Cari Review Buku

TOKPED BANNER by Ditha Anggraini
Tampilkan postingan dengan label Novel Thriller. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Thriller. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Mei 2020

Review Novel Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham - Plot Twist yang Berbeda Dari Buku Sebelumnya

Akhirnya sampai juga di buku ketiga sekaligus buku terakhir dari kisah Flynn bersaudara. Kali ini siapa lagi kalau bukan ceritanya Zach Flynn. Deadly Gift ini punya plot twist yang berbeda dari buku-buku sebelumnya. Kalau cerita kakak-kakaknya lebih ke arah misteri supernatural, buku ketiga ini hampir bisa dimasukkan juga ke genre paranormal romance. Penasaran kaannn? Mari kita lihat dulu ceritanya seperti apa.

Deadly Gift diawali dengan cerita seorang pelaut handal, Eddie, yang sedang berlayar membawa penumpang yang terlihat aneh dan misterius. Tapi, karena sang penumpang misterius membayar dengan layak dan tunai, Eddie setuju untuk membawanya berlayar. Rencananya hanya beberapa jam, karena Eddie masih ingin menghadiri pesta perpisahan sahabatnya, Sean. Dia sudah menyiapkan hadiah khusus untuk Sean. Sayangnya, penumpang yang Eddie bawa ini ternyata orang jahat, dan pelayaran ini akan menjadi pelayaran terakhir untuknya.

Di tempat lain, sahabat Eddie, Sean, akhirnya pulang kampung ke Irlandia. Setelah merayakan pesta perpisahan tanpa kehadiran Eddie. Sayangnya, sesampainya di Irlandia, Sean justru sakit parah.  Perawat khusus pun ditugaskan untuk Sean, Caer Cavannaugh.

Kasus menghilangnya Eddie, dan Sean yang tiba-tiba sakit membuat Kat, putri Sean, panik setengah mati. Dia pun menghubungi Zach Flynn, sahabatnya dan juga sahabat keluarganya. Kat ingin Sean segera pulang, dan meminta Zach agar menemukan Eddie juga. Sebagai perawat Sean, dan karena tugas dari agensi, Caer ikut bersama Sean dan Zach pulang ke Amerika. Caer dan Zach tak bisa menampik kalau ada ketertarikan di antara mereka berdua. Tapi ada orang hilang yang masih harus dicari, ada dugaan pembunuhan yang harus diselidiki, dan ada Sean yang masih terancam nyawanya. Siapapun dalangnya, dia harus segera ditemukan.

Oke, dibandingkan dua buku sebelumnya, unsur supernatural di buku ini nuansanya beda banget. Caer jauh lebih misterius dibandingkan Kendall ataupun Rowenna. Kalau dari awal kan kita sudah tahu jelas ya siapa Kendall dan siapa Rowenna, nah Caer ini misterius banget. Kita baru akan tahu siapa sebetulnya Caer pas sudah di tengah-tengah, hampir mau ke akhir buku. Jadi, siapakah Caer sebetulnya? Psst...rahasia. Plot twist yang beda banget deh dari dua buku sebelumnya. Oh iya, jangan lupa baca juga review yang Deadly Night dan Deadly Harvest juga ya.

Dibandingkan dua buku sebelumnya, nuansa misterinya juga berbeda, di Deadly Gift ini lebih ke cerita detektif dibandingkan supernaturalnya. Lebih manusia aja gitu ceritanya...padahal sih....ga gitu juga sebetulnya. Kami juga suka dengan cerita romance di buku ini. Karena Zach itu bukan karakter yang sulit menerima kalau dirinya jatuh cinta. Kadang bosen juga sih sama konflik romance yang "ketemu-jadi musuh-ternyata jatuh cinta", kayaknya umum banget gitu. Kadang malah bisa menyebalkan. Jadi kisah romance di Deadly Gift ini mudah aja gitu...kecuali karena plot twist-nya.

Kesimpulannya, kami suka juga sama buku ketiga dari trilogy The Flynn Brothers ini. Ketiga buku The Flynn Brothers ini beda-beda sebetulnya nuansa misterinya. Tapi kita akan cerita soal itu di postingan lain. Hmmm...jadi kepikiran, Novel-novelnya Heather Graham nih oke juga. Novel yang cocok untuk yang suka sama cerita misteri, detektif, dan romance yang dijadikan satu. Segar, cukup ringan, menghibur, tapi juga bisa tetap seru dengan misteri-misterinya.

Ada yang sudah baca buku ini juga? Silahkan komen di bawah yaah.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami yah. Bisa ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/deadly-gift-hadiah-mematikan-by-heather-graham

Untuk yang mau link Shopee juga ada, by request yah.

Quote

"Bukankah yang disebut rumah adalah tempat hati kita selalu berada?"
~ Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

Kau mungkin pergi selamanya, tapi kau tak pernah melupakan masa lalu atau kebenaran yang kauketahui saat masih kecil.
Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

Pisahkan, lalu taklukkan
Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

"Well, hidup terdiri dari yang baik dan buruk, kan? Dan kita harus merasakan yang buruk untuk melihat yang indah, bukankah begitu?"
Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

Pikiran sama halnya dengan tubuh, akan bekerja lebih baik kalau kalian tidak hanya berkutat disitu.
Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

Manusia punya pilihan, dan pilihan yang mereka buat berarti kesempatan yang akan mereka dapatkan.
Deadly Gift (Hadiah Mematikan) by Heather Graham

Selasa, 12 Mei 2020

As Red As Blood by Salla Simukka - Lumikki yang Dingin dan Penuh Perhitungan

Pada awalnya, kami agak ragu-ragu sama novel yang satu ini. Alasannya, rating Goodreads-nya hanya 3.4 dari 5 bintang. Yaa...lumayan menengah lah menurut kami. Tapi gimana dong, waktu itu packing novel ini cukup unik, alih-alih segel plastik biasa, novel ini dipacking lagi di dalam amplop karton khusus dengan gambar cover bukunya. Jadi beda sendiri kan yaa sama buku yang lain. Belum lagi tulisan "The SNOW WHITE Trilogy"-nya. Makin bikin penasaran. Sebelumnya, kami pernah membaca novel paranormal romance yang diadaptasi dari cerita dongeng populer. Lumayan menarik juga lho membaca kisah adaptasi begini. Kita dibikin penasaran akan dibawa kemana arahnya dongeng ini.

