Dulu, kami ingat kalau Yang Guo itu ceritanya tangannya buntung. Tapi kami lupa kenapa tangannya bisa buntung. Nah, jawabannya ternyata ada di jilid ketiga ini. Meskipun sudah kehilangan lengan, Yang Guo bukannya melemah tapi malah jadi pendekar yang sangat kuat. Berkat latihan berat bersama seekor rajawali sakti dan pedang sakti warisan Iblis Pedang Dugu Qiubai, Yang Guo bisa dibilang telah menjadi pendekar sakti yang tak terkalahkan. Sayangnya saja, tubuhnya keracunan dan semakin keracunan berkat seorang nona manja.
Sayangnya, di jilid ketiga ini lagi-lagi Xiao Longnu dan Yang Guo sempat berpisah karena kesalahpahaman. Yang Guo terpaksa menggunakan siasat untuk menolong Wu Santong melerai kedua anaknya yang bertarung hidup dan mati hanya karena cinta seorang gadis (sia-sia banget dah ini, beneran). Yang Guo berpura-pura sudah menjadi tunangan Guo Fu, siapa sangka, siasat ini didengar oleh Xiao Longnu yang polos sehingga dikira kenyataan.
Di tengah kegalauannya, Xiao Longnu akhirnya mendengar kenyataan pahit. Akhirnya dia tahu siapa yang sudah menodainya ketika ia ditotok oleh Ouyang Feng. Karena masih terlalu sedih hingga kebingungan, Xiao Longnu bukannya balas dendam tapi malah membuntuti Zhen Zhibing dan Zhao Zhijing bagai hantu. Di tempat lain, Yang Guo yang keracunan parah malah harus menghadapi nona manja hingga tangannya buntung. Ini beneran deh kami sebel banget sama si nona manja ini. Nanti kita ungkap siapa dia.
Yang Guo kehilangan banyak darah, tapi ternyata ini cukup menguntungkan karena berarti racun bunga cinta juga banyak keluar. Meskipun masih keracunan, tapi tidak semematikan sebelumnya. Yang Guo bertemu kembali dengan si Rajawali Sakti. Sambil memulihkan diri, si Rajawali Sakti juga menunjukkan dimana makam pedang sakti milik Dugu Qiubai. Sang Rajawali menyuruhnya mengambil pedang hitam yang sangat berat. Mereka pun berlatih tarung. Sang Rajawali ternyata menjadi guru yang keras untuk Yang Guo. Pada akhirnya, Yang Guo tidak hanya pulih tetapi juga menjadi pendekar yang semakin hebat dan memiliki pedang sakti.
Ketika Yang Guo akhirnya bisa bertemu lagi dengan Xiao Longnu, bisa dikatakan bahwa semuanya sudah terlambat. Kekacauan dimana-mana. Xiao Longnu terluka berat. Serta pengakuan Xiao Longnu yang mengejutkan dunia persilatan. Tapi semua kekacauan itu tidak menyurutkan cinta mereka berdua. Di saat kritis, mereka akhirnya menikah dengan disaksikan ratusan pendeta aliran Quanzhen. Mereka pun memutuskan untuk kembali menyepi ke kuburan kuno.
Sayangnya masalah tak berhenti sampai di situ. Lagi-lagi ada masalah. Di saat Yang Guo dan Xiao Longnu sedang berusaha memulihkan diri, Li Mochou menyerang. Di saat paling kritis, si nona manja kembali berbuat ulah sehingga menyebabkan Xiao Longnu terluka semakin parah dan sulit disembuhkan. Tapi di tengah segala kekacauan, Yang Guo masih mau menolong si nona manja dari kebakaran, mengorbankan dirinya sendiri. Sumpah yaa...hatinya besar banget ini si Yang Guo.
Dalam pengungsiannya, Yang Guo dan Xiao Longnu tanpa sengaja bertemu dengan beberapa pendekar hebat lagi. Setelah terjadi kekacauan kecil, mereka pada akhirnya sama-sama pergi ke Lembah Tanpa Cinta untuk menolong Biksu India dan Tetua Zhu yang terkurung di sana.
Di jilid ketiga ini banyak perkembangan bagus, sama banyaknya tapi dengan kemalangan yang menimpa Xiao Longnu dan Yang Guo. Sebagai pendekar, ilmu silat keduanya berkembang pesat. Ilmu silat Xiao Longnu berkembang ketika dia diajari ilmu Kedua Tangan Saling Bertempur oleh Zhou Botong. Sedangkan Yang Guo semakin sakti setelah dilatih oleh Rajawali Sakti. Di jilid ketiga ini mereka juga akhirnya menikah. Sayangnya, kekacauan dunia persilatan juga selalu membuntuti mereka.
