Buku ketiga seri The Hunger Games ini diberi judul Mockingjay, lambang pemberontakan terhadap Capitol sekaligus lambang Katniss. Film Mockingjay sendiri dibagi ke dalam dua part. Kami akui, bahwa baik film maupun buku sama-sama luar biasa bagus dan menguras emosi.
Di buku mockingjay ini, kita banyak melihat tokoh-tokoh yang mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), dan cara mereka mengatasinya. PTSD merupakan trauma berat yang dipicu oleh peristiwa yang sangat mengerikan. Gejalanya bisa dalam bentuk lintasan-lintasan kenangan yang mengerikan, mimpi buruk, atau bahkan kegelisahan parah. Kebanyakan PTSD diderita oleh para pemenang Hunger Games. Katniss mengalami mimpi buruk terus menerus, Peeta juga mimpi buruk ditambah kegelisahan parah dan mental yang tidak stabil setelah dia ditawan, disiksa, dan dibajak oleh Capitol, mental Haymitch, Johanna, Finnick, dan Annie, bisa dikatakan tidak stabil. Hanya Beetee yang cukup terlihat stabil.
Mereka pun mengatasi PTSD dengan cara masing-masing. Katniss dan Peeta bisa saling menenangkan saat terjadi mimpi buruk. Selain itu, Katniss berburu dan Peeta memanggang roti. Haymitch sayangnya lari ke minuman keras dan mabuk-mabukan. Johanna, lebih menarik diri, menjadi galak, dan keras. Setelah disiksa oleh Capitol, Johanna mulai lari ke obat-obatan. Finnick membuat dan membongkar jaring. Annie mungkin sudah setengah gila, tapi kondisinya menjadi jauh lebih baik dan stabil setelah menikah dengan Finnick. Beetee terlihat stabil, tapi mungkin itu karena dia terus disibukkan atau menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
Baca juga:
- Review Novel The Hunger Games by Suzanne Collins
- The Hunger Games: Catching Fire Karya Suzanne Collins - Hunger Games...Sekali Lagi...
Kisah antara Katniss, Peeta, dan Gale pun menjadi semakin memanas di buku Mockingjay ini. Baik di buku maupun di film Gale terlihat lebih 'berengsek' dibandingkan buku-buku sebelumnya. Tapi menurut teori kami, Gale sebetulnya mungkin merasa 'kalah' dari Peeta. Selamanya dia tidak akan pernah setara dengan Peeta karena Katniss dan Peeta sama-sama mengalami kengerian yang sama, menjadi peserta Hunger Games. Sama-sama saling menjaga satu sama lain agar tetap hidup. Gale berusaha menyamakan kedudukannya dengan menjadi prajurit mumpuni dalam pemberontakan, menjadi lebih kejam dengan ide-ide jebakannya yang justru di mata Katniss terlihat mengerikan. Dan Gale seperti tidak bisa memahami Katniss yang masih punya belas kasihan pada orang-orang Capitol, padahal mereka sudah membuat Katniss melakukan Hunger Games yang mematikan.
Tapi bagaimana perbandingan antara buku dan filmnya? Secara garis besar dan jalan cerita sih sama persis ya. Kita bisa bilang kemiripannya sekitar 80%-an. Tentu saja, ada beberapa bagian yang hanya ada di buku, dan ada plot yang berubah demi kepuasan visual ataupun durasi. Seperti di awal-awal, Katniss kembali untuk melihat Distrik 12, di buku, ini adalah permintaan Katniss sendiri, sedangkan di filmnya, Katniss ke Distrik 12 karena disuruh ke sana. Adegan penata gaya Katniss yang dihukum di Distrik 13 juga hanya ada di buku, digantikan oleh hadirnya Effie Trinket di film. Di bukunya, Effie baru hadir di akhir-akhir cerita. Usaha Katniss dan Johanna dalam latihan militer untuk dibolehkan ikut serta dalam penyerangan ke Capitol juga di film dihapuskan sama sekali. Padahal menurut kami ini adalah salah satu adegan yang paling seru. Adegan ini digantikan di film dengan Katniss yang menyelundupkan dirinya (dengan sangat mudah) ke Capitol menggunakan pesawat angkut Distrik 13. Di akhir cerita, setelah Katniss membunuh Coin, di bukunya, Katniss dikurung di kamar selama persidangan dirinya. Di sinilah keputusasaan, dan PTSD Katniss sangat terlihat. Sayangnya adegan ini digantikan dengan Katniss yang hanya dikurung saja dengan muka kesal. Adegan Katniss yang berbicara dengan Plutarch mengenai pembebasan dirinya pun diubah dengan adegan Haymitch yang membacakan surat dari Plutarch. Tapi perubahan ini disebabkan karena aktor pemeran Plutarch, Philip Seymour Hoffman, meninggal dunia sebelum adegan ini direkam. Adegan dan cerita Katniss di Distrik 12 pun terasa lebih kuat dan emosional di bukunya dibandingkan dengan di film. Tapi jangan salah, di filmnya juga emosional dan bagus kok. Tapi, yang kami suka, filmnya menampilkan lagu 'Pohon Gantung' dengan sangat apik sekali.
