline tidak akan terasa membosankan. Pasti ada aja kejadiannya
Jane
Jane adalah ibu tunggal dengan masa lalu yang tidak menyenangkan. Bagaimana dia bisa melahirkan Ziggy adalah sebuah kenangan yang sama sekali tidak akan diinginkan oleh wanita mana pun. Jane punya traumanya sendiri, dan bisa berteman dengan Madeline dan Celeste adalah hal terbaik yang terjadi pada Jane di Pirriwee Peninsula. Hal terbaik lainnya, bertemu Tom sang barista Blue Blues yang dia sangka gay.
Karakter Jane ini cukup mengejutkan sebetulnya. Dia terluka, tapi terluka yang tetap tenang. Langkahnya untuk pindah ke Pirriwee Peninsula mungkin ceroboh. Entah dorongan hati murni, atau keinginan balas dendam. Saat dia tahu siapa perisak yang sebenarnya, dia tetap tenang dan memikirkan masak-masak langkah yang harus diambilnya. Jane tidak seperti Renata yang heboh marah-marah kayak angin topan. Padahal anak Jane sendiri, Ziggy sampai dibuatkan petisi untuk mengeluarkannya dari sekolah. Waktu Jane akhirnya bertemu dengan pria yang sudah merusak dirinya, kami pikir bakal heboh, penuh dengan teriakan dan tangisan, tapi ternyata tidak tuh. Jane mengungkapkan semuanya dengan ketenangan yang luar biasa, hampir terasa masa bodoh. Tapi efek pengungkapan di depan umum ini, di tengah-tengah orang yang tau kisah Jane justru jadi terasa lebih luar biasa. Yang tentunya berakhir dengan kehebohan yang luar biasa juga.
Celeste
Hmm...Celeste dan seluruh kehidupan rumah tangganya adalah gambaran dari pepatah jangan melihat buku dari sampulnya. Celeste dan kehidupannya mengingatkan kami akan alpukat busuk. Luarnya mulus dan terlihat menggiurkan, tapi ternyata dalamnya penuh dengan urat-urat rumit kebusukan. Dari luar, Celeste terlihat sempurna dan punya kehidupan sempurna. Cantik, kaya raya, punya suami yang tampan dan sukses, punya anak laki-laki yang kembar pula. Tapi ternyata, Celeste adalah korban KDRT suaminya, Perry.
Kisah Celeste mungkin bisa menjadi gambaran kecil tentang betapa rumitnya jaring-jaring sebuah kekerasan dalam rumah tangga. Celeste ingin keluar, tapi ada anak-anak, dia pun ingin menahan dirinya dari meninggalkan Perry paling tidak ketika anak-anaknya sudah SMA. Celeste ingin keluar, tapi Perry adalah ayah yang baik, laki-laki yang sopan dan manis kepada orang lain. Celeste ingin keluar, tapi Ia masih sangat mencintai Perry. Jaring-jaring rumit inilah yang mungkin menjadi sebagian kecil alasan kenapa banyak korban KDRT yang sulit keluar dari kehidupan hubungannya yang beracun. Kita mungkin saja diam-diam punya teman yang mengalami KDRT di rumahnya. Tidak akan ada yang pernah tahu apa yang tersembunyi di balik pintu-pintu tertutup sebuah rumah tangga. Mungkin suatu saat akan terungkap, tapi mungkin juga tidak.
Celeste bukan korban yang pasrah banget juga. Dia bisa juga melawan, walaupun pada akhirnya kalah. Langkah-langkahnya mungkin bisa menjadi contoh. Meskipun enggan, Celeste pada akhirnya mencari bantuan profesional untuk membantunya, membuat langkah-langkah pelarian, kalau-kalau segalanya menjadi lebih buruk. Celeste juga punya sifat yang tenang, mungkin bisa dibilang pasrah. Saat tahu apa yang telah Perry lakukan kepada Jane, dan bagaimana Perry meremehkannya, paling tidak marahnya Celeste cukup terkontrol. Tapi tentu saja lain halnya dengan Perry yang akhirnya melepaskan topeng pria manisnya.
Setidaknya kami bisa senang lah karena pada akhirnya Celeste bisa melepaskan diri dari mimpi buruknya. Yah, meskipun caranya agak menghebohkan.