Tapi sebenarnya novel As Red As Blood ini bukan adaptasi dongeng. Kisah Snow White-nya lebih ke arah sebuah perumpamaan. Genre novel ini pun Misteri dan Thriller. Novel ini juga agak beda dari novel terjemahan kebanyakan karena ini adalah novel nordic noir, novel kriminal skandinavian. Jadi alih-alih berlatar belakang negara Amerika atau Eropa yang sudah umum banget di kalangan novel terjemahan yang beredar di Indonesia, novel ini berlatar negara-negara di Eropa Utara, Finlandia, Swedia, bahkan Rusia. Lokasi latar belakang novel ini sendiri bertempat di Tampere, Finlandia. Buat yang mencari latar novel yang fresh, novel ini pas banget.

As Red As Blood mengisahkan cerita seorang Lumikki Anderson. Seorang gadis 18 tahun yang bersekolah di salah satu sekolah seni di Tampere. Masa lalu yang keras memaksa Lumikki mengembangkan kemampuan seperti seorang mata-mata. Berbaur, tidak tampak, tidak menarik perhatian, lengkap dengan fisik yang lincah dan kuat, serta otak yang mampu berpikir taktis.  Kehidupan damainya terusik ketika suatu hari, kebiasaannya "menyendiri" di Kamar Gelap sekolah membawanya kepada suatu kasus. Kasus yang melibatkan uang puluhan ribu euro bernoda darah yang dijemur di kamar gelap.

Awalnya Lumikki tidak mau tahu dan tidak mau ikut campur. Tapi rasa keingintahuan seringnya mengalahkan akal sehat. Lumikki pun pelan-pelan terseret lebih dalam. Latar belakang uang berdarah pun mulai terkuak: pesta gila-gilaan yang berujung penemuan uang berdarah. Alih-alih ketakutan, di bawah pengaruh narkoba dan alkohol, Elisa, Tuukka, dan Kasper justru mengambil uang itu, menyelinap ke sekolah, lalu mencuci dan menjemur uang tersebut di Kamar Gelap sekolah. Mereka pun membagi 3 uang temuan itu.

Tapi puluhan ribu euro tentu saja tak mungkin tak bertuan. Puluhan ribu euro yang tersasar tak mungkin tak dicari orang. Lumikki terpaksa menyelidiki. Kami rasa sih setengah karena Elisa yang memohon, setengahnya lagi karena rasa penasaran Lumikki sendiri. Temuan demi temuan semakin mengejutkan. Puncaknya, ketika Lumikki menyamar bak Putri Salju, membuntuti ayah Elisa ke pesta besar seorang...atau dua orang...bos mafia.

Berbeda dengan beberapa review Goodreads, kami merasa novel ini bagus dan seru. Gaya bahasanya cukup sederhana. Yah, walaupun bab-bab awalnya agak susah dipahami sih. Tapi kalau dibaca terus, gaya bahasanya cukup sederhana dan mudah dinikmati. Ketegangan dan aksi-aksi yang terjadi cukup membuat penasaran sehingga kita pengen baca buku ini terus menerus. Tokoh Lumikki menurut kami cukup keren ya, dingin, dan penuh perhitungan. Persis mata-mata. Oh ya, meskipun novel ini adalah sebuah trilogi, tapi buku ini sudah ending kok kasusnya, jadi bukan yang bersambung gitu.

Kalau ada kekurangan di novel ini, menurut kami sih di bagian endingnya. Dibilang gantung sih ngga juga ya, cuman berasa antiklimaks aja sih. Jadi Lumikki ditembak, melarikan diri, trus terkapar di salju sambil berdarah-darah, trus di bab berikutnya pokoknya dia sudah tertolong aja. Bagaimana proses dia bisa ditemukan dan selamat itu yang bikin penasaran.

Sebetulnya ya, review jelek di Goodreads kalau kita baca-baca sih rata-rata karena sepertinya terjemahan bahasa Inggrisnya kurang bagus. Novel ini aslinya dalam bahasa Finlandia, saat diterjemahkan ke bahasa Inggris jadinya kayak ada miss translation gitu. Tapi menurut kami sih terjemahan bahasa Indonesianya oke kok, bagus. Kelemahan novel terjemahan memang begini sih, kalau penerjemahnya kurang bagus, atau mungkin kurang bisa memahami gaya bahasa novelnya, bisa ada miss translation, ujung-ujungnya bukunya jadi jelek dan ngga enak dibaca. Ada yang ngga suka karena berharapnya ini kayak spin off -nya Snow White. Tapi seperti yang kami bilang di awal, Snow White di sini lebih ke perumpamaan dibandingkan kisah adaptasi Snow White.

Kesimpulannya, kami suka sih novel As Red As Blood ini. Thriller misteri yang ringan, tapi tetap menegangkan dan seru. Tokoh Lumikkinya juga cukup keren.

Teman-teman ada yang sudah baca novel ini juga? Silahkan komen di bawah yah.

Quote

Cara termudah untuk menjalani hidup adalah dengan tidak ikut campur dalam masalah apa pun.
~ As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah melompat pada kesimpulan.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah memuja kepandaianmu sendiri.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan pernah berikan orang lain pilihan, cukup berikan mereka arahan. Jangan memohon atau meminta, cukup katakan apa adanya.
As Red As Blood by Salla Simukka

Jangan mencari kekuatan untuk membalas dendam. Carilah kekuatan untuk menghindari situasi yang akan membuatmu ingin membalas dendam.
As Red As Blood by Salla Simukka

Lebih baik sendirian dibandingkan dikelilingi oleh lingkungan yang buruk.
As Red As Blood by Salla Simukka

Janji seorang pria yang dimabuk cinta tidak akan pernah dipenuhi.
As Red As Blood by Salla Simukka

Kamis, 19 Maret 2020

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham - Misteri Sang Pemanen di Kota Salem

Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham ini adalah buku kedua dari seri The Flynn Brothers Trilogy. Sebelumnya, kami juga sudah mereview buku pertamanya, Deadly Night (Malam Mematikan).

Di buku kedua ini kita akan mengikuti kisah Jeremy Flynn. Saudara kedua dari Flynn Bersaudara. Kisah dimulai setelah kejadian yang terjadi di novel Deadly Night. Oh ya, ngga masalah kok kalau belum baca yang Deadly Night, karena ceritanya ngga nyambung. Deadly Night itu kisah Aidan Flynn, saudara tertua dari Flynn Bersaudara. Oke, balik ke ceritanya...

