Cari Review Buku

Minggu, 12 April 2020

The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey - Alien yang Bukan Alien, Manusia yang Bukan Manusia

Sebelum membaca buku The 5th Wave ini, kami sudah lebih dulu menonton filmnya. Kami tertarik membaca novelnya karena memang suka sama filmnya. Sayangnya, film The 5th Wave kurang berhasil di pasaran, jadi sampai sekarang belum ada sekuelnya. Padahal ya, novelnya ini trilogi lho. Oh iya, kami juga agak lompat sih baca novelnya, kami baca buku keduanya dulu, The Infinite Sea (Lautan Tak Bertepi), baru deh baca novel ini.

Kalau bisa dibilang ya, Buku pertama ini tidak seintens buku keduanya. Alurnya menurut kami lumayan slow. Oh iya, ini model plotnya maju-mundur, dan ganti sudut pandang yah. Contohnya bisa dicek ke review The Infinite Sea. Banyak adegan menegangkan, tapi slow paced, dan terukur. Paling pas di bab-bab terakhir aja yang fast paced. Kalau di Infinite Sea kan lumayan ya, tegang, fast paced, dan adrenalin rush gitu kan ya.

The 5th Wave ini langsung diawali pada saat Gelombang 4, saat Cassie sudah sendirian. Seiring cerita, kita akan dibawa mundur ke awal-awal Gelombang 1 sampai tiba di masa Cassie sekarang. Di buku ini kita akan melihat cerita dari sudut pandang Cassie, Sam, Ben Parish, dan tentu saja Evan Walker. Sudut pandang Sam sama Evan ga banyak sih, hanya beberapa saja, kalau tidak salah ingat masing-masing hanya satu bab besar.

Kami mau ngespoiler plot sedikit, tapi karena alurnya yang tidak biasa, jadi agak susah juga nih ceritainnya. Wakakak. Jadi, kami akan sedikit menceritakan plotnya secara sederhana yah.

Cerita berawal saat Cassie sudah sendirian di hutan. Ibunya sudah tiada, ikut tewas oleh wabah sampar di Gelombang 3. Setelah ibunya tewas, Cassie, bersama dengan ayahnya, dan juga adiknya, Sam, akhirnya mengungsi. Tadinya, mereka berencana mengungsi ke pangkalan militer terdekat. Tapi di tengah jalan, mereka akhirnya bergabung dengan pengungsi-pengungsi lain di Kamp Lubang Abu. Kehidupan berjalan sedikit normal untuk beberapa saat. Hingga, tiba-tiba datanglah drone-drone pengintai.

Drone-drone pengintai ini pada akhirnya membawa sepasukan militer dan bis-bis sekolah ke Kamp Lubang Abu. Sepasukan Militer yang terlihat seperti manusia tapi ternyata bukan manusia. Lupakan alien-alien dengan bentuk yang aneh-aneh. Karena di buku ini alien berwujud manusia normal, tapi dengan kesadaran alien. Alien yang bukan alien, manusia yang bukan manusia. Hal yang akhirnya disadari Cassie ketika semua sudah terlambat. Ketika Sam dibawa pergi di dalam bis sekolah, ke pangkalan militer mereka. Ketika dia menyaksikan ayahnya ditembak oleh sang Komandan Alien, Vosch. Cassie nyaris tidak selamat ketika mereka memutuskan untuk membumihanguskan Kamp Lubang Abu.

Tapi Cassie berhasil bertahan hidup untuk beberapa lama di hutan, sendirian. Tanpa Cassie sadari, dia sebetulnya tidak sepenuhnya sendirian, karena Gelombang 4, Para Peredam, sudah dimulai. Para peredam adalah para penembak jitu yang bisa dibilang punya kekuatan manusia super juga. Tugas mereka hanya 1, menghabisi manusia-manusia yang berkeliaran. Evan Walker adalah salah satu Peredam.

Evan gagal sebagai peredam ketika dia tidak sanggup menghabisi Cassie. Dia malah membuntuti Cassie di hutan, dan puncaknya, ketika dia mencoba membunuh Cassie, dia justru membawa Cassie pulang dan merawatnya. Kisah 'asmara' antara Evan dan Cassie tidak bertahan lama, Cassie bukan yang bodoh-bodoh banget, dia pun mencurigai kalau Evan adalah seorang peredam. Tapi, pada akhirnya, mereka bisa saling mengerti dan saling menerima satu sama lain.