Renata
Renata ini tipe ibu-ibu yang lebih cepat bertindak daripada berpikir. Kalau waktu tuduhan pertama, okelah karena Amabella menuduh Ziggy langsung. Tapi pada saat perisakan kedua, Amabella tidak menuduh siapa-siapa. Amabella tidak menuduh Ziggy, tapi Renata langsung menyimpulkan bahwa Ziggy lah pelakunya, padahal tidak ada bukti apa-apa bahwa Ziggy pelakunya. Tapi yah, pada akhirnya dia kena kesialannya sendiri. Dan ketika semuanya terungkap, kami cukup salut karena dia berani meminta maaf dengan tulus.
Harper
Harper ini tipe ibu-ibu yang paling rese. Sahabat Renata, tapi kalau menurut kami sih, sebetulnya Harper ini cuman sekedar ngintilin Renata saja. Tipe ibu-ibu ikut campur, dan nyinyir yang paling buruk. Ya bayangin aja ya, yang punya masalah anaknya di bully itu Renata, tapi Harper dengan sok setia kawannya malah bikin petisi untuk mengeluarkan Ziggy dari sekolah. Kan berlebihan, kalau bukan kurang ajar sih ya menurut kami. Ikut campur ke dalam urusan orang lain. Suaminya Harper, Graeme, sama saja. Sok kuasa dengan mengancam orang lain. Yah ini adalah tipe orang yang paling pengen kita hindari lah ya dalam kehidupan nyata.
Ed
Ed adalah suami Madeline. Kami suka sama tokoh Ed ini, walaupun agak kasihan juga sih. Ed ini tipe suami yang penyayang, bertanggung jawab, cukup perhatian terhadap lingkungan sekitar dan ehm...kadang terlalu lurus. Kami cukup salut karena Ed bisa merasakan kalau Celeste dan Jane bukan sekedar patah hati, tapi juga hancur secara mental. Tidak banyak orang yang bisa sensitif seperti ini dalam menilai seseorang. Bahkan Madeline pun tidak bisa merasakannya. Yang kami kasihan dari Ed adalah, dia sangat mencintai Madeline, tapi dia juga hidup dalam bayang-bayang mantan suami Madeline. Untung semuanya berakhir dengan baik.
Nathan
Mantan suami Madeline. Yeah...di buku ini dia berengsek sekali, dari kacamata Madeline. Tapi yah, mungkin Nathan sebenarnya sudah berubah ke arah yang lebih baik. Madeline hanya tidak mau mengakuinya atau menerimanya. Apalagi kami rasa Madeline masih sakit hati karena dia membesarkan Abigail sendirian. Kami rasa, mantan suami dan mantan istri yang salah satunya masih dendam sebaiknya jangan tinggal dekat-dekat. Wakakakak.
Bonnie
Bonnie ini adalah apa yang kami sebut sebagai dangerously innocent. Orang yang terlihat sangat polos, sangat baik, sangat lurus, tapi sebetulnya sedang atau bisa sangat menyakiti orang lain dengan kepolosannya. Sebagian orang mungkin akan menyebutnya sebagai sok suci. Apa yang ada di otak Bonnie waktu dia dan Nathan memutuskan pindah ke dekat Madeline? Wanita normal kemungkinan besar akan memilih untuk jauh-jauh dari mantan istri sang suami. Tapi ini malah mendekati dan Bonnie berusaha banget untuk berteman dengan Madeline. Padahal Madeline tidak pernah menutup-nutupi kalau dia tidak suka dengan Bonnie. Tapi diluar tindakannya yang aneh, Bonnie sebetulnya punya trauma tersendiri, yang bisa kita ambil juga pelajarannya.
Perry
Ada satu kalimat yang bisa menggambarkan Perry dengan tepat. Serigala berbulu domba. Yup, itulah Perry. Suami Celeste ini adalah tipe-tipe serigala berbulu domba yang akan sangat sulit diidentifikasi. Di luar, apa yang Perry tunjukkan kepada dunia adalah semua yang manis, sopan, berkharisma, kebaikan, sopan, kesuksesan, dan segala hal mengagumkan lainnya. Tapi, di balik pintu-pintu tertutup rumah tangganya, Perry adalah seorang penyiksa. Sebuah siklus berulang lukai, minta maaf, menyesal, tapi nanti akan diulangi lagi dan semakin parah. Perry bukan hanya menyiksa, tapi juga memanipulasi Celeste dengan permintaan maafnya dan sikap manisnya. Celeste akan sangat sulit meninggalkan Perry, bukan hanya karena dia mencintai Perry, tapi juga karena kalau dia sampai meninggalkan Perry, maka Celeste lah yang akan dianggap bersalah. Mereka tidak akan percaya Perry yang terlihat manis, baik, ramah, dan sopan ternyata adalah seorang pelaku KDRT. Pelajaran buat semua orang bahwa, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tangga orang lain.