Ceritanya...Jeremy ini mengadakan serangkaian acara penggalangan dana, nah salah satu acara yang dibuat adalah semacam acara debat di radio. Lawan debatnya adalah seorang sejarawan cantik bernama Rowenna Cavanough. Karena novel ini masuk ke genre Romantic Suspense yaa, pasti unsur romannya kuat ya di novel ini. Nah, roman antara Jeremy dan Rowenna ini khas roman banget. Awalnya saling menyangkal, bahkan kayak musuhan, lama-lama akhirnya gulat di ranjang juga. Wakakak. Ini khas roman banget.

Awalnya, setelah acara penggalangan dana selesai, Rowenna dan Jeremy akan berpisah. Rowenna akan kembali ke tempat tinggalnya di Salem. Yup, Salem, tempat yang terkenal banget dengan Salem Witch Trials-nya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Jeremy juga akan pergi ke Salem, karena dia akan membantu temannya mencari istrinya yang hilang di Salem pada malam Halloween.

Rowenna ini sebetulnya kayak punya indra keenam, dia sudah beberapa kali membantu kepolisian Salem dalam memecahkan kasus. Tapi Jeremy orangnya skeptis. Segalanya harus logis lengkap dengan bukti fisiknya. Padahal, tanpa disadari, Jeremy sendiri bisa melihat arwah. Rowenna khawatir Jeremy akan memandangnya buruk jika nanti kepolisian Salem meminta bantuannya pada kasus yang akan diusut oleh Jeremy.

Intuisi Rowenna, dan nasib buruknya, membawa Rowenna ke ladang jagung. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang menghantui mimpi-mimpinya. Ladang jagung dan orang-orangan sawah yang ternyata adalah mayat yang sudah membusuk dan disantap gagak. Penyelidikan pun menjadi lebih intens. Sekarang, mereka tidak hanya mencari orang yang hilang, tapi juga harus mencari pembunuh yang sedang berkeliaran. Pembunuh yang begitu kejam. Pembunuh yang begitu ahli menyamar dan menghilang. Pembunuh yang ingin membangkitkan legenda Sang Pemanen.

Seperti seri pertamanya, novel ini ada unsur supranatural, thriller, dan unsur romannya. Kalau dibandingkan buku pertama, unsur supranatural di novel kedua ini tidak sekuat novel pertama. Novel ini lebih ke thriller detektif sih menurut kami. Supranaturalnya yang hantu-hantuan gitu ada tapi tidak terlalu intens. Kalau unsur roman sih sudah pasti ada, tapi ngga terlalu berlebihan kok. Novel kedua ini titik beratnya lebih ke thrillernya sih menurut kami.

Buku kedua ini ada kesamaan sama buku pertamanya, sama-sama melibatkan pekuburan. Sayangnya, Flynn bersaudara yang lain tidak terlalu banyak terlibat. Paling cuman Zach aja di akhir-akhir cerita. Kalau Aidan ada sekilas di awal cerita.

Buku ini bagus sih. Seru ceritanya. Karena latar ceritanya di Salem, kesan misterinya jadi lebih kuat dan serem. Belum lagi cerita yang di ladang-ladang jagung dan orang-orangan sawah. Tapi thrillernya juga tidak terlalu berat karena ada unsur romannya.

Teman-teman ada yang sudah membaca novel ini juga? Gimana reviewnya? Silahkan komen di bawah yah.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami. Silahkan klik link di bawah ini yah:
https://www.tokopedia.com/olakalik/deadly-harvest-ladang-mematikan-by-heather-graham

Quote

Namun, masa depan tak bisa diketahui dan akan tetap begitu sampai dia mencapainya.
~ Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Tidak ada jaminan dalam hidup.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dunia mungkin tidak abadi, tapi dia akan selalu ada selama berjuta-juta tahun, sekalipun manusia tidak.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Namun, semua ciptaan alam kembali pada-Nya, menjadi bagian dari alam pada akhirnya.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Harapan adalah sesuatu yang kejam. Rasanya luar biasa bila terkabul. Namun, saat kau mengharapkan sesuatu dan tidak terwujud, harapan itu berubah menjadi sesuatu yang kejam.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Dia membuat Dan marah. Orang marah menjadi sembrono. Mereka lalu membuat kesalahan.
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Cinta lebih kuat dari kejahatan, dan ada hal yang lebih dari apa yang kauketahui di dunia ini...
Deadly Harvest (Ladang Mematikan) by Heather Graham

Jumat, 13 Maret 2020

Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child - Memecahkan Teka-Teki Mematikan

Buku ini adalah buku kesembilan dari seri Jack Reacher. Kami sebelumnya sudah mereview buku kedua seri ini yang berjudul Die Trying. Buku ini berbeda banget sama Die Trying, makannya agak kaget juga awalnya. Di Die Trying, ceritanya berat di action-action fisik, pertarungan, dan tembak menembak. Di buku One Shot ini, pertarungan bisa dibilang cuman ada di awal dan akhir buku. Selebihnya, kita akan melihat bagaimana Reacher memecahkan teka-teki kriminalitas yang mematikan. Ini bukan berarti buku ini ngga seru lho, buku ini cukup menegangkan, ada adegan kucing-kucingan yang bisa bikin pembaca deg-deg-an. Buku ini juga sudah di filmkan, jadi nanti akan ada postingan Buku vs Film juga.

Kami tidak tahu kenapa buku ini diberi judul One Shot, karena di ceritanya justru ada enam tembakan yang menjadi sumber masalah. Tapi kalau di wikipedia sih katanya judul buku ini berdasarkan kepercayaan para penembak jitu di militer, "One Shot, One Kill".

Enam tembakan, lima orang tewas. Sang pembunuh yang seorang penembak jitu ternyata meninggalkan bukti dimana-mana. Bukti-bukti yang sempurna dan tak terbantahkan. Tetapi, ternyata sang tersangka berkata "Kau menangkap orang yang salah. Cari dan bawa Reacher padaku.".

Jack Reacher bukan orang yang mudah ditemukan. Dia hanya akan ditemukan kalau memang mau ditemukan. Jack Reacher datang dengan sendirinya, bukan karena dicari, tapi karena dia memang ada masalah lama dengan sang tersangka. Dan dia ingin menyelesaikannya. Tapi Reacher orang yang berkepala dingin, dan dia bisa melihat jika ada sesuatu yang tidak beres. Maka dimulailah pemecahan teka-teki penembakan berdarah dingin itu.

Masalah menjadi rumit karena tersangka koma, dan amnesia, tak bisa mengingat apapun yang terjadi seminggu belakangan, saat dia dituduh melakukan penembakan. Masalah menjadi lebih rumit ketika ada orang-orang yang berusaha menyingkirkan Reacher, dengan berbagai cara. Ketika seorang gadis yang tidak bersalah terbunuh, Reacher pun memutuskan untuk tinggal dan mencari siapa dalang di balik semua kejahatan keji ini.

Di novel One Shot ini Reacher karakternya tenang banget, waspada, penuh perhitungan, cerdik, dan mengendap-endap. Kami agak lupa sih karakternya Reacher di Die Trying, tapi kayaknya sih tidak setenang di buku ini. Mungkin karena ceritanya juga beda jauh sih. Kalau Die Trying memang banyak adegan fisiknya, kalau di One Shot ini lebih ke permainan otak. Karakter Reacher di buku ini mengingatkan kami pada karakter Charlie Parker di buku The Killing Kind karya John Connolly.

Menurut kami buku ini seru, serasa melihat permainan kecerdasan. Memang pertarungan fisiknya tidak banyak, tapi tetap seru dan menegangkan. Di Goodreads buku ini juga ratingnya bagus banget, 4.21 bintang dari 5 bintang.

Ada yang sudah baca buku ini juga? Silahkan komen di bawah yah.



Quote

Detail dan konteks akan memudar dan tidak bisa dikembalikan dengan utuh, namun perasaan dan pengalaman akan terus terjalin sepanjang waktu menjadi sebuah permadani yang penuh dengan masa-masa indah sekaligus buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Karena ketika seseorang mengambil pilihan B yang jelek dan bukannya pilihan A yang bagus, maka pasti ada alasan di baliknya. Dan semua alasan mengandung arti.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Seseorang yang menyesal akan menunggu kesempatan untuk bisa mengaku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Motivasi manusia itu sangat rumit. Kebanyakan orang tidak tahu kenapa mereka melakukan hal-hal yang mereka lakukan.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Sesuatu memiliki arti, bergantung siapa yang melihatnya
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Lebih sering aku waspada, lebih beruntung diriku.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Kau tidak pernah punya alibi ketika kau membutuhkannya. Itu hukum alam.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Semua orang selalu bicara.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Pada akhirnya, semuanya adalah tentang menunggu. Menunggulah, dan hal-hal yang baik akan datang padamu. Dan juga hal-hal yang buruk.
Seri Jack Reacher #9: One Shot by Lee Child

Jumat, 21 Februari 2020

Deadly Night ( Malam Mematikan) by Heather Graham - Saat Supernatural, Detektif, dan Romansa Bercampur Menjadi Satu

Jujur ya, sampai saat ini, kami lagi tidak tertarik mereview novel roman. Lagi ngga pengen aja mereview kisah cinta yang pure romansa gitu. Kalaupun roman, pengennya roman tapi ada twist-nya, misalnya paranormal romance, atau cerita detektif kayak buku Deadly Night karangan Heather Graham ini.

Awalnya sempet males juga, soalnya buku ini ada di bawah label Harlequin yang sudah pasti terkenal karena novel-novel romantisnya. Tapi ternyata Deadly Night ini beda, dia memberikan sentuhan supernatural dan thriller di dalamnya. Kalau dari segi plot secara garis besar, sebenarnya Deadly Night sama seperti The Killing Kind yang baru kita review di post sebelumnya. Mirip-mirip. Sama-sama ada unsur supernaturalnya, sama-sama pembunuhan, sama-sama cerita detektif. Tapi, Deadly Night ini menurut kami lebih ramah pembaca, lebih easy reading, semua orang bisa baca.

Coba kita liat plotnya yah. Oh iya, Deadly Night ini buku pertama dari Seri The Flynn Brothers Trilogy.

Jadi ceritanya, Flynn bersaudara, Aidan, Jeremy, dan Zachary tiba-tiba saja mendapatkan warisan sebuah rumah perkebunan tua di New Orleans dari seorang kerabat jauh yang mereka pun tidak mengenalnya. Rumah perkebunan ini penuh dengan sejarah dari masa perang saudara. Oh iya, Flynn bersaudara ini juga punya kantor detektif swasta. Aidan adalah anak tertua.

Sebelum Aidan sempat melihat-lihat rumah perkebunan tua warisan mereka, Aidan menemukan tulang manusia di pinggir sungai. Meskipun Aidan meminta diselidiki, para polisi dan petugas koroner skeptis. Masalahnya, New Orleans masih kacau balau karena sisa-sisa badai katrina. Tulang bisa saja ditemukan karena kuburan yang terganggu akibat badai. Banyak orang hilang atau korban badai. Kepolisian dan petugas koroner sangat sibuk. Tapi ternyata, Aidan sekali lagi menemukan tulang manusia, di properti barunya, di rumah perkebunan.

Rumah perkebunan ini sebelumnya ditempati oleh Amelia, karena sudah tua dan sendirian, pada masa-masa terakhirnya Amelia ditemani dan dirawat oleh Kendall Montgomery, seorang pemilik toko suvenir sekaligus seorang pembaca kartu tarot...yang tidak percaya pada indra keenamnya sendiri. Kendall merasa rumah tua itu berhantu, tapi dia sendiri skeptis, Aidan apalagi, padahal tanpa Aidan sadari dia sendiri sudah melihat salah satu hantu di rumah tersebut.

Pada suatu hari, ketika sedang meramal seorang turis, Kendall mendapatkan firasat mengerikan. Dia tidak percaya, tapi perasaan takut itu terus menghantuinya. Firasat seperti ini sebenarnya sudah pernah terjadi pada Kendall, tapi dia selalu menampiknya. Dia tidak percaya kalau dia punya indra keenam, dan dia pikir dia hanya berhalusinasi ketika kartu kematian menjadi hidup dan mentertawakannya. Tapi kali ini dia tak bisa mengabaikannya. Dengan bantuan Aidan, Kendall berusaha mencegah hal buruk terjadi pada gadis turis itu.

Tapi siapa sangka tindakan Kendall malah membuat dirinya diincar. Kendall dan Aidan menjadi ancaman bagi sang pembunuh, dan harus disingkirkan. Ada sesuatu yang lebih sinis di rumah perkebunan selain hantu-hantu itu. Sesuatu yang lebih berbahaya. Kenyataan yang lebih menakutkan.

Deadly Night ini menurut kami punya porsi thriller, supernatural dan romance yang seimbang. Kalau dibandingkan The Killing Kind, novel itu lebih berat di thrillernya. Supernatural dan romansanya hanya bumbu saja. Kalau Deadly Night ini tegang-tegang thriller detektifnya dapet, merinding supernaturalnya dapet, romansanya juga dapet banget. Jangan lupa, Deadly Night ini juga lebih easy reading. Menurut kami buku ini bagus. Oke banget buat yang suka genre thriller detektif, supernatural. Bumbu romannya juga oke. Saat review ini ditulis buku ini dapet rating Goodreads 4.05 bintang dari 5 Bintang. Ratingnya bagus.

Buku ini masih tersedia untuk dipesan ya kak. Bisa langsung ke link tokopedia kita di link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/deadly-night-malam-mematikan-by-heather-graham

Teman-teman sudah membaca buku ini juga? Gimana tanggapannya? Silahkan berikan komentarnya yah.

Quote

Pikiran adalah kombinasi menakjubkan antara logika dan imajinasi; tugas logikalah untuk mengambil alih saat imajinasi menjadi terlalu berlebihan.
Deadly Night ( Malam Mematikan) by Heather Graham

"Bukan kepercayaan orang lain yang menggangguku, tapi orang yang mempermainkan kepercayaan orang lain."
Deadly Night ( Malam Mematikan) by Heather Graham

Namun, aku tahu sesuatu--bahwa penampilan bisa menyukseskan atau menggagalkan suatu pertunjukan.
Deadly Night ( Malam Mematikan) by Heather Graham

"Saat menemui jalan buntu, kau harus memutar balik dan menemukan rute baru,"
Deadly Night ( Malam Mematikan) by Heather Graham


Rabu, 19 Februari 2020

The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly - Bukan Untuk yang Phobia Laba-Laba

Hallo para pecinta novel thriller dan supernatural, ini ada buku yang pas banget untuk teman-teman semua. The Killing Kind karya John Connolly ini merupakan novel yang memadukan thriller pembunuhan serta supernatural ke dalamnya. Berat di unsur thrillernya sih sebetulnya. The Killing Kind ini adalah buku ke-3 dari seri Charlie Parker

Oh iya, kita punya peringatan sedikit nih soal buku ini:
  1. Buku ini tidak cocok untuk teman-teman yang phobia laba-laba.
  2. Agak gore sedikit pembunuhannya. Kejam.
Kita bagi sinopsisnya sedikit ya.

Grace Peltier, seorang mahasiswa yang sedang di tengah-tengah penelitian tesisnya ditemukan tewas bunuh diri di mobilnya. Tapi kematiannya mengandung kecurigaan, bahwa Grace sebenarnya dibunuh. Detektif Charlie Parker, yang rupanya juga mantan kekasih Grace pada masa mudanya, disewa oleh ayah Grace untuk menyelidiki kebenaran tentang kematian putrinya.

Tapi siapa yang sangka, kematian Grace terkait erat dengan penelitian yang sedang dikerjakannya. Hal-hal yang seharusnya tetap terkubur, malah digali pelan-pelan oleh Grace. Hingga puncaknya, demi kebenaran, Grace mencuri sebuah artefak yang akan menjadi bukti kebenaran atas semua peristiwa naas yang terjadi. Artefak yang kemudian menyeret Grace ke kematiannya.

Charlie Parker berusaha mencari kebenaran tentang kematian Grace. Semua hal menjadi sulit ketika hampir semua orang menutup mulutnya karena ketakutan, bahkan para kriminal. Ancaman demi ancaman datang hingga ke rumah pribadinya. Charlie berhadapan dengan pembunuh kejam, dan sinting. Pembunuh yang menggunakan laba-laba beracun sebagai alat penyiksaan dan pembunuhan. Pembunuh yang menyebut dirinya sebagai Mr. Pudd. Mr. Pudd mulai membunuh para kriminal yang bisa membocorkan tentang dirinya kepada Charlie. Dia juga mencari mati-matian artefak yang dicuri oleh Grace, meninggalkan jejak pembunuhan di sepanjang jalurnya.

Sanggupkah Charlie mengungkapkan kebenaran? Apa sebetulnya artefak yang dicuri Grace? Bagaimana cara menghentikan Mr. Pudd yang kejam?

The Killing Kind ini adalah novel thriller yang alurnya lambat dan santai tapi menegangkan. Ini bukan novel action yang full banget aksi bertarung dimana-mana sampai kita capek sendiri serasa lagi ikut bertarung. Charlie Parker adalah tokoh yang menurut kami lumayan santai (kalau bukan santai banget ya) dalam menghadapi kasusnya. Sekejam dan semengerikan apa pun itu. 

Bayangin dong, ada gerombolan laba-laba beracun di kotak suratnya, tapi Charlie bisa dengan tenang dan metodis membereskan sang gerombolan laba-laba. Lalu setelah semua beres, dia kembali melanjutkan kegiatan. Di tengah-tengah penyidikan dia masih bisa kencan dan makan-makan santai bersama teman-temannya. Masih bisa nonton opera walaupun akhirnya terjadi pembunuhan juga di teater. Charlie juga tipe yang tidak melawan walaupun dipukuli, membuatnya terlihat lemah dan bikin pembaca geregetan sendiri. Padahal sih dia tidak selemah itu. Charlie juga ternyata bisa melihat arwah dan berkomunikasi dengan mereka. 

Tapi jangan salah ya, meskipun Detektif Charlie Parker ini menguarkan aura santai, cerita di buku ini sesungguhnya tidak ada santai-santainya sama sekali. Mr. Pudd adalah pembunuh kejam yang menurut kami juga psikopat. Pembunuh bayaran yang disewa untuk membunuh Mr. Pudd juga tidak kalah kejamnya. Pembunuhannya juga cukup detail, dan opening buku ini mengerikan karena pembunuhannya menggunakan laba-laba beracun dengan cara yang paling mengerikan. Hiii...beneran deh ya, kalau teman-teman phobia sama laba-laba mendingan jangan baca buku ini. Soalnya adegan laba-labanya lumayan banyak juga. Bisa makin phobia nanti. 

Kami rasa ketegangan semacam ini memang paling pas dipadukan dengan gaya santai dan tenangnya Charlie Parker. Jadi pembaca bisa agak istirahat sejenak dari ketegangan. Teman-teman Charlie, Angel dan Louis, serta pacar Charlie, Rachel, juga memberikan humor segar kalau sudah kumpul-kumpul santai berempat. 

Saat review ini ditulis, novel ini punya rating Goodreads 4.23 bintang dari 5 bintang. Novel ini memang bagus sih. Seru, menegangkan, tapi masih enak dibaca juga, dan cukup mind blowing. Gila banget, artefak yang dicuri sama Grace memang benar-benar mengerikan.