Cassie punya janji pada Sam, dan dia harus pergi mencari Sam. Evan membantu Cassie menyusup ke pangkalan militer. Di sini dia bertemu kembali dengan Ben, yang sama-sama mau menjemput Sam. Apa yang terjadi kemudian? Bagaimana kisah infiltrasi Cassie ke sarang musuh? Silahkan dibaca langsung di bukunya yah.

Kisah Ben, Sam, dan Evan juga bisa dibaca langsung di bukunya. He3.

Tokoh Cassie mengingatkan kami kepada tokoh Katniss dari The Hunger Games. Sama-sama di usia remaja, dan sama-sama survivor ulung. Insting bertahan hidupnya kuat banget, berani, dan pengambil keputusan yang baik. Kalau misalnya jatuh cinta sama alien bisa disebut kelemahan, yah kami pikir itu justru sisi kemanusiaan yang masih bertahan. Lagipula, Cassie pun sedikit memanfaatkan pengetahuan Evan untuk bisa masuk ke dalam markas musuh.

Buku ini bagus, cocok untuk yang mau baca cerita tentang invasi alien, tapi tidak terlalu suka dengan penggambaran alien yang aneh-aneh. Karena di buku ini aliennya ya 'manusia'. Plotnya cukup menantang dan gaya bahasanya cukup sederhana. Ga ada yang rumit. Masih lebih rumit buku keduanya nanti. Wehehehe.

Sebaliknya, kalau teman-teman justru sukanya alien yang alien banget, yang bentuknya aneh-aneh, ngga manusia gitu, yaa buku ini mungkin kurang pas sih. Karena memang, kurangnya khas alien ini bikin kita merasa ini bukan buku tentang invasi alien.

Saat review ini ditulis, buku ini punya skor 4.06 bintang dari 5 bintang di Goodreads. Bagus nih skornya. Top.

Apa ada yang sudah baca buku ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di bawah yah.

Oh iya, saat ini, buku ini masih tersedia di tokopedia kami ya. Silahkan klik link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/the-5th-wave-gelombang-5-by-rick-yancey

Quote

Kau baru bisa menyebut seseorang gila jika ada orang lain yang normal. Seperti kebaikan dan kejahatan. Kalau semuanya baik, pasti tidak ada kebaikan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kau tidak tahu apakah kau mampu melakukannya sampai kau melakukannya.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kata Daddy, dunia terbagi menjadi dua kelompok: mereka yang lari dan mereka yang bersarang.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Hanya karena sesuatu bisa terjadi, bukan berarti itu akan terjadi.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Sulit untuk merencanakan apa yang akan terjadi kemudian ketika yang terjadi kemudian bukanlah sesuatu yang kaurencanakan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Dan manusia berpikir. Mereka membuat rencana. Mereka bermimpi, kemudian membuat mimpi itu jadi nyata.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kadang-kadang kau mengucapkan sesuatu untuk meredakan ketakutanmu
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Tapi cepat atau lambat kau harus memilih antara lari atau menghadapi sesuatu yang kaupikir tak mampu kauhadapi.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Bahkan orang yang paling sensitif pun dapat terbiasa pada hal yang paling tidak sensitif.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kekejaman bukanlah sifat. Kekejaman adalah kebiasaan.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Tekanan bisa terasa begitu berat, dan kau hancur. Terkadang kau menyerang orang lain. Terkadang kau menyerang diri sendiri.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Ada beberapa hal yang takkan pernah bisa kautinggalkan. Hal-hal yang bukan milik masa lalu. Melainkan milikmu.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kau tidak tahu arti kesepian yang sebenarnya sampai kau mengenal lawan dari kesepian.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Seribu cara. Konsentrasi pada satu cara saja.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Jika dunia telah melanggar satu juta satu janji, bisakah kau memercayai janji yang kesatu juta dua?
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Apa yang tidak membunuh kami memperkuat kami. Memperteguh kami. Mengajari kami.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Kita ada di sini, lalu kita mati, dan yang penting bukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut.
The 5th Wave (Gelombang 5) by Rick Yancey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.