Di jilid ketiga ini yang paling berkesan banget buat kami adalah...betapa menyebalkannya nona manja yang satu ini. Guo Fu! Putri tersayang Huang Rong. Yup, hampir sebagian besar kemalangan yang menimpa Yang Guo disebabkan oleh Guo Fu ini. Ya bikin Wu Bersaudara bertarung lah buat memperebutkan cintanya dia, which is...kelakuan yang bodoh banget, apalagi itu dilakukan ditengah-tengah masa perang. Ngebuntungin tangan Yang Guo lah, ngeracunin Yang Guo dan Xiao Longnu lah. Nyusahin banget lah pokoknya anak ini. Mana susah banget pula kan ya mengakui kesalahan, gengsi dan egoisnya ketinggian. Sudah diselamatkan dari kematian berkali-kali pun kelakuannya seperti yang tidak tahu terima kasih. Gemes, super ngeselin banget. Kami pun agak kehilangan respect kepada Huang Rong. Saking memanjakan anak, anaknya punya salah besar bukannya diberi pelajaran setimpal malah terus aja dilindungi. Menegur pun cuman setengah-setengah.
Tapi Yang Guo justru sebaliknya. Di tengah-tengah kemalangan yang bertubi-tubi, dia justru jadi orang yang paling berbesar hati. Yang Guo bahkan masih mau menolong Guo Fu yang tinggal seujung kuku dari kematian. Dendam Yang Guo kepada Guo Jing dan Huang Rong disisihkan. Xiao Longnu juga hatinya lapang banget. Li Mochou tetap kejam, tapi sejak memegang bayi Huang Rong, hatinya pelan-pelan melembut. Tapi sayang sih, tetap tak terselamatkan kekejamannya. Zhou Botong jadi tokoh jenaka yang sangat menghibur di tengah-tengah ketegangan para pendekar.
Kami puas banget karena seri novel ini tetap seru meskipun sudah memasuki jilid ketiga. Padat dan dinamis. Benar-benar bacaan yang bagus dan menghibur. Kisah cintanya pun bukan yang menye-menye. Sebaliknya, malah polos, tulus, dan penuh perjuangan hidup dan mati.
Teman-teman ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana pendapatnya? Silahkan komen di kolom komentar yah.
Oh ya, kami juga sudah mereview semua buku di seri ini. Silahkan cek di link di bawah ini yah:
Quote
"Sebenarnya," kata Guo Jing, "orang-orang di dunia ini juga sama dengan kuda bernama Dilu ini, terhadap orang yang baik padanya ia akan baik, terhadap yang jahat ia akan jahat. Orang baik dan orang jahat mana mungkin dapat dibedakan dengan jelas? Perbedaannya hanya ada dalam pikiran."
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Dalam menggunakan tentara ada perkataan, 'Dalam keadaan baik, maju dan serang; dalam keadaan buruk, berhenti dan tunggu kesempatan. Menggunakan pasukan tidak boleh melawan waktu dan keadaan. Mengikuti keadaan akan menang, melawan keadaan akan kalah.'
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Mereka orang-orang Han berkata jika buru-buru akan sia-sia.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Disebut sulit, ya sulit. Disebut mudah, juga mudah. Ada yang belajar seumur hidup tidak bisa, ada yang hanya belajar beberapa hari sudah bisa.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Semua orang pintar pikirannya rumit, belum selesai memikirkan satu hal, sudah muncul lagi pikiran lain.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Ketika laki-laki dan perempuan bertemu dan benar-benar saling mencintai, mereka baru dapat mengasihi pasangannya lebih daripada diri sendiri.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Namun, maksud Langit sulit diduga, urusan di dunia sulit dikatakan, mana mungkin semua dapat sesuai dengan keinginan manusia?
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
Di dunia ini, kegembiraan-kesedihan, pertemuan-perpisahan, keberuntungan-kemalangan, kemuliaan-kehinaan, sering hanya berbeda tipis.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
jika Langit hanya mengizinkan kita hidup satu hari, kita jadi suami-istri satu hari, jika mengizinkan kita hidup satu jam, kita jadi suami-istri satu jam.
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Hati orang sulit ditebak, berhati-hatilah."
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Kemalangan kita adalah takdir. Membiarkan orang lain gembira, bukankah, baik?"
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Jika mau menebus kesalahan," kata biksu alis putih, "satu-satunya cara adalah harus berbuat kebaikan. Jika ingin menyesali perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, mulai saat ini harus banyak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan."
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Harus mengalahkan diri sendiri, harus menaklukkan diri sendiri."
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Hidup-mati sudah ditentukan, tubuh manusia tak abadi, pertemuan dan perpisahan adalah takdir, mana mungkin dapat dipaksakan? Guo'er, perasaan sedih dapat melukai, kau jangan terlalu khawatir."
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong
"Ada keinginan, ada halangan,"
~ Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Jilid 3) by Jin Yong