Teman-teman ada yang sudah membaca buku ini juga? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar yah.


Quote

Ada orang-orang yang matanya harus kauhindari, yang perhatiannya tak boleh kauarahkan kepada dirimu.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Ada sumber kegelapan di dalam diri kita semua, waduk rasa sakit, luka dan kemarahan yang bisa kita gunakan bila diperlukan. Kebanyakan dari kita jarang, bahkan tak pernah, harus memasukinya terlalu dalam. Memang sebaiknya demikian, sebab membenamkan diri di sana butuh pengorbanan, dan kau kehilangan sejumput dirimu setiap kali, sebagian kecil dari segala hal yang baik, terhormat, dan layak tentangmu.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Sebab beberapa hal seharusnya tak pernah dibiarkan memudar. Sudah semestinya dan selayaknya hal-hal itu dikenang, mendapatkan tempat di masa kini dan masa mendatang hingga menjadi bagian berharga dari tempat tersebut, sesuatu untuk disyukuri bukannya ditakuti.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Seperti predator-predator menyeramkan yang tak berwarna, masa lalu dapat melahapmu jika kau tidak hati-hati.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Itulah yang dilakukan umat manusia: mereka mencoba lalu gagal dan gagal lagi, dan mereka terus gagal sampai akhirnya mereka berhasil atau waktu habis dan mereka mesti puas dengan apa yang mereka miliki.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Sifat dasar kemanusiaan, intisarinya, adalah merasakan penderitaan orang lain layaknya penderitaan kita sendiri, dan bertindak untuk melenyapkan penderitaan itu.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Ada kemuliaan dalam kasih sayang, keindahan dalam empati, keanggunan dalam pengampunan.
The Killing Kind (Sang Pemangsa) by John Connolly

Senin, 09 September 2019

A Time To Kill karangan John Grisham - Saat Rasa Keadilan dan Moral Diuji

Novel A Time To Kill ini pertama kali terbit di tahun 1989. Novel ini adalah novel pertamanya John Grisham, dan termasuk novel yang pada awalnya sulit mendapatkan penerbit. Wynwood Press akhirnya mau menerbitkan novel ini dan mencetaknya sebanyak 5000 kopi saja. Tapi, saat penerbit Doubleday menerbitkan novel Grisham yang lain, The Firm, Wynwood Press merilis lagi novel ini yang kemudian malah menjadi best seller. Pada tahun 1996, A Time To Kill diadaptasi ke layar lebar dan dibintangi oleh Sandra Bullock, Matthew McConaughey, dan Samuel L. Jackson. Kita belum nonton filmnya, jadi saat ini belum bisa kasih perbandingan antara film dan bukunya. Tapi kalau nanti sudah nonton, review ini akan kita update yah.

Yang perlu banget digarisbawahi soal novel ini antara lain adalah, satu, genre novel ini adalah legal thriller. Ceritanya akan ada di sekitar dunia hukum dan pengadilan. Seputar proses pengadilan, pengacara, hakim, dan juri. Sistem pengadilannya tentunya sistem pengadilan Amerika Serikat yah. Kedua, latar belakang novel ini adalah di kota Clanton, Mississippi di tahun 1980an. Tahun dimana ketegangan rasial masih tinggi. Jadi ini buat pegangan kita buat membaca buku ini yah.

A Time To Kill ini bercerita tentang Carl Lee Hailey, seorang ayah berkulit hitam yang membunuh dua orang kriminal kulit putih yang telah memperkosa dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap anak perempuan Carl Lee yang masih berusia 10 tahun. Pemerkosaan brutal dan percobaan pembunuhan yang tanpa ampun terhadap anak perempuannya ini menjadikan Carl Lee gelap mata dan merencanakan pembunuhan kepada kedua kriminal ini. Pembunuhan pun terlaksana, tepat di gedung pengadilan tempat kedua kriminal diadili. Hal ini tentu saja menimbulkan kehebohan. Bukan hanya karena terjadi pembunuhan di gedung pengadilan, tapi juga karena seorang kulit hitam membunuh dua orang kulit putih.

Kasus ini jadi kasus besar. Media banyak yang meliput. Sang Jaksa, Buckley, sangat bernafsu untuk memenangkan kasus ini demi keuntungan pribadi dia sendiri, bukan sekedar rasa keadilan. Pengacara berebutan untuk mendapatkan kasus ini, bahkan Jake Brigance sendiri awalnya cukup menikmati sorotan media dan sempat bermain lempar-lemparan perhatian media dengan Buckley. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan kasus ini demi kepentingan pribadi mereka.

Sayangnya, perhatian ini tidak hanya berasal dari media. Kasus ini juga sangat serius hingga mengancam keselamatan Jake dan keluarganya. Rumahnya nyaris di bom, keluarganya harus mengungsi, para calon juri diancam, bahkan pegawai Jake diserang hingga memakan korban jiwa. Belum lagi percobaan pembunuhan terhadap Jake dan pembakaran rumah pribadinya.

Buku ini menurut kami sangat bagus. Meskipun tentang dunia hukum dan pengadilan, jangan khawatir, karena gaya menulis dan bercerita di novel ini sangat ringan sekali. Kita tinggal menikmati saja ceritanya. Novel ini pun selera humornya cukup bagus. Jadi meskipun tegang, ya ngga tegang-tegang banget. Enak banget bacanya.

Novel ini bisa kita bilang cukup menggelitik moralitas dan rasa keadilan para pembacanya. Jujur ya, kalau kita logis banget orangnya, akan sangat sulit untuk memilih siapa yang salah dan siapa yang benar. Kalau pilih A mungkin kita benar dan adil, tapi apakah ada empati dan rasa kemanusiaannya? Tapi kalau berdasarkan rasa kemanusiaan dan empati, kita akan mudah banget memilih pihak, tapi di sisi lain, kita akan bertanya-tanya, apakah ini keadilan yang benar? Hal ini lah yang menurut kami diaduk-aduk banget di novel ini. Belom lagi masalah moralitas para tokoh-tokohnya. Jangan salah, semua tokoh di novel ini manusia biasa semua, wakakak. Hampir semua tokoh kuncinya memanfaatkan kasus Carl Lee untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Bahkan Jake dan tokoh Pendeta Agee punya perannya masing-masing dalam hal ini.

Meskipun novel ini novel yang bertemakan hukum, tapi cerita pengadilan Carl Lee Hailey baru dimulai di sepertiga terakhir buku. Ini buku yang tebal lho, 759 halaman. Ceritanya runut dan prosesnya kalau menurut kami cukup detail. Proses menuju sidang diceritakan dengan bagus banget, apa saja yang terjadi, apa saja yang dilakukan para tokoh-tokoh di buku ini, dan segala macam persiapannya. Oh iya, novel ini adalah novel yang cukup bersih dari bumbu-bumbu vulgar.

Kekurangan novel ini tidak banyak kalau menurut kami yah. Ada beberapa tokoh yang menurut kami kurang signifikan. Sebagai pemanis dan penambah ketegangan saja, terkesan memberikan kontribusi padahal sebetulnya tidak perlu-perlu amat. Bahkan kayaknya, hanya seperti pengisi kekosongan saja. Endingnya bagus tapi masih menyisakan beberapa pertanyaan di beberapa aspek. Seperti apa yang kemudian terjadi pada keluarga para juri setelah sidang?; Kemanakah KKK setelah sidang? Apakah mereka membubarkan diri atau balas dendam?; Bagaimana kabarnya Roark? Bagaimana reaksi Carla begitu tahu rumahnya sudah terbakar habis?

Teman-teman sendiri ada yang sudah membaca buku ini? Gimana pendapatnya? Silahkan tulis di kolom komentar ya.

Buku ini masih tersedia di Tokopedia kami yah. Silahkan ke link di bawah ini:
https://www.tokopedia.com/olakalik/a-time-to-kill-saat-untuk-membunuh-by-john-grisham

Quote

"Sistem kita mencerminkan masyarakat kita. Tidak selalu adil, namun sama adilnya seperti sistem di New York, atau Massachusetts, atau California. Bisa seadil atau sebisa yang dikehendaki oleh emosi manusia."
~ A Time To Kill by John Grisham

"Sayang, Jagoan. Seharusnya kau tidak bicara terlalu banyak. Mulut besar bisa terbakar."
A Time To Kill by John Grisham

"Dan kalau kau kalah?"
"Itu masih tanda tanya. Tapi aku tak bisa kalah dalam sesuatu yang tak kumiliki."
A Time To Kill by John Grisham

Lucien sudah mengajarinya bahwa rasa takut itu baik; rasa takut adalah sekutu; bahwa setiap pengacara tentu ketakutan ketika ia berdiri di hadapan dewan juri baru dan mengajukan kasusnya. Bukan masalah untuk merasa takut, cuma jangan perlihatkan.
A Time To Kill by John Grisham

Bersahabatlah dengan perasaan takut, kata Lucien selalu, sebab ia takkan pergi, dan ia akan menghancurkanmu kalau dibiarkan tak terkendali.
A Time To Kill by John Grisham

Kamis, 15 Agustus 2019

The Whisper Man karangan Alex North; Kasus Penculikan Anak yang Muncul Kembali

Ada bacaan baru nih buat para pecinta novel thriller. The Whisper Man karangan Alex North ini buku baru yang terbit 13 Juni 2019 kemarin. Kita merekomendasikan buku ini karena rating Goodreads-nya termasuk yang bagus banget. 4.27 dari 5 Bintang. Buku ini juga masuk The Sunday Times Bestseller, dan jadi buku thriller yang harus dibaca buat musim panas 2019 ini.

The Whisper Man bercerita tentang ayah dan anak, Tom Kennedy dan Jake, yang tiba-tiba saja ditinggal meninggal oleh istri dan ibunya. Untuk mengobati rasa duka, mereka memutuskan untuk pindah ke sebuah kota kecil bernama Featherbank. Mereka berharap, dengan tinggal di kota baru, dan di rumah yang baru, mereka bisa memulai hidup yang baru dan menghilangkan duka.

Featherbank sendiri sebenarnya punya masa lalu yang kelam. Lima belas atau dua puluh tahun yang lalu, terjadi pembunuhan berantai. Lima anak laki-laki diculik dan dibunuh. Pembunuhnya dikenal dengan sebutan "The Whisper Man". Tapi, karena pembunuhnya sudah tertangkap dan kejadiannya pun sudah sangat lama, Tom pun tidak terlalu mengkhawatirkan masalah ini.

Hingga pada suatu hari, seorang anak laki-laki menghilang. Jake pun mulai bertingkah aneh. Jake bilang, dia mendengar ada yang berbisik-bisik di jendela...

Sinopsisnya menjanjikan cerita yang penuh dengan ketegangan. Quote-quote yang diberikan di buku ini juga lumayan bikin bulu kuduk merinding.

It's not going to be easy, and I need to start with an apology. Because over the years I've told you many times that there's no such thing as monsters.I'm sorry that I lied. 
If you leave a door half open, soon you'll hear the whispers spoken.If you play outside alone, soon you won't be going home.
If your window's left unlatched, you'll hear him tapping at the glass.If you're lonely, sad, and blue, the Whisper Man will come for you.

The Whisper Man ini merupakan buku pertamanya Alex North dengan genre Thriller/Kriminal. Novel ini multi-POV (multi Point of View), alias punya sudut pandangnya banyak. Mirip-mirip novel The Infinite Sea karangan Rick Yancey. Ada sudut pandang Tom, sang ayah; ada sudut pandang dari Jake, sang anak; ada sudut pandang Detektif Amanda Beck, detektif yang menangani kasus penculikan The Whisper Man yang terbaru; serta sudut pandang Detektif Pete Willis, detektif yang menangani kasus dan menangkap The Whisper Man dua puluh tahun yang lalu.

Novel ini menjanjikan ketegangan dan plot twist yang sulit ditebak. POV yang berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya juga menjadikan kita semakin bertanya-tanya, siapakah sebenarnya pembunuhnya kali ini? Kabarnya sih ya, Russo bersaudara, yang kemarin menyutradarai film Avangers: Endgame, sudah membeli hak untuk menjadikan novel ini sebagai film layar lebar.

Buku ini menerima banyak bintang 5 dan bintang 4, sekitar 2000an lebih lah. Yang memberikan bintang 1 ya juga ada, sekitar 30 orang. Kalau kita baca-baca sih ya, ada beberapa alasan kenapa mereka tidak suka banget sama novel ini. Pertama, ada yang bilang novel ini terlalu maskulin, sampai bisa dikatakan "sombong". Ada yang tidak suka karena menurut dia novel ini klise dan POV-nya menyulitkan. Kalau soal POV kami bisa paham yah, karena novel The Infinite Sea itu cukup menantang untuk dipahami kalau kita belum terbiasa dengan POV dan timeline yang berganti-ganti maju mundur. Beberapa juga mengharapkan buku ini untuk lebih seperti novel yang mendetail dari sisi prosedural kepolisiannya. Beberapa ada juga yang kayaknya salah kasih bintang, karena dia kasih bintang 1 tapi reviewnya bilang kalau dia suka dengan novelnya.

Kalau menurut teman-teman sendiri gimana? Ada yang sudah baca novel ini? Silahkan diskusi di kolom komentar di bawah ya ^_^

-----

Buku ini tersedia di:

1. Bookdepository

Minggu, 16 September 2018

Review Novel The Left Hand of God

Kesan pertama saat membaca buku ini adalah...sadis! Iya, buat peringatan saja ya, buku ini buku untuk dewasa karena di dalamnya ada banyak adegan sadis yang tidak cocok dibaca oleh anak-anak ataupun remaja. Yang tidak suka hal-hal berbau sadis juga sebaiknya jauh-jauh dari buku ini. Tapi, untuk para penggemar novel aksi, buku ini cukup bagus untuk dibaca.

Novel The Left Hand of God menceritakan tentang perjalanan seorang pembantu pendeta, Cale, seorang remaja berumur 14 tahun, yang tinggal di sebuah Kuil di tengah gurun antah berantah. Kehidupan di kuil ini sangat keras dan kejam, dan buku ini sangat tidak malu-malu untuk menggambarkan kekejaman ataupun kerasnya hidup di dalam kuil. Suatu hari, Cale dan dua orang "temannya" (di kuil dilarang berteman), Kleist dan si samar Henri, masuk ke suatu ruangan yang terlarang. Dari ruangan itu, mereka yang semula terjebak, malah akhirnya mendapatkan akses ke makanan lezat dan melihat hal yang seharusnya tidak pernah mereka lihat. Satu ruangan yang penuh dengan gadis-gadis muda. Padahal di kuil tidak boleh ada gadis muda.

Suatu hari, Cale ditugaskan menemui Penebus Picarbo untuk mengantarkan pesan. Tanpa disangka-sangka, Cale datang pada saat yang sangat salah. Apa yang dilihat Cale di ruangan Penebus Picarbo? Bagaimana cerita Cale selanjutnya?

Kami tidak bisa bilang bahwa petualangan Cale berakhir bahagia, karena toh, buku ini juga berseri. Buku ini merupakan buku pertama dari trilogi The Left Hand of God. Tapi, kami bisa mengatakan bahwa buku ini seru! Banyak adegan-adegan menegangkan dan seperti yang kami bilang di awal, cukup banyak juga adegan sadisnya.

Buku ini sangat cocok untuk Anda yang senang menbaca cerita-cerita tentang peperangan, politik, strategi, dan aksi.

Kamis, 19 Juli 2018

Review Novel Die Trying by Lee Child



Novel ini pertama kali menarik perhatian kami karena ada tulisan "Seri Jack Reacher". Terus terang saja, sampai saat ini kami kebetulan belum sempat menonton film Jack Reacher yang dibintangi oleh Tom Cruise, jadi belum ada pembanding. Selain itu, film Jack Reacher bukan berdasarkan novel Die Trying, tapi dari novel seri Jack Reacher yang berjudul One Shot.

Kalau dilihat sekilas, kita membicarakan filmnya sedikit ya, sebetulnya Tom Cruise dari segi fisik sama sekali tidak menggambarkan tokoh Jack Reacher yang ada di novel. Di novel, Jack Reacher itu digambarkan sebagai laki-laki yang tinggi dan besar. Sedangkan, kita tahu sendiri kalau Tom Cruise jauh dari kesan tinggi dan besar. Jadi, untuk yang sudah baca bukunya, hal ini tentu saja terasa janggal dan menuai protes.

Tapi pengarang seri Jack Reacher, Lee Child, membela hal ini. Dia menyatakan bahwa pemilihan Tom Cruise untuk memerankan tokoh Jack Reacher sudah tepat. Jika memilih aktor lain yang sesuai karakter fisik Jack Reacher kita mungkin akan mendapatkan 100% tinggi orangnya tapi hanya 90% karakter Reacher. Tapi jika Tom Cruise yang memerankan Jack Reacher, maka kita akan mendapatkan 100% karakter Jack Reacher dengan hanya 90% tingginya. Yah, terlepas dari kontroversial yang ada, film-nya sendiri diterima dengan cukup baik kok.

Ok, kita balik lagi ke novel Die Trying ini. Novel ini menceritakan kisah ketika Reacher dibawa nasib bertemu dengan seorang wanita muda, Holly Johnson, di depan sebuah toko laundry. Niatnya hanya ingin membantu saja, karena Holly sedang cedera kaki dan membawa baju banyak, eeehhh, ternyata, sewaktu mereka membalikkan badan, mereka malah ditodong senjata dan diculik.

Holly Johnson ternyata adalah seorang agen FBI. Mereka berdua dibawa ke sebuah kamp milisi. Tujuan para militan ini adalah untuk memerdekakan diri dari Amerika Serikat. Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah mereka berhasil meloloskan diri? Cerita lengkapnya bisa dibaca langsung di bukunya ya.

Menurut kami cerita Jack Reacher di novel Die Trying ini cukup seru dan menegangkan. Istilah-istilah militer dan persenjataan banyak dipakai. Oke banget dibaca buat yang suka dengan cerita-cerita aksi seperti ini.

Kekurangannya tentu ada, sampai akhir cerita, kami ngga terlalu menangkap apa alasan Holly diculik. Apakah karena dia anak baptis Presiden? Apakah karena dia agen FBI? Atau, apakah karena dia putri Jenderal? Kenapa, yang tadinya Holly tidak boleh dibunuh tapi pada akhirnya diancam untuk dibunuh juga? Lalu, siapa sebetulnya pengkhianatnya? Milosevic atau Brogan? Atau malah dua-duanya?

Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan di atas, yang mungkin saja bisa terjawab kalau kami baca bukunya lagi, buku ini bagus kok. Menarik banget untuk dibaca. Adegan paling menegangkan buat kami adalah saat Jack Reacher merayap di celah gelap dan sempit yang hampir menjepit tubuhnya yang besar. Oya, buku ini agak banyak juga ya adegan sadisnya. Jadi yang tidak suka adegan berdarah-darah mungkin bisa membaca buku lain.

Amazon Associates Disclaimer

Blog ini adalah partisipan dalam program Affiliasi Amazon.com. Kami akan mendapatkan sedikit komisi jika ada penjualan yang terjadi melalui salah satu link di blog ini.

This blog is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a means for sites to earn advertising fees by advertising and linking to Amazon.com.