Plot dan jalan ceritanya menurut kami benar-benar bagus sekali. Tentu saja, kami lebih suka bukunya karena jauh lebih detail, lebih lengkap, dan lebih kuat emosinya. Tapi filmnya pun tidak kalah bagusnya.
Apakah anda sudah membaca semua buku seri The Hunger Games? Sudah menonton semua filmnya juga? Gimana? Lebih suka film atau bukunya? Silahkan komentar di bawah ya, biar lebih seru.
Quote
Ada beberapa perjalanan yang harus kulalui sendiri.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Dan butuh energi yang amat banyak untuk marah pada seseorang yang menangis terus-menerus.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Harganya adalah hidupmu," kata Caesar.
"Oh, tidak. Harganya lebih dari hidupmu. Membunuh orang yang tak bersalah?" tanya Peeta. "Harganya adalah segala yang kaumiliki dari dirimu."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Jauh lebih rumit daripada itu. Aku mengenal mereka. Mereka tidak jahat atau kejam. Mereka bahkan tidak pintar. Menyakiti mereka seperti menyakiti anak-anak. Mereka tidak melihat... maksudku, mereka tidak tahu..."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Mungkin saja. Tapi kau bermain dalam insting mereka untuk terbang menjauhi bahaya. Berpikir seperti mangsamu... saat itulah kau menemukan titik-titik lemah mereka,"
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Aku ingin bicara jujur dan memberitahu wanita yang menangis terisak-isak itu bahwa semua ini hanya bohongan, cuma taktik dalam permainan, tapi menampilkan sosok Peeta sebagai pembohong saat ini takkan memperbaiki citra dirinya. Atau citra diriku. Atau perjuangan ini.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kau benar-benar percaya pada orang yang bekerja bersamamu? Apakah kau benar-benar tahu apa yang terjadi? Dan jika tidak... coba cari tahu."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Mungkin semua orang berusaha melindungiku dengan berbohong padaku. Aku tak peduli. Aku marah karena orang-orang berbohong padaku demi kebaikanku. Padahal sesungguhnya itu demi kebaikan mereka sendiri.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Harus mati dulu agar bisa melupakannya. Mungkin mati pun tak bisa lupa," kata Gale. "Mungkin aku akan jadi lelaki di 'Pohon Gantung'. Masih menunggu jawaban."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Aku tahu kau akan menciumku."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku. Bahkan aku sendiri tak tahu.
"Karena aku sedang menderita," jawabnya, "Itu satu-satunya cara agar aku mendapat perhatianmu."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Kau tak mau menghancurkan apa pun yang ingin kauperoleh di masa depan.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Aku salah menilaimu. Kau memang mencintainya. Aku tidak tahu dengan cara apa kau mencintainya. Mungkin kau sendiri tidak tahu. Tapi siapa pun yang memperhatikanmu bisa melihat betapa kau amat menyayanginya,"
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Lebih baik tidak menyerah. Butuh kekuatan sepuluh kali lipat untuk bisa menguatkan diri dibandingkan untuk gagal."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Sekarang, setelah Peeta dirusak musuh, baru aku bisa sepenuhnya menghargai Peeta yang asli. Jauh lebih menghargainya daripada jika dia tewas.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Aku melihat Peeta kemarin. Di balik kaca."
"Apa yang kau pikirkan?" tanyaku.
"Sesuatu yang egois," kata Gale.
"Bahwa kau tak perlu cemburu lagi padanya?" Jemariku menarik keras, dan bulu-bulu unggas beterbangan di sekeliling kami.
"Tidak. Justru kebalikannya." Gale mengambil bulu itik yang menempel di rambutku. "Kupikir ... Aku takkan pernah bisa bersaing dengan itu. Tak peduli betapapun sakitnya aku." Gale memutar bulu itik di antara ibu jari dan telunjuknya. "Aku takkan pernah punya kesempatan jika keadaannya tidak membaik. Kau takkan pernah bisa melepasnya. Kau selalu merasa bersalah jika bersamaku."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Aku tahu dia putus asa. Hal itu bisa membuat orang melakukan macam-macam perbuatan gila."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Kebutuhan untuk membalas dendam bisa bertahan lama dan panjang. Terutama jika setiap kali kita memandang cermin perasaan itu jadi makin kuat.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Katniss akan memilih orang yang menurutnya tanpa keberadaan pria itu tak sanggup membuatnya bertahan hidup."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
"Tapi pikiran kolektif biasanya tak berumur panjang. Kita adalah makhluk plin-plan dan bodoh, dengan ingatan yang payah dan diberkahi kemampuan menghancurkan diri sendiri. Walaupun tak ada yang bisa menerka masa depan. Mungkin inilah saatnya, Katniss."
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins
Bahwa yang kubutuhkan untuk bertahan hidup bukanlah api Gale, yang dikobarkan oleh kemarahan dan kebencian. Aku sendiri punya banyak api. Yang kubutuhkan adalah bunga dandelion pada musim semi. Warna kuning cerah yang berarti kelahiran kembali, bukannya kehancuran. Janji bahwa hidup bisa berlanjut, tak peduli seburuk apa pun kami kehilangan. Bahwa hidup bisa menjadi baik lagi. Dan hanya Peeta yang bisa memberiku semua itu.
~ The Hunger Games: Mockingjay by Suzanne Collins