Banyak tokoh-tokoh menarik dengan karakter yang menarik juga di buku ini. Yang lucunya, semua karakter ini terasa dekat dengan keseharian. Kita pasti pernah ketemu orang seperti Madeline, pasti punya teman yang diam-diam punya masalah tapi kita ngga tahu, atau pernah lihat juga orang yang seperti Renata atau Harper. Buku ini sangat menarik dan menghibur banget. Buat yang suka cerita-cerita drama kehidupan dan pengen baca yang lucu-lucu, buku ini bagus banget.
Quote
Tapi semua anak yang sedang tidur memang manis. Bahkan anak-anak yang benar-benar nakal pun barangkali terlihat manis waktu terlelap. Bagaimana Jane tahu pasti Ziggy tidak melakukannya? Apakah semua orangtua benar-benar mengenal anak-anak mereka? Seorang anak bagaikan orang asing kecil, yang terus berubah, menghilang dan memperkenalkan diri kembali kepada kita. Kepribadian baru bisa muncul dalam semalam.
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
"Ada perbedaan antara patah hati dan rusak," kata Ed. "Kau sedih dan terluka. Mungkin hatimu hancur, tapi kau tidak hancur. Sekarang diamlah karena kurasa aku terkecoh, dan aku tidak mau terkecoh, Ms Cornwell, tidak akan."
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Jane selama ini tahu reaksinya malam itu terlalu besar, atau barangkali terlalu remeh. Ia bahkan tidak menangis. Ia tidak memberi tahu siapa-siapa. Ia menelan bulat-bulat dan berpura-pura tidak ada artinya, dan karenanya malah justru semakin berarti.
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Hubungan yang penuh kekerasan cenderung semakin parah seiring berjalannya waktu.
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Anak-anak selalu menjadi alasan baginya untuk tetap tinggal, tapi sekarang untuk pertama kalinya mereka menjadi alasan baginya untuk pergi. Ia telah membiarkan kekerasan menjadi bagian normal dalam hidup mereka. Selama lima tahun terakhir Celeste telah mengembangkan semacam kekebalan dan menerima kekerasan yang membuatnya balas memukul dan kadang-kadang bahkan memukul lebih dulu. Ia mencakar, menendang, menampar. Seakan itu normal. Ia benci itu tetapi ia melakukannya. Jika ia tetap tinggal, itu adalah warisan yang ia berikan kepada anak-anaknya.
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Ia pikir Perry orang baik. Ia pikir Perry orang baik dengan tabiat buruk. Ia pikir kekerasan Perry adalah hal pribadi dan terjadi di antara mereka berdua. Ia pikir Perry tidak mungkin melakukan kekejaman seksual. Perry selalu berbicara sopan kepada pelayan, bahkan kepada pelayan yang ceroboh. Celeste pikir ia mengenal Perry.
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Celeste ingin memberi pria yang mengenakan jumper jelek dan cemas itu rasa percaya diri untuk berbagi tentang kenyataan buruk yang dialaminya. Ia ingin memberitahunya bahwa setidaknya satu orang di sini, pada hari ini, memahami semua kesalahan yang ia lakukan selama ini: ketika ia balas memukul, ketika ia tetap bertahan di saat seharusnya pergi, ketika ia memberi pasangannya kesempatan lagi, ketika ia sengaja menentangnya, ketika ia membiarkan anak-anak melihat hal yang seharusnya tidak mereka lihat. Celeste ingin mengatakan kepadanya bahwa ia tahu semua dusta kecil yang dikatakan pria itu kepada dirinya sendiri sepanjang waktu, sebab Celeste juga mengatakan dusta yang sama kepada diri sendiri. Ia ingin menggenggam tangan gemetar pria itu dan berkata, "Aku mengerti."
~Big Little Lies (Dusta-Dusta Kecil) by Liane Moriarty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar